Sabtu, 24 Oktober 2009

Listiyanto Andriatmono

Listiyanto Andriatmono
Gemah ripah loh jinawi. Itu yang dirasakan Listiyanto Andriatmono ketika kecil, saat ikut kakek dan orang tuanya yang menjadi juragan beras di Boyolali, Jawa Tengah. Anak kedua dari 6 bersaudara ini sangat terkesan pada kehidupan di desa. Penduduk yang mengandalkan hasil pertanian sebagai sumber penghasilan, mampu menghidupi keluarga secara layak. Alih-alih menjadi juragan beras, Listiyant malah menggeluti dunia farmasi.

Lulus dari Departemen Nutrisi Universitas Diponegoro, Semarang, saat menunggu wisuda sarjana, ia berinisiatif mengisi waktu luang dengan bekerja. Tanpa tahu apa itu medical representative, setelah
membaca iklan lowongan di surat kabar dia melamar dan diterima. Dari 20 peserta training, Tiyan menjadi yang terbaik. “Saya ingat, ketika training saya dijuluki ‘Tiyan Ababil’. Artinya, Tiyan yang tidak tahu apa-apa tapi mampu menghanguskan seluruh peserta,” katanya.

Selepas training, ia memilih ditempatkan di Makasar. Karirnya terus menanjak. Setelah pindah dari satu perusahaan farmasi ke perusahaan farmasi lain, kini ia menjabat Senior Product Manager Oncology Business Unit di PT. Novartis Indonesia.

Tak ada istilah “bawahan” dalam kamus kerjanya, yang ada adalah “mitra kerja”. Itu karena di dunia marketing, banyak program yang harus dikerjakan. Saat implementasi, perlu bantuan seluruh anggota tim sebagai mitra kerja. “Perlu kerja cerdas,” ujarnya. Kerja cerdas adalah melakukan pekerjaan yang mengandalkan otak sebagai pilar utama. Perlu pemikiran dan strategi yang matang, agar tercipta inovasi yang berbeda dengan perusahaan lain.

Meski sibuk, keluarga tetap yang utama. Dia sering membantu anak-anaknya mengerjakan pekerjaan rumah. Dan saat liburan, ia bersama keluarga pergi berlibur. Tempat favorit adalah Bali. “Anak saya senang berenang di Kuta. Kulitnya yang putih sampai hitam karena berjemur seharian di pantai, selama 2 minggu,” ujarnya. Selain hobi main tenis dan bulu tangkis, ayah 4 anak ini gemar makan bakso dan kepiting. “Kenapa saya suka bakso? Jawabannya, karena enak," ia tertawa. (ant)