Sabtu, 24 Oktober 2009

Gangguan Kepribadian

Seperti janji saya pada postingan mengenai konsep kepribadian, maka kini saya akan membahas mengenai gangguan Kepribadian.

Gangguan Kepribadian yaitu kondisi patologik kepribadian yang sangat tidak fleksibel dan sangat sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup sehingga mengakibatkan gangguan fungsi yang bermakna atau penderitaan subjektif.
Seseorang yang menderita gangguan kepribadian mempunyai sifat-sifat kepribadian yang sangat kaku dan sangat sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Akibatnya, dia akan mengalami "kerusakan" berat dalam hubungan sosialnya atau dalam bidang pekerjaannya, serta dirinya merasa sangat menderita.
Gangguan kepribadian berbeda dengan gangguan perubahan kepribadian dalam waktu dan cara terjadinya. Gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan yang timbulsejak kanak-kanak atau remaja dan berlanjut sampai masa dewasa. Gangguan kepribadian bukan akibat sekunder dari gangguan jiwa lain maupun penyakit otak, walaupun gangguan kepribadian dapat didahului dan terjadi bersamaan dengan gangguan lainnya. sebaliknya gangguan perubahan kepribadian adalah gangguan yang terjadi pada masa dewasa akibat suatu stress berat berkepanjangan, tekanan lingkungan yang berat, gangguan jiwa berat, atau penyakit cedera otak.
Gejala yang timbul diantaranya alloplastik (berusaha merubah lingkungan disesuaikan dengan keinginannya), dan egosintonik (dapat menerima dengan baik gejala-gejalanya). umumnya orang dengan gangguan kepribadian tidak mencari bantuan psikiatrik.
Belum ada penyebab pasti dari gangguan kepribadian. namun terdapat beberapa faktor yang diduga memiliki hubungan erat dengan gangguan kepribadian, diantaranya:
Faktor Genetik
Saudara kembar satu telur dari penderita gangguan kepribadian jauh lebih banyak yang menderita gangguan kepribadian dibanding dengan saudara kembar dua telur.
Faktor Biologik
Faktor hormnal diduga mempunyai hubungan yang erat dengan gangguan kepribadian, orang yang impulsif mempunyai kadar hormon testosteron yang lebih tinggi.
Faktor Psikologik
Sigmund Freud menduga ciri kepribadian berhubungan erat dengan fiksasi pada salah satu fase perkembangan sebelumnya. Misalnya, orang yang pasif dan dependen mempunyai fiksasi pada fase oral. Selanjutnya, Wilhem Reich mengemukakan bahwa gejala gangguan kepribadian sangat ditentukan oleh jenis mekanisme pembelaan ego yang dipergunakannya. Misalnya orang dengan gangguan kepribadian paranoid menggunakan mekanisme pembelaan ego proyeksi, orang dengan gangguan kepribadian kompulsif menggunakan mekanisme pembelaan isolasi, dan orang dengan gangguan kepribadian historik mengguanakan mekanisme pembelaan ego dissosiasi.
dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa 5 sampai 10% penduduk dewasa menderita gangguan kepribadian. Jadi prevalensi gangguan kepribadian 5-10 kali lebih tinggi dari prevalensi skizofrenia dan gangguan afektif berat, serta hampir sama dengan prevalensi gangguan neurotik.
Prevalensi kejadian lebih sering terjadi pada masyarakat yang dipenjarakan dan pada masyarakat dengan sosial ekonomi rendah. Biasanya gejala gangguan kepribadian akan menetap, namun pada sebagian kecil kasus, akan mengalami pengurangan gejala seiring bertanbahnya usia. Orang dengan gangguan kepribadian akan mudah mengalami beberapa kesulitan, seperti dalam hal pekerjaan, penyesuaian diri dalam perkawinan, hubungan sosial, kecenderungan penyalahgunaan obat/ zat, atau sering berurusan dengan petugas hukum.