Sabtu, 30 Oktober 2010

Aku menyebutnya "Jalan Cinta Para Pejuang" part 1

Bismillah,akhirnya bisa menulis juga. Setelah beberapa hari sejak erupsi pertama gunung Merapi pada hari Selasa,26 Oktober 2010, sangat terkuras pikiran dan tenaga untuk sekedar membantu meringankan beban saudara-saudara kita di lereng gunung teraktif di dunia tersebut.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk sombong atau pamer atau apalah. Tapi terserah juga interpretasi tulisan ini kepada pembaca..^^
Hari pertama erupsi, dengan tim dari MER C dan TBMM FK UGM,malam itu langsung tancap gas ambulan untuk sampai di barak pengungsi terdekat di Umbulharjo. Tim 1 segera membantu evakuasi korban awan panas di desa Kinahrejo, tempat mbah Marijan tinggal. Dan benar, ambulan MER C dan TBMM menjadi ambulan kedua yang sampai dilokasi terparah akibat semburan awan panas Merapi. Evakuasi korban langusng dilakuakn dengan peralatan seadanya. Dalam kegelapan malam tim bekerja, mengangkat korban, penanganan darurat dan sebagainya untuk bisa mengevakuasi korban. Alhamdulillah semakin larut bantuan semakin banyak berdatangan baik dari dinas, rumah sakit, tentara maupun NGO-NGO lain. Sampai terasa berlebihan ketika semua entah ingin menjadi dan tampil menjadi pahlawan atau benar-benar tulus membantu. Tim kedua MER C dan TBMM menyusul pada pukul 10 malam waktu setepat untuk memberikan bantuan kepada tim pertama.
Evakuasi pun dihentikan pada tengah malam menjelang pergantian hari karena suasan yang tidak memungkinkan, gelap dan aktivitas Merapi yang meningkat.
Tim kemudian dibagi lagi menjadi 2 tim untuk melakukan tugas surveillance barak-barak pengungsian yang berjumlah 7 tempat di kabupaten Sleman ini. Tim pertama ke Hargobinangun dan sekitarnya sedangkan aku yang berada di tim 2 bersama dr. Adrian, Raja Humbert, Afif dan Pak Tu meluncur ke Kepuhardjo dan Glagaharjo, sebelah timur barak Umbulharjo. Di Kepuharjo kami langsung menghubungi pos kesehatan dan pos logistik untuk menanyakan barang-barang yang sangat diperlukan. Dan di Kepuharjo ini kami melihat dengan mata kepala sendiri aksi heroik dari saudara sesama relawan yang dengan penuh pengorbanan membantu menyelamatkan 1 keluarga yang terjebak awan panas di rumah mereka dan semuanya alhamdulillah selamat. Subhanalloh dan salut untuk beliau. Glagaharjo menjadi tujuan kedua kami untuk melihat kesiapan tim medis disana. Dan memang disana dengan kapasitas hampir seribu pengungsi hanya 1 orang dokter yang diperbantukan.
Kembali ke markas pada pukul 3 dini hari dan jam 7 pagi langsung dilakukan rapat koordinasi tanggap bencana untuk mahasiswa FK UGM.
(cerita masih lanjut..)
*kadang aku berpikir, kami ini orang gila,sinting atau apalah. Bisa saja kami seperti yang lain, tidur enak di kosan atau di rumah, makan enak, melakukan apa saja yang ingin dilakukan. Bisa saja. Tidak perlu repot-repot mondar mandir, ikut rapat sana-sini, bolak-balik survei, bolak-balik angkat barang2, muter-muter cari dana dan lain sebagainya. Sangat bisa. Tapi entah kenapa jiwa ini kurang berminat dengan hal-hal seperti itu. Makan, tidur, main dll. Ada suatu dorongan untuk bisa membantu sekecil apapun yang kami bisa. Sekecil apapun yang bisa kami usahakan. Seremeh apapun yang kami kerjakan. Bukan bermaksud sombong, mengeluh dan pamer2..tidak sama sekali,astaghfirulloh jauh dari itu. Tidak penting buat kami.
Ada suatu kepuasan tersendiri dari apa yang kami kerjakan. Entahlah kami juga tidak tahu kenapa bisa seperti itu. Memang semua tidak bisa dijelaskan dengan rasio ada hal-hal yang benar-benar sama sekali tidak terjangkau oleh akal dan rasio. Ada suatu kecintaan melakukan hal-hal yang bisa membuat orang lain sejenak melupakan kesedihan atas apa yang mereka alami. Dan itulah mengapa aku menyebutnya "Jalan Cinta Para Pejuang"..cont'd