Kembali merefleksikan diri, mengapa menjadikan dunia kedokteran sebagai satu langkah pasti.
Teringat salah satu pertanyaan Imam Ghazali, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Tak sedikit memang yang menjawab orang tua, guru, teman atau kerabat, ya, semuanya memang benar, namun satu yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Sebab kematian adalah janji Allah, seperti yang tertuang dalam firman Nya "Setiap yang bernyawa (pasti) akan merasakan mati." (QS Ali Imran [3]: 185).
Waktu terus berputar, hidup terus berlangsung, detik demi detik bergulir, semakin mendekatkan diri pada kematian. Tak pernah ada yang tau kapan masa itu muncul, boleh jadi kita masih bisa tersenyum hari ini, namun tidak untuk esok. Tak ada yang menjamin esok raga ini masih bernyawa. Paling dekat, sekaligus menjadi yang paling ditakuti dan dihindari kebanyakan orang. Pikiran lebih banyak terjejali dengan urusan hidup, berfikir tentang di mana kita akan kuliah, dimana kita akan bekerja, baju apa yang akan kita gunakan esok pagi, apa yang akan dimakan hari ini, dsb. Pikiran-pikiran seperti ini yang terkadang lebih sering dijadikan prioritas.
Terlintas di pikiran tentang kematian ketika sakit mulai mendera, musibah mulai menimpa, kecelakaan, penganiayaan, upaya pembunuhan terjadi dsb. Kematian linear dengan ketakutan untuk kebanyakan orang, dan disaat itulah fitrah nya mereka mencari penolong dari rasa takut yang mereka alami. Mereka rela menanggalkan harta,tahta, dan berbagai kepentingan lain untuk mempertahankan kehidupan.
Proses kematian banyak didahului dengan kesakitan, paling dekat kaitan nya dengan dunia kesehatan, kedokteran. Menjadi logis ketika akhirnya harapan akan hidup digantungkan kepada para pejuang kesehatan, terutama dokter sebagai pemegang tanggung jawab dan pengambil keputusan terbesar.
Menjadi seorang dokter berarti menghalalkan diri untuk menjadi tumpuan harapan di dunia akan ketakutan terbesar dalam hidup, yakni kematian. Pengejawantahan bentuk tawakal dan penyerahan diri sepenuhnya pada Allah swt. Menolong dan menjawab harapan orang-orang yang berada dalam ketakutan adalah sebuah kemuliaan. Kemuliaan itu terletak pada doa, dalam HR. Ibnu Majah dikatakan bahwa doa orang sakit makhbul seperti doanya malaikat. Doa itulah yang membesarkan para dokter, sederhana, dari ketulusan yang menumbuhkan. Ukuran nya bukan materi.
Kesakitan dan kematian, salah satu mozaik perenungan yang amat nyata bagi kita yang masih diberikan kesempatan hidup. Menjadi dokter sejatinya selalu diingatkan, bahwa dunia ini hakikatnya hanya tempat persinggahan, hanya sementara.
Tak hanya merefleksikan kematian, menjadi dokter sejatinya secara holistik mempelajari makna dan hakikat kehidupan. Belajar kompleksitas kehidupan, dari tataran sel, organ, tubuh, hingga sosial. Mengaplikasikan nya dalam pengenalan dan penjagaan diri, hingga manusia sekitar. Bicara ilmu kedokteran berarti bicara juga tentang perlindungan kehidupan. Mencoba mempertahankan kualitas kehidupan yang tinggi sampai waktu kematian yang ditentukan datang.
Mempelajari kehidupan, sejatinya menjadikan diri lebih mengenal Sang Pencipta kehidupan. Bergelut di dunia kedokteran, idealnya menjadikan diri semakin mengenal dan dekat dengan Allah swt, Sang Pencipta kehidupan, itu yang terpenting.
Tak hanya memberikan perlindungan kehidupan, ilmu kedokteran juga memberikan perlindungan keturunan, perlindungan pikiran, perlindungan kekayaan, dan lebih luas lagi perlindungan agama. Menjadi bagian dari dunia kedokteran berarti mewakafkan diri untuk senantiasa memberikan kebermanfaatan dalam berbagai aspek tersebut. Sungguh beruntung setiap kita yang dapat memberikan manfaat, seperti sabda Rasulullah saw yang tertuang dalam HR. Bukhari bahwa sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.
Profesi kedokteran membutuhkan kompetensi yang terintegrasi, mengkolaborasikan ilmu, seni, dan norma kemanusiaan secara proporsional. Menjadikan insan abdi di dalamnya harus memiliki dasar berpikir yang baik, sistematis, intuitif dan memiliki pendekatan sosial yang baik. Tak hanya concern dalam aspek fisik saja, namun mental dan sosial secara holistik menjadi keharusan yang perlu diperhatikan. Profesi kedokteran memang dapat memberikan kebahagiaan yang sangat bagi mereka yang berhasil diperbaiki kualitas hidup nya, namun tak jarang ketika akhirnya harus berteman dengan kesedihan, tatkala penurunan kualitas hidup, atau bahkan kematian. Kemampuan menyentuh hati adalah sebuah keniscayaan. Komunikasi hati ke hati, empati, penyamaan frekuensi pikiran diperlukan dalam setiap tahapan profesi ini, mulai dari penegakkan diagnosis, treatment, hingga penyikapan dari output perawatan dan pengobatan yang dilakukan. Cure and care dalam profesi ini menjadi sebuah keharusan.
Profesi kedokteran adalah profesi kebersamaan, baik dari segi kerja maupun figuritas performance setiap individu yang ada di dalamnya. Kebaikan dan keteladanan diri diperlukan, sebab kelalaian yang dilakukan personal dapat menimbulkan stigma profesi secara keseluruhan. Kebersamaan dalam kesejawatan menjadikan setiap kita terikat dalam satu kesatuan yang saling menumbuhkan idealnya.
Tak hanya sebagai agen penyembuh semata, dokter juga memiliki peran strategis sebagai agen pengubah dan agen pengembang bangsa ini. Peningkatan daya saing bangsa melalui intervensi terhadap sumber daya manusia nya, karena sehat tak hanya terbebas dari penyakit dan kelemahan saja, melainkan juga sempurna baik secara fisik, mental, maupun rohani yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Merefleksikan diri dan dunia kedokteran berarti merefleksikan kehidupan dan kematian, merefleksikan kedekatan dengan Sang Pencipta, merefleksikan keunggulan komparasi melalui kompetensi integratif yang harus dimiliki, dan merefleksikan soliditas ikatan melalui kebersamaan dalam kesejawatan, serta merefleksikan kontribusi untuk bangsa.
Memilih kedokteran sebagai langkah pasti, idealnya berarti menjemput takdir sejarah melalui amal unggulan dan keutamaan dunia dan akhirat yang bisa kita peroleh di dalamnya.
• Teruntuk rekan seperjuangan, para dokter muda, proses yang telah dan sedang kita lalui memang panjang, jalani itu dengan sabar dan rasa syukur, kembali refleksikan diri bahwa jalan yang kita ambil penuh dengan kemuliaan :) , tetap semangat menjadi relawan kemanusiaan dalam misi pendidikan
• Teruntuk adik-adik yang sedang menjalankan pembelajaran pre klinik, nikmati prosesnya, dan siapkan bekal ilmu terbaik untuk diabdikan pada masyarakat, dan temukan berbagai bukti kebesaran Tuhan mu yang menciptakan dari setiap ilmu yang dipelajari.
• Teruntuk calon rekan sejawat, guru dan teladan kami, para dokter yang telah mengabdikan diri untuk bangsa. Jaga terus idealisme dan semangat memberi untuk umat, biarkan kami terus belajar dari keteladanan. Jemput keutamaan dunia dan akhirat yang terhampar.