Sabtu, 23 Januari 2010

Menjemput takdir sejarah



Menjadi seorang muslim sebelum segala sesuatu. Menjadi seorang da'i sebelum segala sesuatu. Penyeru kebaikan, pencegah kemungkaran. Menjadi seorang Muslim Dokter, bukan Dokter Muslim, karena identitas saya sebagai muslim melekat jauh lebih lama, jauh lebih dalam dibandingkan identitas saya sebagai dokter, mahasiswa kedokteran tepatnya. Kebanggaan menjadi seorang muslim yang mendasari arah gerak, langkah dan menghiasi segala aspek yang akan dijalani.

Menjadi seorang dokter sejatinya bukan hanya mengobati orang sakit, tugas utama tetap beribadah secara total kepada Allah, sehingga perintah Allah untuk berdakwah, memegang teguh Al-Quran, bisa dijalankan dengan sungguh-sungguh sebagai seorang hamba Allah.

Kontribusi dalam dakwah merupakan suatu tuntutan atau keniscayaan. Ya, kontribusi, menjawab keterbutuhan berdasarkan kompetensi inti yang kita punya. Tidak berhenti pada tahap partisipasi. Mempersiapkan amal unggulan untuk dihadirkan kelak di pengadilan akhirat, untuk ridha-Nya. Memperluas aspek kebermanfaatan, meninggalkan jejak kebermanfaatan di ruang masa yang telah Allah modalkan kepada setiap kita. Hak diri ada pada kebermanfaatan umat, karena sebaik-baiknya manusia ialah yang paling bermanfaat untuk yang lain.

Islam agama yang syamil mutakamil, merambah seluruh sisi kehidupan. Banyak kontribusi dan aspek kebermanfaatan yang melegenda yang dilahirkan dari seorang dokter.Ibnu Sina dengan Al-Qanun fi Al-Tibbnya (Canon of Medicine) yang kini masih menjadi referensi sekolah kedokteran di Eropa. Begitu juga dengan Ibn Rusyd dengan Al-Kulliyat fi Al-Tbbnya (Colliyet). Mereka adalah para ulama, mereka juga para dokter.

Bahkan dimasa kekinian, ketika kondisi Palestina carut-marut dililit gurita konspirasi Zionis Yahudi, terdapat sosok tokoh yang tak asing lagi di taman syuhada Palestina. Tokoh yang memenuhi janjinya pada Allah. Ketika ditanya tentang tantangan, dengan bahasa Inggris yang fasih beliau menjawab, yang artinya, "Jika aku harus memilih antara mati dengan serangan jantung atau serangan Apache, maka aku lebih memilih mati luluh lantak diserang Apache."

Dan benar, pemimpin Hamas pengganti Syekh Ahmad Yasin ini akhirnya syahid dengan hantaman rudal Apache. Ialah Al-Syahid Abdul Aziz Al-Rantisi. Yang membuat saya tertegun, ternyata beliau adalah juga seorang dokter dari Palestina yang menyelesaikan Masternya di Universitas Kedokteran Alexandria, Mesir.

Orang besar, dengan kontribusi besar. Sosoknya melegenda, kebermanfaatan nya melegenda, menginspirasi kontribusi-kontribusi baru pada generasi setelah nya.

Mereka bisa berkontribusi jiwa, berkontribusi pemikiran. Ketika saya masih belum bisa memberikan kontribusi besar dalam kewenangan, ketika ada pun hanya dalam lingkup kecil komunitas, kemahasiswaan, ketika dirasa belum cukup kompetensi dan keberanian dalam kontribusi jiwa, ketika dirasa belum maksimal dalam kontribusi materi, semoga kontribusi keterampilan dan kontribusi pemikiran bisa saya up grade untuk bisa memperluas aspek kebermanfaatan sesuai kapasitas yang saya punya. National Leadership Youth Camp Salman ITB, saya pikir merupakan jalan mengakselerasi keterampilan kepemimpinan dan memperkaya khazanah pemikiran saya untuk terus bergerak, untuk terus belajar, untuk terus berjuang, untuk kebermanfaatan umat, dalam lingkup dan kapasitas saya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda. Berusaha membiasakan diri untuk memberikan kontribusi setiap hari meskipun dalam jumlah yang kecil. Mengabdi, memberikan suatu persembahan dari hati yang tak mati.

“Sesungguhnya tampilnya islam karena tampilnya umat, tampilnya umat karena tampilnya pemuda, dan tampilnya pemuda karena kebaikan akhlak”

Saya seorang mahasiswa, seorang pemuda. Dan semoga saya tampil karena kebaikan akhlak. National Leadership Youth Camp Salman ITB, menjadi sarana penjaga, sarana refleksi untuk kembali ke tujuan, sarana me-recharge ruhiyah, sarana mengembalikan dan menguatkan saya agar tetap pada jalur, sarana untuk mengakarkan kebaikan akhlak, untuk menjadi seorang pemuda pada hakikat nya. Membawa nilai-nilai islami dalam setiap aspek kehidupan.

Pemuda adalah generasi penerus bangsa, tidak jarang juga kita mendengar kalau majunya suatu bangsa itu karena pemudanya dan hancurnya suatu bangsa itu juga karena pemuda.

Peningkatan daya saing bangsa melalui kepemimpinan pemuda bukan hanya sekedar kata. Sebuah kewajaran dan rasionalitas berlogika ketika pemuda yang mengambil peran itu. Menjadi bagian dari perjalanan pertumbuhan Islam dalam sejarah. Pemuda, negara, peradaban.Transformasi bangsa ke arah lebih baik, itu ranah amal pemuda. Tak kan ada amal tanpa ilmu, dan disinilah, National Leadership Youth Camp Salman ITB, menjadi jalan, menjadi pelepas dahaga saya akan ilmu untuk terus beramal.

National Leadership Youth Camp Salman ITB, sebuah kawah candradimuka,bagi para pemuda sebagai cadangan masa depan, sebagai agen perubah/pembaharu, dan sebagai da'i tentunya.Dan saya adalah bagian dari pemuda.

National Leadership Youth Camp Salman ITB. Untuk sebuah kontribusi, menjawab keterbutuhan berdasarakan kompetensi inti. Mengakselerasi dan mengoptimalkan kompetensi itu, tempat belajar, untuk berjuang, dan memperluas ruang kebermanfaatan.Sarana menjemput momentum untuk mencetak sejarah. Untuk menghasilkan kontribusi-kontribusi baru setelahnya, untuk generasi baru. Menjadi generasi yang tak tergantikan. Menjadi bagian dari peradaban Islam, tak hanya berhenti sampai peningkatan daya saing bangsa.

Untuk sebuah kontribusi. Menjemput takdir sejarah.



* mari kita salurkan potensi itu pemuda!!


* program sehat cerdas anak bangsa, mari kita wujudkan itu untuk prototype peningkatan kualitas anak sekolah Indonesia, kelompok 2.. :)
// danfer] http://frinholictea.blogspot.com/