Kamis, 09 Oktober 2008

BALI PULAU"DEWATA" BANGKITLAH



OLEH :dr Made Darmayasa SpOG(K)

(foto dudukagak di belakang gendong tas)

Kota baru, kalimantan selatan
Entah sejak kapan sebutan ini diberikan kepada Bali ? Siapa yang pertama kali memberikan sebutan seagung itu ? Kenapa sebutan itu diberikan kepada Bali. Masih banyak pertanyaan yang dapat diajukan berkaitan dengan sebutan tersebut. Banyak pula orang yang telah memberikan penjelasan. Saya minta maaf, karena saya tidak pernah membaca; Babad, Purana, maupun sastra lain berkaitan dengan nama Bali. Apalagi dengan embel-embel Pulau Dewata. Saya akan berangkat dari suatu istilah yang disebut oleh seorang suci. Beliau mengatakan bahwa dalam shastra India kuno ada istilah “Bhutha-Bali”. Apakah nama Bali berasal dari istilah ini ?Selama ini, Bali memang secara sempit diartikan dengan Banten. Ada lagi yang mengartikan Bali secara umum adalah kurban, yang berarti pemotongan hewan. Ini benar-benar arti yang dibelokkan. Arti sejati dari kata itu adalah pajak yang harus dibayar. Umumnya kita membayar pajak kepada pemerintah untuk air minum, listrik, telepon, pajak bumi, bangunan/rumah dan lain-lainnya, bukan ?. Sama halnya; agar kecemasan, kegelapan, dan kesedihan yang kita alami dihilangkan kemudian kebahagiaan dan kedamaian yang meninggalkan kita diberikan kembali, kita harus membayar pajak tertentu kepada Panchamahabhuta(lima unsur/elemen), yang menopang kehidupan. Pajak yang dimaksudkan itulah yang disebut dengan Bhutabali, dalam bentuk Thyaga(pengorbanan) yang dibayar kepada Panchamahabhuta melalui Yajna. Inilah makna Bali dalam konteks tersebut. Bagaimana hal ini dapat dijelaskan ?Alam semesta, Nay, dan setiap mahkluk hidup mengandung unsur Pancha Maha Bhuta(lima elemen yang terdiri dari unsur tanah, air, api, udara dan ether/akasa). Tanah mempunyai segala kemampuan laten yang dimiliki oleh setiap ciptaan. Bumi mempunyai segenap kemampuan dan bahan yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia serta semua mahkluk lain. Ibu bumilah merupakan perwujudan segala kemampuan yang melindungi dan memelihara semua mahkluk. Jika bumi tidak bergerak saja, maka segenap ciptaan akan berakhir. Demikian juga halnya dengan air dan api. Manusia dan ciptaan yang lain juga mengandung unsur air dan api. Tubuh kita segera ambruk kalau tidak ada kedua unsur ini. Di dalam tubuh kita ada Jatharagni(api pencernaan), bahkan didalam lautpun ada Badabagni. Unsur udara tidak terbatas pada suatu tempat tertentu, tetapi memenuhi segala sesuatu. Manusia dapat bertahan hidup kalau tidak ada makanan, tetapi akan segera mati kalau tidak mendapatkan udara. Sedangkan unsur ether(aakasha) adalah asal muasal unsur yang lain. Sehingga disebut dengan Shabda Brahman. Kesimpulannya, kelima unsur/elemen ini memenuhi seluruh semesta serta melindungi dan menopang kehidupan. Sesungguhnya mereka adalah(perwujudan) Tuhan.Keberadaan yang sesungguhnya adalah Brahman. Beliau meresapi dan melingkupi kelima unsur/elemen tersebut. Dengan demikian kelima unsur/elemen ini adalah wujud Tuhan(Five Elements are Form of Divinity). Kemanapun kita melihat, ke planet manapun kita pergi, kita hanya akan mendapatkan bentuk kelima unsur ini yang diselimuti oleh alam semesta yang maha luas. Demikian juga kelima unsur/elemen tersebut adalah penopang alam semesta, tubuh kita, dan setiap ciptaan baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Kelima elemen inilah yang secara langsung maupun tidak langsung menopang kehidupan manusia. Sudah sewajarnyalah manusia mengucapkan terimakasih dan rasa syukur yang dalam kepadanya. Inilah makna sesungguhnya Bhutabali. Astungkara ! ! Sungguh luar biasa konsep ini.Dengan spirit ini, semoga kita mendapatkan spirit pengorbanan, pemurnian Yajna dan kesadaran, serta membawa kita menuju kebahagiaan Atma. Jadi tidaklah benar kalau Yajna yang kita lakukan dengan motif-motif ekonomi atau motif lain. Seolah-olah kita sedang malakukan barter dengan Tuhan. “Kalau usaha saya sukses, saya sanggup ngaturang Guling,” dll. Dapat dipastikan bahwa kalau pelaksanaan Yajna mengikuti konsep Bhutabali ini, keselamatan dan kesejahteraan duniawi akan menyusul. Bukan sebaliknya, motif ekonomi yang melatarbelakangi pelaksanaan Yajna.Kita patut prihatin dengan berita seorang Profesor yang mempunyai otak dan pikiran yang ruwet sehingga keruwetan itupun dibawanya mati, bahkan menyisakan keruwetan baru bagi generasi penerusnya, seperti yang ditulis oleh bapak Dewa K Suratnaya, pada Media Hindu edisi 51. Seluruh pengetahuan dan keprofesorannya tidak sanggup untuk memahami makna spiritual pelaksanaan Yajna. Atas dasar itu dia ingin meniadakan pelaksanaan Yajna.Kenyataannya benar bahwa saat ini ada upaya-upaya pembusukan yang dilakukan oleh orang-orang untuk menghilangkan Yajna ini, dengan dalih ruwet, rumit, time and money consuming, dll. Hal ini bertambah parah dengan semakin malasnya pengikut Weda/orang Bali untuk melakukan revitalisasi dan reapresiasi terhadap konsep dan plaksanaan Yajna itu sendiri. Orang-orang Hindu khususnya di Bali, terlena dan terseret oleh gaya hidup masa kini, sehingga kehilangan banyak waktu untuk berbenah diri, memajukan ke-Balian/ke-Hinduannya dan menyelami jati dirinya. Kehilangan kesempatan untuk mendalami keluhuran konsep nilai kemanusiaan itu sendiri. Kembangkan budaya baca dan tulis tentang sastra-sastra suci kita, sehingga mempunyai kemampuan melihat aspek lebih tinggi dari setiap Yajna yang dilakukan.Jangan biarkan olok-olok ini berlangsung lebih lama lagi. Energi kosmis telah mengalami penguatan untuk meredam keresahan umat manusia saat ini. Pasanglah bola lampu dan jadikan diri kita sebagai bolamnya. Siapkan, dan siapkanlah dengan baik, sehingga kita menjadi terang, dan mampu menerangi. You are very fortunate that you have a chance to experience the bliss of the vision of the Sarvadaivathwa swaroopam (the form that is all forms of the Love) now, in this life itself. Sungguh luar biasa jaminan diatas. Bagaimana manusia Hindu menyadarinya ?Manusia Hindu, khususnya di Bali bangkitlah dari tidur panjangmu ! Sambut dan tatap cahaya cemerlang kebijaksanaan Weda. Biarlah dunia menyadari-Nya ! !.Brahman adalah sumber dan pelindung yang melingkupi seluruh ciptaan. Dia adalah kekuatan maha tinggi alam semesta dan Dia dapat melakukan apa saja sesuai kehendak Ilahi-Nya. Seluruh ciptaan, kelangsungan dan kehancuran alam semesta seluruhnya adalah kehendak-Nya. Tetapi semua yang dilakukan-Nya adalah untuk kebaikan seluruh alam semesta. Setiap kejadian di dunia ini sekecil apapun adalah atas kehendak-Nya. Kitalah penyebab seluruh penderitaan ini. Pada pengertian ketuhanan tidak ada kehendak untuk menyusahkan atau membuat duka cita. Seluruh yang Brahman lakukan adalah untuk kesejahteraan manusia/kemanusiaan. Manusia khususnya manusia Bali kini pergi kemana-mana, ilmu gaib, dukun sakti, mencari alat-alat mejik dan usaha-usaha bodoh lainnya untuk mengurangi penderitaan dan kesedihannya. Celakanya lagi, mereka bahkan saling menyalahkan dan menimpakan kesalahannya kepada orang lain terhadap kesakitan dan penderitaan dirinya. Mereka jarang mau melakukan pemeriksaan kedalam dirinya, karena sesungguhnya seluruh pengalaman baik buruk dalam hidupnya adalah cerminan dari dirinya sendiri. Apapun yang kita rasakan menyusahkan atau menyenangkan, berpikirlah selalu bahwa semuanya untuk kebaikan kita. Ketidakmampuan untuk merealisasikan kebenaran ini, membuat manusia khususnya Bali mengalami banyak penderitaan dan kesusahan. Setiap orang harus berusaha keras untuk menyadari kebenaran yang mendasari setiap kehendak Tuhan. Akibat pengaruh jaman Kali Yuga, manusia berhasil mengembangkan kecerdasannya pada beberapa cabang pengetahuan dengan semangat yang tinggi, tetapi justru berkurangnya kemampuan untuk memahami kebenaran abadi dibalik seluruh ciptaan. Oleh karena itu, adalah sangat penting bagi kita manusia khususnya manusia Bali untuk menanamkan dengan dalam Nammakam(Faith/Kepercayaan dan keyakinan). Kepercayaan dan keyakinan diibaratkan seperti sepasang mata bagi manusia. Tanpa kepercayaan dan keyakinan, manusia buta.Seseorang yang mempunyai kepercayaan kepada Tuhan akan dapat mengembangkan kepercayaan kepada setiap orang. Jadi setiap orang harus mengembangkan keyakinan yang mantap bahwa Tuhan itu adalah imanen dalam setiap mahkluk hidup, dan seluruh ciptaan. Upanishad mengatakan Isavasyam idam sarvam(seluruh alam semesta diresapi oleh Tuhan) dan Easvara sarva bhutanam(Tuhan melingkupi alam semesta). Tuhan adalah Immanent(tetap ada) didalam setiap ciptaan merupakan sebuah Nammakammu(keyakinan). Oleh sebab itu, seseorang harus mempunyai kepercayaan yang kuat kepada Tuhan, dalam wujud seluruh ciptaan.Seluruh kegiatan Yajna yang dilakukan adalah untuk kemajuan manusia dalam artian spiritualitas, bukan duniawi semata. Lakukan usaha keras untuk memahami prinsip spirtualitas dibalik kegiatan Yajna besar bahkan yang kecil sekalipun. Kalau melakukan Yajna untuk kepentingan duniawi semata itu namanya pengemis.“Menabur benih racun kita berharap memetik buah manis. Tak tahan menelan buah pahit yang didapat kita beralih dan menyalahkan Tuhan”Inilah yang terjadi saat ini. Oleh karena itu miliki dan kembangkan kepercayaan yang kuat didalam diri kita paada Tuhan dan yakini bahwa Beliau ada dimana-mana. Sarvatah panipadam tat sarva thokshi siromukham, sarvatah sruthimalooke sarvamavruthya tisthathi(dengan tangan, kaki, mata, kepala, mulut, dan telinga sebarkan sesuatu yang dikehendaki untuk kesatuan alam semesta).Dalam konteks seperti inilah semestinya Yajna yang harus dilakukan diseluruh Bali, bahkan di seluruh dunia. Kalau kebenaran ini dapat kita realisasikan dalam kehidupan, sebutan “Bali sebagai pulau dewata” adalah hal yang pantas. Jadilah manusia Hindu/Bali yang memahami nilai ketuhanan didalam diri kita, dan seluruh ciptaan.Jangan biarkan Bali dibusukkan dengan pelaksanaan Yajna yang bersifat Tamasik apalagi Rajasik. Terlebih lagi Yajna yang dilaksanakan tanpa manfaat spiritual sama sekali. Jangan pula biarkan Hindu dibusukkan oleh orang-orang yang ingin meniadakan Yajna dalam artian luas. Yajna adalah aktualisasi nilai spiritual Hindu. Terdapat tiga aspek dalam hal ini, yang meliputi; Karma(work=kerja), Upasana(worship=Yajna/persembahan/persembahyangan), danJnana(wisdom=kebijaksanaan). Hanya bila ketiga ini direalisasikan sebagai satu kesatuanlah segala buah manis Yajna akan dapat dihasilkan. Hal ini dapat dibayangkan seperti mempelajari Weda; chantingkan mantramnya, praktekkan nilai-nilai luhurnya, dan dapatkan anugrah-Nya.“Lokah Samasthah Sukhino Bhavantu”Semoga seluruh semesta sejahtera dan bahagiaMade DarmayasaRSUD. Kotabaru. Kalimantan Selatandmsogs@yahoo.co.id