Cepi Maryadi |
Badannya yang besar dan suaranya yang lugas saat menjadi juri acara The Most Talented PM (Product Manager) 2010, membuat keder peserta kontestan yang sedang membawakan presentasi. Tapi, begitu acara di Prasetiya Mulya, Jakarta, itu usai sosok yang sepertinya menakutkan itu berubah drastis. Ia berbincang santai sambil sesekali melempar senyum kepada para peserta, saat acara makan siang.
Itulah sosok, Cepi Maryadi S.Farm, yang waktu itu menjabat sebagai Head of Nutraceutical Division PT Combiphar, yang pada dasarnya memang orang yang ramah. Ia tak segan-segan membeberkan liku-liku dunia marketing industri farmasi. “Intinya dalam dunia marketing adalah bagaimana kita cerdas mengekplorasi dan mencari value, kemudian men-deliver value dan mempertahankannya (sustain). ujarnya.
Itulah sosok, Cepi Maryadi S.Farm, yang waktu itu menjabat sebagai Head of Nutraceutical Division PT Combiphar, yang pada dasarnya memang orang yang ramah. Ia tak segan-segan membeberkan liku-liku dunia marketing industri farmasi. “Intinya dalam dunia marketing adalah bagaimana kita cerdas mengekplorasi dan mencari value, kemudian men-deliver value dan mempertahankannya (sustain). ujarnya.
Pria kelahiran Rangkasbitung, Banten, 27 Juni 1968 ini telah lama menekuni profesinya di dunia marketing farmasi, sudah sekitar 16 tahun. Ia memulai karir sebagai seorang medical representative. Sejak awal, ia yakin bisa mewujudkan cita-citanya menjadi seorang marketer profesional.
Di masa kecil ia awalnya bercita-cita menjadi dokter. Karena satu dan lain hal, tamat SMA ia tidak masuk fakultas kedokteran. “Saya masuk jurusan Farmasi Institut Teknologi Bandung,” ujar pria yang hobi mata kuliah farmakologi dan lulusan S2 Prasetiya Mulya Business School ini.
Sudah dua windu malang melintang di dunia marketing farmasi, tekad dan semangatnya untuk terus belajar tidak pernah padam. “Dunia marketing farmasi sangat dinamis karena kemajuan yang terus menerus dari ilmu kedokteran dan teknologi diagnostik dan penatalaksanaannya termasuk pengobatannya, inilah yang membuat saya ingin terus berkarya. Kalau disuruh memilih antara bekerja di pabrik/laboratorium industri farmasi, atau menjadi seorang marketer dan bekerja dilapangan, saya akan pilih tetap di marketing,” ujarnya. Menurutnya, riset dan teknologi yang terus berkembang itu secara tidak langsung akan menciptakan konsep dan value yang baru. Hal ini merupakan tantangan baginya.
Ayah dua anak ini bersama rekan satu grup bandnya sedang merampungkan sebuah album. Targetnya merampungkan 9 lagu, dan baru 6 lagu yang diaransemen. “Bukan lagu-lagu baru. Saya mencoba mengaransemen ulang lagu-lagu jazz standar, dalam kemasan yang lebih apik,” ujar pemetik gitar ini. (ant)