Senin, 07 Maret 2011

Serafeddin Sabuncuoglu Ahli Anestesi Masa Turki Usmani

Pemikiran Serafeddin berpengaruh besar bagi kemajuan kedokteran dunia.

Suasana keilmuan di Amasya memberi pengaruh tersendiri bagi Serafeddin Sabuncuoglu. Daerah yang berada Anatolia Tengah memang dikenal sebagai pusat ilmu, perdagangan, dan seni. Lingkungan yang sarat tradisi keilmuan seakan membawanya larut di dalamnya. Ia merambah ke dalam luasnya ilmu kedokteran.
Kemampuannya kian terasah saat ia bergabung dengan rumah sakit di Amasya yang dibangun pada 1308 Masehi oleh Pemerintah Turki Usmani. Selama 14 tahun berpraktik di sana, Serafeddin telah melakukan sejumlah operasi pada tubuh manusia. Lalu, merintis teknik sterilisasi, analgesi atau menahan rasa sakit, dan anastesi atau pembiusan.
Teknik-teknik itu sangat penting dalam proses pembedahan. Ketiga teknik yang ia kembangkan berbasis pada pemanfaatan kandungan khasiat tanaman obat. Adalah akar tanaman mandrake serta minyak almond yang menurut eksperimen medisnya ternyata bisa digunakan untuk melakukan anelgesi ataupun anestesi.
Pada tanaman mandrake, terdapat sejumlah zat yang bisa digunakan sebagai obat penenang dan pembiusan. Ibrahim Basagaoglu, pakar medis dari Departemen Sejarah Kedokteran dan Ilmu Anestesi, Universitas Istanbul, pada artikel “Anesthesia Techniques in the Fifteenth Century”, menyampaikan kekagumannya pada Serafeddin.
Menurut dia, di samping menemukan kombinasi tanaman obat yang tepat, Serafeddin juga berhasil merintis teknik dan prosedur anestesi modern. Serafeddin menuliskannya dalam kitab kedokteran yang membuatnya terkenal, yaitu Cerrahiye-i Ilhaniye. Kitab ini ditulis saat ia berusia 80 tahun.
Serafeddin memaparkan, beberapa pasien bisa tahan ketika dilakukan katerisasi, sebagian lainnya tidak. Maka itu, obat bius atau murkid perlu disiapkan. Ia pun memberikan langkah-langkah pembuatan ramuan anestesi tersebut.
Akar tanaman mandrake (luffah) diambil sebagian, lalu dicampurkan ke dalam minyak almond. Biarkan selama satu malam. Setelah itu, berikan satu sendok larutan kepada pasien setelah makan. Beberapa menit kemudian, sang pasien sudah tertidur.
Ia juga mengingatkan, pemberian obat bius itu harus memperhatikan dosis secara akurat. Bagi orang dewasa, takarannya satu sendok makan. Untuk pasien anak-anak, cukup separuhnya. Ia meminta para dokter dan ahli bedah tidak menambah atau mengurangi dosis agar menghindari malapraktik. Prosedur anestesi dan pembuatan obat anestesi merupakan sumbangsih berharga Serafeddin di dunia kedokteran.
Ia menyempurnakan teknik serupa yang sudah berlangsung sejak dahulu kala. Sejarah menyebutkan, anestesi telah dipakai dalam lingkup pengobatan pada zaman peradaban Mesir, Mesopotamia, Assyria, Yunani, hingga Romawi kuno. Masyarakat kuno menggunakan tanaman opium, selain mandrake, untuk keperluan ini.
Kandungan zat pada tanaman opium juga efektif dalam proses anestesi dan pengurang rasa sakit. Era kejayaan Islam meneruskan tradisi ini dengan memanfaatkan khasiat tanaman tersebut secara luas dalam praktik medis. Al Razi (845-930) adalah dokter dan ahli bedah Muslim kenamaan yang memakai tanaman itu dalam operasi.
Demikian pula dengan Abu Qasim al Ammar (936-1013). Ia kerap mengandalkan tanaman opium dan mandrake pra dan pascaoperasi pembedahan. Ia bahkan menuangkan teknik yang digunakannya dalam buku bertajuk al-Tashrif. Pada buku Canon of Medicine, Ibnu Sina mengatakan bahwa opium dan mandrake sebagai tanaman obat paling efektif. Khususnya dalam anestesi dan analgesi.
Empat abad berikutnya, Serafeddin memperkuat teori dan praktik pemanfaatan tanaman obat, semisal opium dan mandrake, pada proses anestesi ataupun pengobatan sakit kepala dan luka terbuka. Seperti dokter dan ahli bedah Muslim lainnya, ia juga menggunakan teknik anestesi dengan cara hirup.
Bahan spons dicelupkan pada larutan dari campuran tanaman mandrake, opium, dengan minyak almond. Kemudian, ditutupkan ke hidung pasien. Tak berapa lama, pasien itu tertidur dan dapat dioperasi. Tak hanya mahir di bidang anestesi, bedah menjadi keahlian lainnya yang ia kuasai dengan baik.
Kontribusi paling penting adalah penyebaran pengetahuan bedah anak. Ia mengkaji secara mendalam sejumlah aspek mengenai bidang ini. Salah satu bagian dari buku Cerrahiye-i Ilhaniye membahas teknik bedah anak. Lewat buku itu, bidang bedah anak memperoleh pijakan kuat pada lingkup kedokteran.
Penjelasan sistematis dan berbagai modifikasi medis dalam buku tadi membuatnya dijadikan salah satu referensi utama buku-buku terkait operasi bedah, selain buku karya al-Zahrawi. Serafeddin mengembangkan teknik bedah anak yang mencakup praktik operasi bedah bayi, balita, dan anak-anak.
Secara umum, beberapa terobosan baru mampu dihasilkan, misalnya menyangkut proses bedah, teknik bedah, instrumen bedah, dan penanganan setelah operasi. Prosedur yang dilakukan merupakan kombinasi dari metode bedah anak yang sudah dipraktikkan di dunia kedokteran Yunani, Arab, Persia, dan Romawi.
Ragam  inovasi pada prosedur anestesi, analgesi, ataupun operasi bedah dari Serafeddin berpengaruh besar bagi kemajuan ilmu kedokteran di seluruh dunia. ed: ferry kisihandi

Menawarkan Inovasi
Praktisi kedokteran modern terus mempelajari risalah yang ditulis Serafeddin Sabuncuoglu, yaitu Cerrahiye-i Ilhaniye. Buku ini berisi penjelasan lengkap mengenai ilmu bedah. Kitab itu diakui sebagai salah satu ensiklopedi bedah terlengkap dari era Turki Usmani.
Buku tersebut disusun Serafeddin saat telah berusia 80 tahun. Akan tetapi, usia lanjut tidak menyurutkan semangatnya dalam berkarya dan memberikan sumbangan intelektual berharga. Menurut Ibrahim Basagaoglu, pakar medis dari Universitas Istanbul, karya Serafeddin itu merupakan buku bedah pertama yang dilengkapi gambar ilustrasi.
Secara keseluruhan, buku itu terdiri dari tiga bab, 191 pokok bahasan, dan 412 halaman. Di seluruh dunia, terdapat tiga salinan buku ini. Salinan pertama saat ini masih disimpan di Perpustakaan Fatih Millet, Istanbul, Turki. Salinan kedua berada di Departemen Sejarah Kedokteran di Universitas Istanbul. Dan, Salinan terakhir dapat ditemukan di Perpustakaan Biblioteaque, Paris, Prancis.
Sejarawan medis dari Departemen Ilmu Bedah Anak Universitas Istanbul, Nil Sari, menyampaikan pujian terhadap karya Serafeddin. Ia mengatakan, selain ilustrasi prosedur operasi bedah, risalah itu berperan penting dalam pengembangan teknik bedah.
Serafeddin mampu mengombinasikan prosedur bedah dari peradaban Yunani, Arab, dan Turk, dengan berbagai inovasi yang diciptakannya sendiri. Hasilnya adalah sebuah praktik ilmu bedah dengan teknik cemerlang hingga berpengaruh luas di belahan benua Eropa.
Disebutkan Nil Sari, walau telah banyak literatur kedokteran yang membahas teknik bedah, akan tetapi bidang ini belum sepenuhnya digali secara sistematis. Keistimewaan karya Serafeddin adalah penjelasannya yang lengkap mengenai teori dan praktik bedah anak.
Pada pertemuan asosiasi bedah anak di Yunani pada 1983,  Nil Sari mengungkapkan bahwa hanya Serafeddin yang secara konsisten menerjemahkan Buku Petunjuk tentang Pembedahan yang disusun al-Zahrawi. Ia kemudian memodifikasi teknik, instrumen, dan prosedur bedah dari ilmuwan legendaris tersebut.
Cerrahiye-i Ilhaniye, ujar Nil Sari, membahas empat bidang penting, yaitu teknik kateterisasi; bedah umum, termasuk pediatri dan bedah plastik; ortopedi; serta persiapan operasi. Di dalamnya mengkaji tentang berbagai penanganan bedah, antara lain penyembuhan hydrocephalus, pengobatan jari, pengobatan anus, dan sunat anak.
Di sisi lain, Serafeddin memandang penting bidang farmasi, terutama keberadaan fasilitas apotek. Hendaknya, apotek tersedia di banyak tempat sehingga memudahkan masyarakat memperoleh obat-obatan. Karya medisnya yang lain adalah buku berjudul Mucerrebname (Dalam Perjuangan).