Bakteri Leptospira |
Musim hujan telah tiba. Curah hujan yang meningkatkan pada masa-masa ini bisa jadi membawa serta tamu yang tak diundang, banjir. Begitu pula jika dikaitkan dengan isu perubahan iklim yang semakin menghangat akhir-akhir ini. Bicara masalah banjir, tidak hanya tentang masalah rumah yang terendam air dan korban yang mengungsi, namun juga mengenai berbagai masalah kesehatan. Salah satu penyakit yang berhubungan banjir disebabkan oleh spiral. Mengapa demikian?
Spiral Penyebab Petaka
Jangan salah kaprah dulu. Spiral yang dimaksud di sini bukan dalam arti alat kontrasepsi yang konvensional itu, melainkan adalah jenis bakteri berbentuk spiral yang bernama Leptospira. Bakteri inilah yang bertanggung jawab sebagai penyebab penyakit leptospirosis. Pada dasarnya, bakteri ini dapat bertahan hidup di berbagai kondisi. Leptospira sangat suka dengan lingkungan yang mempunyai tingkat kelembaban yang tinggi seperti di iklim tropis negara kita ini. Bagaimana Leptospira bisa menginfeksi manusia?
Leptospirosis termasuk salah satu jenis penyakit zoonosis, artinya penyakit yang diderita hewan dan manusia dapat ditularkan ke manusia. Hewan yang dapat terinfeksi dan menularkan leptopsirosis terutama adalah tikus, tapi hewan domestik lain seperti anjing, kucing dan babi juga dapat menularkan. Saat menginfeksi hewan maka bakteri akan masuk ke dalam ginjal dan akan dikeluarkan melalui urin sehingga berpotensi mencemari tanah dan air. Bila manusia terkena air, tanah, makanan yang terkontaminasi urin infeksius tersebut, maka ia bisa menderita leptopsirosis, kuman bisa masuk melalui luka atau lecet kulit, kadang lewat selaput lendir (mukosa) mulut, hidung dan mata. Transmisi atau penularan dari manusia ke manusia sangat jarang dilaporkan kecuali pada kondisi dengan sanitasi yang benar-benar buruk.
Hubungan Leptospirosis dengan Banjir
Mengapa kedua hal tersebut berkaitan? Seperti sudah disampaikan sebelumnya, Leptospirosis ditularkan melalui air, tanah, makanan, atau kontak langsung dengan urin hewan domestik, terutama tikus, yang mengandung bakteri leptopsira. Sebenarnya tidak harus melulu pada banjir, pada kondisi bencana alam lain pun sebenarnya kasus leptopsirosis dapat mengalami peningkatan. Namun sepertinya peningkatan lebih nyata pada saat banjir tiba. Hal tersebut mungkin disebabkan karena pada saat banjir, air got dan saluran air lainnya yang notabene adalah tempat tinggal favorit tikus meluap, atau urin hewan yang mengandung leptospira terbawa banjir dan mencemari tanah atau penampungan air. Akibatnya kemungkinan manusia terpapar dengan leptopsira akan lebih tinggi. Penyakit ini memang lazim ditemukan pada korban banjir, para sukarelawan bencana alam, atau para pekerja yang mempunyai riwayat kontak dengan hewan yang dapat menularkan, misalnya petugas laboratorium percobaan atau dokter hewan.