dr. T.M Marini |
“Melayani pasien dengan hati.” Itu kiatnya dr. T.M Marini, M.Gizi, SpGK. Di matanya saat kecil, dokter memiliki tugas mulia. Selain mampu menyembuhkan orang sakit, dokter juga berperan dalam meningkatkan kesehatan anak-anak bangsa.
Hobinya membaca sejak masih di Sekolah Dasar, membuatnya selalu mendapat rangking. Dan setelah lulus SMA, dengan mudah ia diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang. Ia lulus dokter dengan predikat memuaskan tahun 1992.
Saat mengikuti PTT di NTT, tepatnya di Puskesmas Kawangu, Kabupaten Sumba Timur, banyak pengalaman diperoleh. Hal yang membuatnya terkesan adalah ketika harus melakukan visum korban pembunuhan di daerah yang cukup jauh. “Saya harus berjalan kaki dan naik kuda melewati padang dan bukit, dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam. Ini merupakan pengalaman tak terlupakan,” dia tertawa. Ia tidak pernah merasa menyesal, karena sudah konsekwensi menjadi dokter.
Ketertarikannya menjadi seorang spesialis gizi klinik, karena anak keduanya mengalami masalah dalam mengonsumsi makanan. Hingga usia 4,5 tahun, anaknya itu hanya mengonsumsi susu dan formula cair, tidak bisa mengonsumsi makanan padat. “Saya sampai stress, karena sudah konsul ke beberapa dokter anak dan psikolog tidak membuahkan hasil,” ujarnya.
Kemudian sebuah keajaiban terjadi. Ketika mertuanya mengajak anak keduanya ini berlibur selama 2 minggu tanpa pengasuh yang biasa menemani, sekembalinya dari berlibur anaknya bisa mengonsumsi makanan padat. “Saya percaya ada tangan Tuhan dibalik ini semua,” ujarnya.
Bagi dokter yang tidak suka berolah raga ini, ia berharap kedokteran khususnya bidang gizi klinik bisa berkembang. Saat ini, banyak penyakit yang terjadi akibat pola makan yang salah. Sebagai ahli gizi, ia mengajurkan untuk menjaga kesehatan dengan minum air putih 8 gelas perhari, sebagai cara untuk mencegah dehidrasi. Dehidrasi dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi dan mood, yang bisa berakibat fatal. “Mumpung air bersih di negara kita masih melimpah ruah,” ia tertawa.