Senin, 16 Mei 2011

Efek anestesi pada anak

Pembiusan tidak dapat dihindarkan bila alasan medis mengharuskan untuk dilakukan tindakan operasi pada pasien yang memerlukannya, termasuk pada anak-anak. Namun, dalam penelitian terbaru ditemukan, pembiusan atau anestesi ulang, bisa menghambat kemampuan belajar pada anak-anak.

Para peneliti asal Swedia menyatakan, anestesi ulang berkaitan dengan kemampuan memori dan sel-sel pada batang otak. Anestesi ulang menyebabkan masalah belajar pada anak-anak.

''Bagian anestesi untuk dokter anak telah lama menduga ini. Anak-anak yang terbius berulang kali selama beberapa tahun memungkin menderita gangguan belajar dan memori,'' kata peneliti Klas Blomgren dalam suatu pernyataannya yang dimuat dalam pemberitaan internasional, termasuk Healthday, beberapa waktu yang lalu.

Tim dari Universitas Goteborg melakukan percobaan pada tikus. Mereka ingin mengetahui apa yang terjadi pada sel-sel batang otak ketika mereka sedang terkena medan magnet yang kuat. Para peneliti menemukan bahwa medan magnet tidak berpengaruh pada tikus. Hanya, diketahui bahwa setelah berkali-kali mendapatkan pembiusan untuk pencitraan resonansi magnetik, rupanya tindakan itu berdampak pada sel-sel batang otak.

''Kami menemukan bahwa mengulangi anestesi dapat menghapuskan sebagian besar sel-sel batang dalam hippocampus, wilayah otak yang penting untuk memori. Sel-sel dalam hippocampus yang membentuk saraf dan sel-sel glial, dan pembentukan sel-sel saraf dianggap penting bagi fungsi ingatan kita,'' kata Blomgren.

Pembiusan pada tikus muda yang hidup sampai dewasa memiliki masalah memori. Namun, masalah ini tidak terlihat pada pembiusan yang dilakukan pada tikus dewasa. Gejala ini dimungkinkan karena sel-sel otak pada tikus muda lebih sensitif dibandingkan tikus dewasa.

"Meskipun beragai upaya-upaya diperluas, kami belum dapat memahami persis, apa yang terjadi ketika sel-sel induk telah dihapuskan. Kami tidak bisa melihat tanda-tanda peningkatan kematian sel, tetapi kami berpendapat bahwa sel induk kehilangan kemampuan mereka untuk membagi,'' tambahnya.

Para peneliti berpendapat, dari hasil ujicoba pembiusan pada tikus muda dan tikus dewasa, maka disimpulkan bahwa anestesi yang berulang-ulang memang berpengaruh pada sel otak. Hal ini pun dimungkinkan berlaku pula pada manusia, khususnya pasien anak-anak yang perlu untuk mendapatkan tindakan pembiusan