Minggu, 13 Desember 2009

Hepatitis

HEPATITIS

Pengertian
Hepatitis adalah inflamasi akut hepar. Ini disebabkan oleh bakteri atau cedera toksik, tetapi hepatitis virus yang sering terlihat. (alter et al, 1990 dalam Engram, 1999 : 524)
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel Hepar yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas. (Brunner & Suddarth, 2002 : 1169)

Hepatitis virus adalah peradangan hati, penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. (Corwin, 2000 : 573)
Hepatitis virus B adalah virus DNA (Deoxiribo nucleid Acid). Hepatitis ini ditularkan terutama melalui darah. Virus telah ditemukan pada saliva, semen, sekresi vaginal dan dapat ditularkan melalui membran mukosa dan lecet pada kulit. (Brunner & Suddarth, 2000 : 208)
Virus Hepatitis B (HBV) merupakan virus DNA berselubung ganda berukuran 42 nm yang memiliki lapisan permukaan dan bagian inti. (Price, 2006 : 488)

Anatomi Fisiologi
Hepar terletak di belakang tulang-tulang (kosta) dalam rongga abdomen daerah kanan atas. Hati memiliki berat sekitar 1.500 gr atau 2,5 % berat badan orang dewasa normal dan dibagi menjadi 4 lobus. Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur yang dinamakan lobulus

Hepar menerima suplai darahnya dari dua sumber yang berbeda. Sebagian besar aliran darah Hepar, sekitar 1000 mil per menit, adalah darah vena yang berasal dari lambung, usus halus dan usus besar, pankreas dan limpa. Darah ini mengalir ke Hepar melalui vena porta. Darah vena ini kurang mengandung oksigen tetapi kaya akan zat-zat gizi. Darah ini juga mungkin mengandung toksin dan bakteri. Sumber lain pendarahan Hepar adalah arteri hepatika yang mengalirkan darah sekitar 500 mil per menit. Darah arteri ini memiliki saturasi oksigen yang tinggi. Kedua sumber darah tersebut mengalir ke dalam kapiler Hepar yang disebur sinusoid. Dari sinusoid darah mengalir ke vena sentralis di setiap lobulus, dan dari semua lobulus ke vena hepatik. Vena hepatika mengosongkan isinya ke dalam vena kava inferior.

Metabolisme adalah proses sel yang berlangsung terus-menerus, di mana molekul-molekul makanan dasar (gula, asam amino dan asam lemak) dibentuk menjadi struktur sel atau simpanan energi dan kemudian diuraikan dan digunakan untuk menjalankan fungsi-fungsi sel. Pembentukan struktur sel dan simpanan energi disebut anabolisme; penguraiaannya disebut katabolisme. Hepar penting untuk anabolisme dan katabolisme.

Setelah dicerna dan dicerna ke dalam aliran darah, glukosa disalurkan ke semua sel tubuh dan digunakan sebagai sumber energi. Glukosa memerlukan insulin agar dapat masuk ke dalam sebagian besar sel. Apabila tidak segera diperlukan untuk menghasilkan energi, maka glukosa dapat disimpan di dalam sel sebagai glikogen. Hepar memiliki keistimewaan yaitu dapat menyimpan sejumlah besar glukosa sebagai glikogen. Hepar berfungsi sebagai penyangga glukosa untuk darah. Apabila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka simpanan glikogen di Hepar juga meningkat. Hal ini akan mengembalikan kadar glukosa ke tingkat normal. Pembentukan glikogen disebut glikogenesis. Glikogenesis berlangsung selama fase absorptif pencernaan, yang terjadi segera setelah makan kadar glukosa tinggi. Glikogenesis adalah proses yang dependen insulin.

Setelah pencernaan, asam-asam amino memasuki semua sel dan diubah menjadi protein untuk digunakan oleh sel untuk membentuk enzim dan komponen-komponen struktural sel misalnya ribosom, kolagen, protein kontraktil otot, dan DNA/RNA inti. Walaupun berbagai organ (termasuk ginjal dan mukosa usus) ikur berperan menyimpan asam amino ekstra sebagai protein, jaringan utama yang menyimpan protein di tubuh adalah Hepar. Penguraian protein simpanan terjadi apabila kadar asam amino plasma turun di bawah ambang tertentu dan asam-asam amino dibebaskan dari protein simpanan.

Hampir semua lemak dicerna diserap ke dalam sirkulasi limfe sbagai kilomikron, yang merupakan gabungan dari trigliserida, fosfolipid, kolesterol, dan lipoprotein. Kilomikron disalurkan oleh pembuluh limfe ke duktus torasikus untuk kemudian menyatu dengan sirkulasi sistemik. Trigliserida kemudian diubah kembali menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim-enzim di dinding kapiler, terutama kapiler di Hepar dan jaringan adiposa. Dari kapiler, asam lemak dan gliserol dapat berdifusi masuk ke sebagian besar sel.

Hepar memetabolasi sebagian kolesterol yang terdapat di dalam sel menjadi garam-garam empedu. Sisa kolesterol lainnya disalurkan ke darah, berkaitan dengan fosfolipid sebagai lipoprotein. Lipoprotein mengangkut kolesterol ke semua sel tubuh untuk digunakan membentuk membran, struktur-struktur intrasel, dan hormon steroid. Tingginya kadar dua jenis lipoprotein, yaitu lipoprotein berdensitas-rendah (low density lipoprotein, LDL) dan lipoprotein berdensitas sangat rendah (very low density lipoprotein, VLDL), mengisayaratkan bahwa Hepar menangani kolesterol dalam jumlah besar.

Empedu dibentuk oleh semua sel Hepar dan terdiri dari air, garam-garam empedu, bilirubin, kolesterol, asam lemak, lesitin, dan elektrolit. Kecuali air, substansi yang paling banyak terdapat di empedu adalah garam-garam empedu. Garam empedu disintesis di Hepar dari kolesterol yang disalurkan ke Hepar dari usus halus atau disintesis secara langsung oleh Hepar dalam proses metabolisme lemak. Semua sel Hepar ikut serta dalam membuat empedu dan masing-masing sel mengsekresikan empedunya ke dalam kanalikulus biliaris kecil yang mengelilingi semua sel.

Hepar memiliki peran penting dalam mentransformasikan zat-zat biologis yang mungkin toksik pada kadar tinggi, atau yang tidak dapat dieksresikan dari tubuh tanpa transformasi. Zat-zat yang diperlukan seperti ini oleh Hepar mungkin berupa zat yang dimakan oleh individu atau oleh zat yang diproduksi oleh tubuh sendiri. Contoh-contoh zat yang ditransformasikan oleh Hepar adalah bilirubin, hormon-hormon, obat, dan toksin. Biotransforasi metabolik juga disebut sebagai detoksifikasi metabolik.

Bilirubin adalah suatu produk penguraian sel darah merah. Setelah sel darah merah menghabiskan rentang umurnya yang 120 hari, maka membran sel tersebut menjadi sangat rapuh dan pecah. Hemoglobin dilepaskan dan diubah menjadi bilirubin bebas oleh sel-sel fagositik. Bilirubin bebas berikatan dengan albumin plasma dan mengalir ke Hepar.

Bilirubin bebas dianggap tidak berkonjugasi karena, walaupun berikatan dengan albumin, pengikatan bersifat resversibel. Setelah berada di hepar, bilirubin dibebaskan dari albumin dan, karena bilirubin bebas bersifat larut dalam lemak, maka bilirubin tersebut mudah masuk ke dalam hepatosit. Setelah berada di dalam hepatosit, bilirubin dengan cepat berkaitan dengan zat lain, biasanya asam glukoronat, dan ditempat ini dianggap terkonjugasi. Bilirubin terkonjugasi bersifat larut air dan tidak larut lemak.

Hepar memodifikasi atau membuat banyak hormon dalam tubuh menjadi tidak aktif. Hepar mengolah hormon-hormon steroid termasuk kortison, estrogen, testosteron, progesteron, dan algoateron agar hormon-hormon tersebut lebih larut dalam air ketimbang larut lemak sehingga mereka bisa dieksresikan. Apabila biotransformasi ini tidak dapat berlangsung, maka hormon-hormon tersebut cenderung tertimbun dalam tubuh, khususny di jaringan adiposa.

Anomia adalah suatu produk sampingan penguaraian protein. Amonia ditaspormasikan menjadi urea di Hepar dan dieksresikan dalam urin. Tanpa fungsi Hepar ini, terjadi penimbunan amonia dalam darah yang dapat menimbulkan disfungsi saraf, koma atau kematian.

Obat dan toksin dimodifikasi oleh Hepar dan dibuat menjadi inaktif atau larut air dengan mengkonjugasikan mereka dengan senyawa kimia lain agar dapat dieksresikan. Tanpa fungsi Hepar yang baik, banyak toksin dan obat yang akan terakumuasi di tubuh. Selain itu, banyak senyawa kimia yang digunakan untuk mengkonjugasikan obat dan toksin larut lemak, misalnya protein plasma, disintesis oleh hait. Dengan demikian, pada Hepar yang kurang berfungsi baik supali senyawa-senyawa tersebut akan tidak adekuat.

Alkohol adalah suatu contoh obat yang terutama dimetaboalsi di Hepar. Metabolisme di Hepar mengaikuiti dua jaras. Jaras pertama menggunakan enzim, alkohol dehidrogenase, dan menghasilkan produk akhir asetaldehida. Asetaldehida kemudian diubah menjadi asetat dan ion-ion hidrogen. Reaksi-reaksi ini berlangsung di sitoplasma dan mitokondria hepatosit.

Hepar adalah organ penyimpan darah. Apabila volume darah berkurang, misalnya sewaktu terjadi perdarahan, maka Hepar dapat membebaskan darah ke sirkulasi. Demikian juga, Hepar dapat meningkatkan simpanan darahnya apabila terjadi peningkatan volume darah yang signifikan, atau apabila darah mengalir kembali ke sirkulasi perifer akibat gagal jantung kanan.

Hepar juga bertanggung jawab untuk mensintesis protein-protein plasma, termasuk albumin, konsentrasi albumin di dalam plasma adalah penentu utama tekanan osmotik koloid plasma, gaya utama yang menyebabkan reabsorpsi dari ruangan interstisium kembali ke kapiler. Apabila fungsi Hepar terganggu, dan tekanan onkotik dalam kapiler rendah, maka plasma yang terfiltrasi keluar kapiler tidak dapat berdifusi kembali ke dalam kapiler. Dengan demikian, akan terjadi pembengkakkan dan edema ruang interstisium.

Secara hematologis, Hepar berfungsi membentuk beberapa faktor pembekuan termasuk faktor I (fibrinogen), II (protrombin) dan VII (prokonvertin). Tanpa produksi zat-zat ini yang adekuat, pembekuan darah akan terganggu dan dapat terjadi perdarahan hebat. Selain itu, vitamin K adalah suatu vitamin larut lemak yang dibutuhkan untuk membentuk faktor-faktor ini dan faktor pembekuan lainnya. Karena garam-garam empedu diperlukan untuk menyerap semua vitamin larut lemak di usus, maka disfungsi yang menyebabkan penurunan pembentukan atau suplai empedu ke usus juga dapat menimbulkan masalah perdarahan.

Kapiler-kapiler di Hepar disebut sinusoid. Aliran darah di dalam sinusoid adalah campuran darah vena dari vena porta dan darah arteri dari arteri hepatika. Sinusoid dilapisi oleh sel-sel makrofag fagositik yang disebut sel Kupffer. Sel-sel ini menyingkirkan bakteri, sel-sel yang mati, dan benda asing lainnya yang berasal dari darah, terutama darah porta, yang memperfusi Hepar.

Hepar mampu menyimpan vitamin B12, D, dan A. Besi disimpan di Hepar sebagai feritin. Vitamin dan besi dapat disalurkan ke tubuh dari Hepar apabila kadar zat-zat tersebut dalam darah turun.

Etiologi
Hepatitis B (HBV), kadang-kadang disebut hepatitis serum. Penyakit ini bersifat serius dan biasanya menular melalui kontak dengan darah yang mengandung virus. Penyakit ini juga ditularkan melalui hubungan kelamin, dan dapat ditemukan di dalam semen dan cairan tubuh lainnya. Yang berisiko khusus mengidap HBV adalah pemakai obat-obat terlarang, intravena, para pekerja kesehatan, dan heteroseks dan homoseks yang aktif secara seksual. Para remaja memperlihatkan angka hepatitis B yang tinggi, sering ditularkan melalui hubungan kelamin.

Patofisiologi
Virus-virus yang menyebabkan hepatitis dapat menyebabkan cedera dan kematian hepatosit dengan secara langsung membunuh sel dan dengan merangsang reaksi peradangan dan imun yang mencederai atau menghancurkan hepatosit. Reaksi peradangan melibatkan degranulasi sel mast dan pelepasan hestamin, pengaktifan komplemen, lisis sel-sel yang terinfeksi dan sel-sel di sekitarnya, serta edema dan pembengkakkan interstisium.

Respons imun yang timbul kemudian mendukung respons peradangan. Perangsangan komplemen dan lisis sel serta serangan antibodi langsung terhadap antigen-antigen virus menyebabkan destruksi sel-sel yang terinfeksi. Hepar menjadi edematosa sehingga kapiler-kapiler kolaps dan aliran darah berkurang yang menyebabkan hipoksia jaringan. Akhirnya terbentuk jaringan ikat dan fibrosis di Hepar.

Manifestasi Klinis
Gambaran klinis hepatitis dapat berkisar dari asimtomatik sampai penyakit yang mencolok, kegagalan Hepar, dan kematian. Terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis: stadium prodromal, stadium ikretus, dan periode konvelensensi (pemulihan).

Stadium Prodromal, disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus selesai dan pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini disebut prikterus karena ikterus belum muncul. Individu akan sangat infeksius pada stadium ini. Antibodi terhadap virus biasanya belum dijumpai. Stadium ini berlangsung 1-2 minggu dan ditandai oleh maliese umum,
rasa lelah, gejala-gejala infeksi saluran nafas atas, mialgria (nyeri otot), keengganan terhadap sebagian besar makanan.

Stadium Ikterus, adalah stadium kedua hepatitis virus, dan dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih. Pada sebagian besar orang, stadium ini ditandai oleh, seperti disyaratkan oleh namanya, timbulnya ikterus. Manifestasi lain adalah memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodromal, pembesaran dan nyeri Hepar, splenomegali, mungkin gatal (pruritus) di kulit.

Stadium Pemulihan, adalah stdium ketiga hepatitis virus dan biasanya timbul dalam 4 bulan untuk hepatitis B dan C, dan dan dalam 2-3 bulan untuk hepatitis A. Selama periode ini gejala-gejala mereda, termasuk ikterus, nafsu makan pulih.

Dampak terhadap Sistem Tubuh
Sistem Kardiovaskuler
Dampak terhadap sistem kardiovaskuler mencakup bradikardia akibat hiperbilirubinemia, ikterik pada sklera, kulit dan membran mukosa. (Doenges, 2000 : 534)

Sistem Pernapasan
Terjadi penimbunan cairan serosa dirongga peritonium/ ascites (Rongga abdomen, dan permukaan bawah diafrgama) menyebabkan sesak akibat desakan cairan ascites ke paru-paru.

Sistem Pencernaan
Dampak hepatitis B terhadap sistem Pencernaan yaitu terjadi diare ataupun konstipasi, feses berwarna tanah liat, mual, muntah dan ascites (Doenges, 2000 : 534), hati membesar sedang dan terasa nyeri, limpa teraba membesar, dan sering ditemukan limfadenopati yang nyeri. (Price, 2006 : 491)

Sistem Integumen
Dampak hepatitis B terhadap sistem Integumen yaitu pruritus/ gatal dapat terjadi akibat penumpukan garam empedu pada kulit, ikterik pada kulit, angioma jaring-jaring dan eritema palmar. (Doenges, 2000 : 534)

Sistem Perkemihan
Dampak hepatitis B terhadap sistem Perkemihan yaitu selama masa ikterik, urine menjadi lebih gelap (Price, 2006 : 491),

Sistem Muskuloskeletal
Dampak hepatitis B terhadap sistem muskuloskeletal yaitu adanya pegal-pegal yang menyeluruh di seluruh badan, tidak enak badan dan lemah. (Brunner&Suddarth, 2002 : 1174), mialgia, artalgia, dan ketegangan otot (Doenges, 2000 : 534)

Sistem Persyarafan
Dampak hepatitis B terhadap sistem Persyarafan yaitu klien akan menjadi peka rangsang, cenderung tidur, letargia, sakit kepala, dan asteriksis. (Doenges, 2000 : 534)

Laboratorium
Terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan fungsi Hepar, dijumpai peningkatan kadar bilirubin, waktu protombin memanjang akibat penurunan faktor-faktor koagulasi

Farmakoterapi
Diet dengan zat-zat gizi yang adekuat diajurkan untuk mengurangi beban metabolik pada Hepar, ingesti alkohol harus dihentikan, pasien dianjurkan beristirahat dan diperlukan penatalaksanaan terhadap komplikasi gagal Hepar