Indonesia merupakan negara kepulauan tropis, dengan beraneka ragam tumbuh-tumbuhan. Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan tanaman herbal. “Kita sebagai warga negara yang baik, hendaknya bisa menjaga kelestariannya. Jangan sampai potensi herbal Indonesia diambil bangsa lain,” ujar Prof. Dr. dr. M Nurhalim Shahib, M.Bimol, di sela-sela acara 11th Asia Pacific Conference & Expo on Anti-Aging & Regenerative Medicine, 12-14 Oktober 2012 di Courtyard Marriot Nusa Dua, Bali.
Prof. Nurhalim senang meneliti. Saat masih kuliah, ia sudah berkutat dengan penelitian, dan terus berlanjut hingga sekarang. Ketika baru lulus sebagai dokter, ia sempat ditegur karena banyak “menghabiskan” bahan kimia di laboratorium. Namun, ia tidak menghiraukan. “Akhirnya saya harus membeli sendiri bahan-bahan tersebut,” ia tertawa.
Sudah beberapa paten yang ia dapatkan dari penelitian. Di antaranya paten tentang Metoda Pengolahan Limbah Cair Infeksius Rumah Sakit (1995); Proses Transport Nutrien Melalui Membran Sel Tanpa Radioaktif (2008), dan Komposisi Ekstrak Kering Carica Papaya Linn, Phyllantus Niruri Linn dan Curcuma Xanthoriza Rox B untuk Anti Demam Berdarah (2009). Ada penelitian yang masih dalam proses untuk memperoleh paten, yaitu tentang Proses Pembuatan dan Komposisi Makanan Ringan yang Menurunkan Berat Badan, Kolesterol dan Mencegah Kerusakan Sel-sel Otak.
Saat studi di Monash University Melbourne, Australia, tahun 1990-an, kelahiran Tanjung Karang, Lampung, 20 Mei 1947 ini tertarik untuk mendalami molecular human genetic. “Dari situ saya tertarik mendalami biologi molekuler hingga sekarang,” jelasnya.
Bagi para peneliti muda, ia berpesan agar mengubah pandangan mengenai dunia penelitian. Upayakan untuk bisa menghasilkan penelitian yang dapat diterapkan. “Bisa berupa pengembangan yang berorientasi pada sebuah produk jadi,” katanya.
Sibuk meneliti, professor satu ini masih dapat menggeluti hobinya, yaitu memasak dan traveling ke pantai. “Saya suka masak resep-resep asli Indonesia; hanya untuk konsumsi orang rumah.” (ant)