Rabu, 16 Maret 2011

SMF BEDAH ORTHOPAEDI
Pada tahun 1960, Kapal HOPE (Hospital Ship) datang ke Indonesia dan karena Dr. Soejoto dam Dr. Soebijakto adalah dokter ahli orthopaedi, maka barang-barang orthopaedi di kapal HOPE diserahkan ke Indonesia di RS Fatmawati. Sejak saat itulah RS Fatmawati mempunyai sarana bedah orthopaedi yang lebih baik/lengkap dari pada rumah sakit lain. Sebagai contoh sabun cuci tangan rumah sakit lain menggunakan B29, di RS Fatmawati menggunakan "Physohex", selain baju, selimut, jas yang baik. Pada saat itu RS Fatmawati disebut sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Orthopaedi.
Keterangan foto :
Mayjen Dr. Suyoto, Direktur RS Fatmawati I (kedua dari kanan) sedang menyimak penjelasan pimpinan Kapal Hope saat menerima peralatan bedah orthopaedi
 




























Kemudian Dr. Soejoto diganti oleh Dr. Soehasim< Karena Dr. Soehasim pendidikan asal Jepang, beliau menampung dokter lulusan Jepang seperti Dr. Aris Santoso Simanjuntak Nasution juga dr. Sunarno (lulusan dari Jerman). Mereka ditempatkan sebagai dokter umum di bagian bedah.
Perkembangan Pelayanan Bedah Orthopaedi
Semua tindakan pembedahan harus diketahui oleh Dr. Soebijakto terlebih dahulu dan setiap hari Selasa dan Kamis membawa kasus yang akan dioperasi ke RSCM. Drs. Soebijakto setiap akan mengasuh di RSF selalu membawa asisten bedah dari FKUI dan yang selalu diajak adalah Dr. Soelarto karena rumahnya kebetulan berlokasi di Kebayoran dengan menggunakan VW sekaligus mengambil jatah bensin dan pembagian dari Depkes. Setiap hari Rabu dan Jum'at, Dr. Soelarto dan Dr. Soebijakto selalu datang ke RS Fatmawati.
RS Fatmawati sebenarnya didirikan untuk merawat penderita TBC anak, terletak di luar kota dan terisolasi. Kasus spondilitis/TBC tulang belakang banyak ditangani, sebelum ada pendidikan care medico operasinya hanya kasus tertentu seperti incisi abses. Dengan adanya care medico, Dr. Soelarto mulai melakukan operasi spondilitis. Kemudian operasi-operasi tulang belakang mulai berkembang dan Rehabilitasi Medis dibentuk sebagai extention dari tindakan-tindakan orthopaedi, seperti Pott's paraplegi, trauma, scoliosis, arthroscopy dll. Dalam 1 hari dikatakan ada 2-3 kasus spondilitis dan tindakan anestesinya dilakukan sendiri oleh Dr. Soelarto karena belum ada perawat anestesi. Dan karena ibu Soejoto aktif di YPAC, banyak kasus di YPAC yang ditangani di RS Fatmawati seperti polio.
Keterangan Foto:
Dr. Aris Simanjuntak, salah satu pembantu residen orthopaedi saat-saat awal
Perawat anestesi pertama yang disekolahkan adalah Bp. H. Mansyur dan penata anestesi. Karena tindakan operasi di RS Fatmawati semakin meningkat, maka oleh RSCM dikirim dr. Noto (part timer) sebagai dokter ahli anestesi (itupun hanya kalau ada operasi-operasi besar saja).
Klinik orthopaedi saat itu tidak ada, bagian orthopaedi hanya menggunakan kamar rontgen yang dulu setelah di gedung indah sayap barat dengan tiga kamar operasi (sekarang instalasi SIRS). Dari 3 kamar operasi tersebut 1 kamar digunakan untuk istirahat karena dokter ahli bedah terbatas.
Tahun 1968 selain RSCM dan YPAC, RS Fatmawati mulai digunakan sebagai lahan pendidikan orthopaedi dan care medico (Amerika, Canada, Australia dan Singapura).
Pada tahun 1970 bagian bedah dan bagian orthopaedi mulai dipecah, karena digunakan sebagai pendidikan dan semakin meningkatnya baik pasien bedah umum maupun bedah orthopaedi. Kamar operasi digunakan secara bergiliran dan orthopaedi tetap menggunakan hari khusus yaitu Rabu dan Jum'at. Namun tidak menutup kemungkinan tindakan bedah orthopaedi dilakukan di hari lain kalau memang ada hari kosong, tetapi untuk operasi besar tetap dilakukan pada hari Rabu dan Jum'at.
Sebagai ketua SMF Bedah Orthopaedi yang pertama adalah Prof. Dr. Soelarto Reksoprodjo, SP.B), Kedua Dr. Indradi Roosheroe, SP.BO dan yang ketiga sampai sekarang adalah Dr. Sofyanuddin, Sp.BO.
Perlunya dikembangkan pelayanan Rehabilitasi Medis sebagai pelayanan bedah lanjutan Bedah Orthopaedi
Dengan adana konsep unggulan RS Fatmawati sebagai pusat Bedah Orthopaedi, maka perlu dikembangkan pelayanan lanjutan bagi pasien Bedah Orthopaedi yaitu dengan mengembangkan rehabilitasi medis.
Dalam pengembangan pelayanan Orthopaedi, RS Fatmawati bekerjasama dengan konsultan luar negeri yaitu Care Medico dari Perth, Australia (George B). Perth adalah salah satu pusat rehabilitasi medis yang terkenal di dunia. Care Medico datang ke RS Fatmawati untuk membuat "Spine Unit".
Karena banyak kasus orthopaedi yang memerlukan tindakan rehabilitasi medis, maka oleh Dr. Soelarto, dikembangkan fisioterapi termasuk kebutuhan format formulirnya (sampai saat ini formulir tersebut masih dimanfaatkan).
Kemudian datang rombongan dari Akademi Fisioterapi yaitu Hardjono, Naryo yang menemani Ibu Sama dan Ibu Maryani untuk mendukung didirikannya "Spinal Unit" yang kemudianberkembang menjadi rehabilitasi Jakarta. Pusat Rehabilitasi Militer terletak di RS Veteran Bintaro dan Pusat Rehabilitasi Sipil adalah RS Fatmawati.
Perkembangan Lokasi Ruang Perawatan Bedah Orthopaedi
Pada awalnya bergabung dengan ruang perawatan Bagian Bedah. kemudian setelah dipisah dengan Bagian Bedah pada tahun 1970, ruang perawatan Bagian Bedah Orthopaedi sempat bergabung bersama ruang perawatan Instalasi Rehabilitasi Medis. Dan setelah dibangun ruang I atas bantuan Gubernur DKI Bapak Ali Sadikin, maka ruang perawatan Bedah Orthopaedi menempati Ruang I tersebut. Bantuan Gedung tersebut diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto bersama Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada tahun 1973. Dikutip dari buku 40 tahun RS Fatmawati