Kamis, 27 Juni 2013

Berbahayakah Flek Paru pada Anak?

Berbahayakah Flek Paru pada Anak? SAAT ini flek paru pada anak sudah tidak asing lagi di telinga kita. Banyak sekali anak-anak baik dari keluarga, saudara, ataupun tetangga yang divonis mengidapnya dan tentunya harus minum obat jangka lama, paling tidak hingga 6 bulan. Jika ditanyakan kepada orang tuanya apa yang dimaksud flek paru ? Biasanya orang tua tidak dapat menjelaskan secara pasti dan hanya mengatakan menjalani perintah dokter saja untuk rajin dan rutin mengkonsumsi obat-obatan yang telah diberikan.



Flek paru, ditandai badan panas tinggi dan batuk-batuk. Penyakit ini muncul akibat tertular dari orang lain yang telah terinfeksi TBC. Bisa jadi, batuk merupakan indikasi dari berbagai penyakit yang bisa dialami anak. Tetapi bila batuk disertai gejala sesak napas, kemungkinan ini pertanda ia terserang flek paru.
Menurut dr  Elijawati, Sp.A (K), dokter mitra spesialis anak RS Telogorejo Semarang selama ini ada kesalahan persepsi yang terlanjur berkembang di masyarakat, bahwa flek paru identik dengan penyakit Tuberkulosis (TBC/TB). Padahal banyak penyakit lain yang juga ditandai dengan adanya flek ini. Biasanya jika dokter mendiagnosis flek paru bisa dimungkinkan ada keraguan dokter, bisa jadi karena alat diagnosisnya belum banyak, jadi masih belum tegas.

’’Dokter bisa saja curiga pasien anak tersebut terkena TBC. Tetapi untuk memastikan bahwa anak benar terkena TBC, harus diperiksa secara kompleks. Kenapa dokter memberitahu orang tua dengan menyebut  ëflek paruí adalah hanya untuk memperhalus istilah saja agar tidak membuat orang tua pasien ketakutan. Anggapan mengidap penyakit TBC sering membuat orang takut, sehingga ketika akan mendiagnosis TBC, dokter lebih nyaman mengatakan pada orang tua, bahwa anak terkena flek,’’terangnya.

Ada sedikit kesulitan saat mendiagnosis TB pada anak, misalnya dengan tes sputum BTA yaitu dengan mengambil dahak untuk diuji di laborat apakah terkena penyakit tersebut apa tidak.

’’Biasanya dokter mendiagnosis ataupun mendeteksi dengan cara skoring sebagai uji taktis. Misalnya kalau skoring TB, ada tidak yang telah kontak dengan pasien TB. Bagaimana berat badannya apakah memiliki gizi yang baik/buruk. Bagaimana tipe batuknya apakah lama/tidak, sering terjadi demam apa tidak, terdapat pembesaran kelenjar getah bening apa tidak. Bisa juga ada pembekakan di tulang-tulang atau sendi apa tidak, kemudian diperkuat dengan dilakukan rontgen. Semua itu mempunyai skoring-skoringnya tersendiri serta jika diperlukan mungkin bisa dilakukan CT scan,’’terangnya.

Flek paru pada anak biasanya ditularkan dari orang dewasa. Bakteri ini menyebar melalui percikan ludah, batuk, bersin, udara pernapasan dari penderita tuberkulosis (TBC) kepada anak-anak. Biasanya anak dengan daya tahan tubuh buruk akan dengan mudah tertular. Gejala khasnya, berat badan kurang dan jika diberikan bermacam-macam obat berat badannya belum juga naik.

’’Apalagi diperparah dengan lingkungan yang buruk, banyak orang meludah sembarangan, atau berada di perumahan kumuh, kemungkinan orang tua harus curiga anaknya terkena TBC. Jika tidak segera ditangani dikhawatirkan akan mengganggu tumbuh kembang anak misalnya badan yang semakin kurus sehingga mudah sakit. Komplikasi bisa terjadi di luar paru atau di dalam paru, atau hampir semua organ bisa dihinggapi TBC, jika dibiarkan bisa mengakibatkan radang otak sehingga bisa meninggal,’’ungkapnya.

Mengetahui gejala sejak dini, memperbesar peluang kesembuhan secara total dengan pemberian obat maupun antibiotik yang tepat. Namun bila terlambat, apalagi jika sudah disertai komplikasi, tentu jadi lebih sulit. Pengobatan berlangsung lama dan harus dijalani secara intensif, bisa dengan jangka pendek atau panjang, jangka pendek minimal 6 bulan dengan pengobatan teratur. Selain itu diperlukan juga pemeriksaan lanjutan, untuk melihat berapa besar keberhasilan pengobatan yang diberikan, juga untuk mengetahui apakah obat-obatan tersebut berdampak positif dalam penyembuhan.

Yang terpenting, beberapa minggu mengkonsumsi obat-obatan, si kecil akan terlihat lebih baik dan gejala-gejala yang timbul perlahan menghilang. Namun seringkali terjadi karena keharusan minum obat dalam jangka waktu lama, si pasien jadi bosan atau merasa sudah sembuh, hingga pengobatannya tidak tuntas. Padahal kalau pengobatannya tidak tuntas, si pasien akan kebal terhadap obat tersebut. Bila suatu saat kembali terserang kuman TBC di paru-parunya, maka pengobatannya jadi lebih sulit, pesannya.
Cara pencegahan, untuk bayi berikan zat-zat kekebalan tubuh sejak lahir, seperti zat yang terkandung dalam ASI dan juga sebaiknya menghindari kontak fisik dengan penderita TBC yang masih terinfeksi aktif. Biasakan juga anak untuk memiliki waktu istirahat yang cukup dan olahraga yang teratur.

’’Selain itu nutrisi baik dengan gizi makanan yang seimbang, lingkungan sehat, kebersihan rumah, perbaikan ekonomi bagi penderita misalnya jangan membeli hal-hal yang tidak penting lebih baik untuk perbaikan nutrisi keluarga saja dan tentunya pemberian imunisasi BCG wajib hukumnya agar bayi memiliki imun (pertahanan) terhadap serangan bakteri ini,’’ujarnya.

Yang perlu diperhatikan, bagi para orang tua yang anaknya telah mengidap flek paru ataupun positif TBC tidak perlu khawatir terlalu berlebihan. TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila penderita mengikuti anjuran dokter untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan, serta mengkonsumsi makanan yang bergizi cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Orang tua juga harus waspada dan perhatian ektra karena jika penderita  tidak rutin untuk meminum obatnya biasanya pengobatan bisa gagal dan perlu diulang. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat mengunjungi dokter paru. (dokter paru terbaik)