Senin, 04 Maret 2013

dr. Florence M. Manurung, SpM

dr. Florence M. Manurung
“Saya tidak sengaja memilih bidang ophthalmology. Ini lebih karena dibujuk dosen saya untuk menjadi asisten saat itu,” ujar dr. Florence M. Manurung, SpM. Sebelumnya, ia menganggap remeh bidang ini. Ia merasa, menjadi spesialis mata hanya akan mengurusi mata yang relatif kecil. Lain halnya jika ia mengambil spesialis penyakit dalam, atau bidang ilmu kedokteran lain.
Kemudian ia menyadari bahwa mata itu luas, bak menelusuri gua yang banyak tantangannya. “Mempelajari mata harus sabar, teliti, jeli dan hati-hati,” ujarnya. Mata merupakan komponen tubuh yang sangat rumit, berhubungan dengan otak dengan  kerumitan yang sama.
Setelah lama mendalami mata, ia mengambil hal yang lebih spesifik yaitu ophthalmology anak. Kebetulan, rumah sakit tempatnya bertugas membutuhkan seorang ophthalmology anak. Kebutuhan akan ahli mata anak ternyata semakin meningkat. Ia bersyukur, saat ini banyak orangtua yang datang ke klinik mata untuk memeriksakan anaknya yang masih berumur 1 tahun. Ada kalanya, orangtua khawatir dengan kondisi mata anaknya, padahal sebetulnya tidak terjadi apa-apa, si anak hanya menderita penyakit mata ringan.
Banyak suka duka yang dialami. Sukanya ketika orangtua anak bisa diajak komunikasi dengan baik, atau anaknya lucu dan gampang berkomunikasi. Dukanya, ia harus berangkat lebih pagi dan pulang belakangan. Tak lain karena sifat anak yang bermacam-macam, ditambah lagi peri laku orangtuanya. Seperti, ketika melarang  anak main game, ia dibalas dengan kata-kata, “Dokter sok tahu, masa saya gak boleh main game.” Dilema dokter anak bukan saat pemeriksaan, tapi lebih pada komunikasi. “Perlu pendekatan psikologi, dan harus ekstra sabar,” katanya.
Dokter mata anak di Indonesia terasa makin dibutuhkan kehadirannya. Pertama, pendidikan orangtua makin meningkat. Kedua, makin banyak kasus mata pada anak karena kemajuan teknologi; gadget kini makin canggih dan makin banyak acara TV yang menarik untuk anak. Kasus retinopathy of prematurity (ROP), bisa mengakibatkan kebutaan sejak bayi. Edukasi baru menyentuh masyarakat perkotaan. “Di daerah-daerah masih belum,” katanya. (ant)