Senin, 24 September 2012

Mengenal Tuberkulosis pada Anak

Sampai saat ini, TBC masih menjadi momok bagi negara-negara yang berada di iklim tropis, terutama Indonesia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 - 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. Perkiraan prevalensi, insidensi dan kematian akibat TBC dilakukan berdasarkan analisis dari semua data yang tersedia, seperti pelaporan kasus, prevalensi infeksi dan penyakit, lama waktu sakit, proporsi kasus BTA positif, jumlah pasien yang mendapat pengobatan dan yang tidak mendapat pengobatan, prevalensi dan insidens HIV, angka kematian dan demografi.

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Ada 2 macam mycobacteria yang menyebabkan penyakit tuberculosis, yaitu tipe human(berada dalam bercak ludah dan droplet) dan tipe bovine yang berada dalam susu sapi.


Penularan kuman TB ini terjadi melalui udara. Hal ini disebabkan kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap 1 – 2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultra violet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari – hari sampai berbulan – bulan. Ia akan menempel pada jalan nafas atau paru – paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 ยต. Apabila bakteri dalam jumlah bermakna berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem pernafasan dan berhasil menempati saluran nafas bawah, maka penderita akan mencetuskan sistem imun dan peradangan yang kuat. Karena respon yang hebat ini, yang terutama diperantarai oleh sel T, maka hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita tuberkulosis aktif. Yang bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap infeksi tuberkulosis aktif dan hanya pada masa infeksi aktif.

DIAGNOSIS
Diagnosis paling tepat dengan ditemukan basil TB dari bahan yang diambil dari pasien, misal sputum, biopsi lambung, dll. Pada anak lebih sulit mendapatkan temuan tersebut sehingga diagnosis TB anak didasarkan pada gambaran radiologis dan uji tuberkulin.
Tanda-tanda yang penting untuk diperhatikan pada TB anak adalah:
1.      Pada anak harus dicurigai TB kalau
-          Kontak erat dengan pasien penderita TB dengan sputum BTA (+)
-          Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG dalam 3-7 hari
-          Terdapat gejala umum
2.      Gejala-gejala yang harus dicurigai TB
I.       Gejala umum tidak spesifik
-          Malnutrisi tanpa gejala yang jelas
-          Anoreksia
-          Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas
-          Perbesaran kelenjar limfe
-          Gejala respiratorik (batuk lama, tanda cairan dada, nyeri dada)
-      Gejala gastrointestinal (diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan, benjolan di abdomen, tanda cairan dalam abdomen)
II.    Gejala Spesifik
-          TB kulit
-          TB tulang/sendi
-          TB otak/saraf
-          Gejala mata (tuberkel koroid dsb)
-          Lain-lain
3.      Uji tuberculin (Mantoux test)
Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang penting dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis.Dilakukan dengan menyuntikkan intrakutan (Tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2TU atau PPD-S kekuatan 5 TU). Pembacaan dilakukan dalam 48-72 jam. Positif bila indurasi ≥ 10mm.
4.      Reaksi cepat BCG
Positif bila terjadi kemerahan dan indurasi ≥ 5mm (dalam 3-7 hari)
5.      Foto Rotgent Paru
Sering tidak khas. Dapat berupa milier, ateletaksis, infiltrat dsb.
6.      Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan langsung BTA dan kultur sputum.
7.      Pemeriksaan Serologi
8.      Pemeriksaan patologi anatomi.
9.      Respon dengan pengobatan OAT.




SISTEM SKORING TB ANAK IDAI
PARAMETER
0
1
2
3
SKOR
Kontak TB
Tidak jelas
Laporan keluarga, BTA (-) atau tidak tahu
Kavitas (+), BTA tidak jelas
BTA (+)
Tes Tuberkulin
Negatif
-
-
Positif
( ≥ 10 mm atau ≥ 5 mm pada keadaan imunosupresi)
BB / Keadaan Gizi
BB/TB < 90% 
atau
BB/U < 80%
Klinis gizi buruk atau
BB/TB< 70% atau
BB/U < 60%
Demam tanpa sebab jelas
-
≥ 2 minggu
-
-
Batuk
< 3 mg
≥     3 mg
Pembesaran kelenjar
> 1 kelenjar
≥ 1 cm
tdk sakit
Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang
+
Foto thorax
Normal / Tidak jelas
Sugestif :
§ Infiltrat
§ Pembesaran kelenjar
§ Konsolidasi segmental / lobar
§ Atelektasis
§ Kalsifikasi + infiltrat
§ Pembesaran kelenjar + infiltrat
TOTAL

CATATAN UNTUK SISTEM SKORING IDAI

-          Diagnosis oleh dokter
-          Diagnosis gizi harus ada
-          Panas / demam dan batuk tidak ada respon dengan pengobatan standar
-          Foto Ro’Thoraks bukan merupakan alat diagnostik yang utama pada TB anak
-          Semua kejadian reaksi akselerasi BCG harus dilakukan evaluasi dengan sistem skoring
-          Diagnosis TB anak bila skor ≥ 6
-          Bila skor 5 dan anak < 5 th dengan dugaan yang kuat, rujuk ke RS
-          Pemberian profilaksis INH bila kontak BTA (+) dengan skor < 6


DAFTAR PUSTAKA
 GTPT, 2007. Epidemiologi Tuberkulosisi di Indonesia.diakses dari: http://tbindonesia.or.id/tbnew/epidemiologi-tb-di-indonesia/article/55/000100150017/2  pada 2 Juni 2011, 20.30 WIB
 Purnasari Galih, 2001. Anemia pada Penderita Tuberkulosis Paru Anak dengan Berbagai Status Gizi dan Asupan Zat Gizi. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/32592/1/394_Galih_Purnasari_G2C007032.pdf  pada 3 Juli 201217.00 WIB
 Setiawati dkk: Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/ SMF Ilmu Kesehatan Anak, edisi 3, Universitas Airlangga 2008.
WHO, 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Edisi 1, WHO 2009.