Pasti anda sudah tidak asing lagi dengan penyakit yang bernama stroke. Penyakit ini sering sekali terjadi pada orang usia tua, tetapi pada zaman sekarang, orang usia muda pun dapat terkena stroke. Pada kesempatan ini saya akan sedikit berbagi mengenai kuliah yang saya dapatkan tadi siang. Kuliah saya siang tadi menceritakan tentang penanganan pertama pasien stroke di praktek pribadi. Sejujurnya tidak banyak yang dapat kita lakukan dengan keterbatasan peralatan dan obat-obatan di praktek pribadi. Namun justru karena keterbatasan inilah maka kita harus mampu melakukan apa yang bisa dilakukan secara maksimal demi kebaikan pasien.
Langsung saja. Inilah rambu-rambu penanganan pasien stroke di praktek pribadi:
1. Cek ABC (Airway, Breathing, dan Circulation), yakni Jalan napas, Sistem Pernapasan, dan sirkulasi darah,..
2. Periksa adanya cedera sekunder
Kadang pasien stroke terjatuh dan timbul luka akibat jatuh ini. Cek adanya cedera sekunder untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
3. Periksa Status Kesadaran
Periksa status kesadaran dengan standar Glasgow Coma Scale.
4. Periksa Vital Sign lengkap
Ukur tekanan darah, dan hitung denyut nadi serta Respiratory Rate, dan juga periksa suhu tubuh. Bila Respiratory rate tinggi (>28) berikan oksigen.
5. Anamnesis Lengkap
70% diagnosis berada pada anamnesis. Begitu pula untuk kasus stroke ini. Tanyakan apakah kelumpuhan timbul mendadak atau bertahap. Timbul pada saat beraktivitas atau pada saat beristirahat. Ada sakit kepala, mual muntah, dan bicara pelo sebelumnya atau tidak. Selain itu tanyakan riwayat penyakit dahulu yang dapat menjadi faktor penyebab stroke, meliputi darah tinggi, diabetes, hiperkolesterolemia, dan penyakit katub jantung.
Seringkali pada pasien stroke pasien sudah tidak sadar atau sulit menjawab pertanyaan. Dalam hal ini kita harus bertanya pada keluarga pasien. Pastikan anda bertanya pada orang yang serumah dan orang yang ada pada saat kejadian.
6. Pemeriksaan Neurologis lengkap
Meliputi Kekuatan, Tonus, Refleks Fisiologis, dan refleks patologis. Serta Refleks cahaya dan lateralisasi.
7. Lateralisasi
Lateralisasi sebenarnya merupakan bagian dari Pemeriksaan Neurologis. Namun kadang pemeriksaan ini dilakukan dengan cara yang kurang lege artis. Biasanya dokter akan meminta pasien untuk mengangkat tangan dan kakinya satu-persatu dan ditahan oleh tangan sang dokter. Pemeriksaan dengan cara ini sering meleset karena subjektivitas pemeriksa. Bisa saja skornya sama-sama 5. Tapi terjadi kelemahan pada satu sisi.
Pemeriksaan yang benar adalah:
- GCS = 3
Angkat kedua tangan penderita bersamaan dan lepaskan secara bersamaan. Sisi yang jatuh terlebih dahulu adalah sisi yang mengalami kelumpuhan. Begitu juga pada kaki. Fleksikan dan tekuk lutut penderita. Dan lepaskan secara bersamaan. Sisi di mana kaki jatuh terlebih dahulu adalah sisi yang menderita kelumpuhan
- GCS sekitar 7 dan respon motorik masih ada
Rangsang dengan rangsang nyeri. Tekan kuku penderita dengan benda yang keras. Jika kita menekan pada satu sisi dan malah justru sisi lain yang bereaksi, maka sisi yang kita tekan itulah yang mengalami kelumpuhan
- GCS mendekati 15
Suruh penderita mengangkat tangannya secara bersamaan. Sisi yang tertinggal adalah sisi yang mengalami kelemahan. Lakukan juga untuk memeriksa kaki. Suruh penderita mengangkat kakinya secara bersamaan.
8. Edukasi
Berikan pengertian singkat tentang stroke dan prognosisnya.
9. Rujuk ke RS yang memiliki fasilitas stroke yang memadai
Stroke adalah serius dan progresif. Untuk itu jangan pernah merawat jalan pasien stroke seringan apapun gejalanya. Pastikan pasien mendapat perawatan yang memadai di RS yang mempunyai pelayanan stroke yang memadai.
Point-Point penting
- Jangan pernah menurunkan tensi penderita stroke. Terkecuali tekanan darahnya lebih dari 180/110.
- Jangan memberikan obat-obat seperti warfarin, aspilet, maupun heparin sebelum tegak bahwa stroke yang terjadi adalah stroke infark. Obat-obatan ini dapat memperparah stroke Hemorrhagic.
- Pastikan semua pasien stroke mendapatkan perwatan inap. Rawat jalan baru boleh dilakukan setelah fase akut terlewati.
Langsung saja. Inilah rambu-rambu penanganan pasien stroke di praktek pribadi:
1. Cek ABC (Airway, Breathing, dan Circulation), yakni Jalan napas, Sistem Pernapasan, dan sirkulasi darah,..
2. Periksa adanya cedera sekunder
Kadang pasien stroke terjatuh dan timbul luka akibat jatuh ini. Cek adanya cedera sekunder untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
3. Periksa Status Kesadaran
Periksa status kesadaran dengan standar Glasgow Coma Scale.
4. Periksa Vital Sign lengkap
Ukur tekanan darah, dan hitung denyut nadi serta Respiratory Rate, dan juga periksa suhu tubuh. Bila Respiratory rate tinggi (>28) berikan oksigen.
5. Anamnesis Lengkap
70% diagnosis berada pada anamnesis. Begitu pula untuk kasus stroke ini. Tanyakan apakah kelumpuhan timbul mendadak atau bertahap. Timbul pada saat beraktivitas atau pada saat beristirahat. Ada sakit kepala, mual muntah, dan bicara pelo sebelumnya atau tidak. Selain itu tanyakan riwayat penyakit dahulu yang dapat menjadi faktor penyebab stroke, meliputi darah tinggi, diabetes, hiperkolesterolemia, dan penyakit katub jantung.
Seringkali pada pasien stroke pasien sudah tidak sadar atau sulit menjawab pertanyaan. Dalam hal ini kita harus bertanya pada keluarga pasien. Pastikan anda bertanya pada orang yang serumah dan orang yang ada pada saat kejadian.
6. Pemeriksaan Neurologis lengkap
Meliputi Kekuatan, Tonus, Refleks Fisiologis, dan refleks patologis. Serta Refleks cahaya dan lateralisasi.
7. Lateralisasi
Lateralisasi sebenarnya merupakan bagian dari Pemeriksaan Neurologis. Namun kadang pemeriksaan ini dilakukan dengan cara yang kurang lege artis. Biasanya dokter akan meminta pasien untuk mengangkat tangan dan kakinya satu-persatu dan ditahan oleh tangan sang dokter. Pemeriksaan dengan cara ini sering meleset karena subjektivitas pemeriksa. Bisa saja skornya sama-sama 5. Tapi terjadi kelemahan pada satu sisi.
Pemeriksaan yang benar adalah:
- GCS = 3
Angkat kedua tangan penderita bersamaan dan lepaskan secara bersamaan. Sisi yang jatuh terlebih dahulu adalah sisi yang mengalami kelumpuhan. Begitu juga pada kaki. Fleksikan dan tekuk lutut penderita. Dan lepaskan secara bersamaan. Sisi di mana kaki jatuh terlebih dahulu adalah sisi yang menderita kelumpuhan
- GCS sekitar 7 dan respon motorik masih ada
Rangsang dengan rangsang nyeri. Tekan kuku penderita dengan benda yang keras. Jika kita menekan pada satu sisi dan malah justru sisi lain yang bereaksi, maka sisi yang kita tekan itulah yang mengalami kelumpuhan
- GCS mendekati 15
Suruh penderita mengangkat tangannya secara bersamaan. Sisi yang tertinggal adalah sisi yang mengalami kelemahan. Lakukan juga untuk memeriksa kaki. Suruh penderita mengangkat kakinya secara bersamaan.
8. Edukasi
Berikan pengertian singkat tentang stroke dan prognosisnya.
9. Rujuk ke RS yang memiliki fasilitas stroke yang memadai
Stroke adalah serius dan progresif. Untuk itu jangan pernah merawat jalan pasien stroke seringan apapun gejalanya. Pastikan pasien mendapat perawatan yang memadai di RS yang mempunyai pelayanan stroke yang memadai.
Point-Point penting
- Jangan pernah menurunkan tensi penderita stroke. Terkecuali tekanan darahnya lebih dari 180/110.
- Jangan memberikan obat-obat seperti warfarin, aspilet, maupun heparin sebelum tegak bahwa stroke yang terjadi adalah stroke infark. Obat-obatan ini dapat memperparah stroke Hemorrhagic.
- Pastikan semua pasien stroke mendapatkan perwatan inap. Rawat jalan baru boleh dilakukan setelah fase akut terlewati.
1. Refleks Pupil
Saraf aferen berasal dari saraf optikal sedangkan saraf aferennya dari saraf occulomotorius.
Ada dua macam refleks pupil.
Respon cahaya langsung
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil.
Respon cahaya konsensual
Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan ukuran yang sama.
Saraf aferen berasal dari saraf optikal sedangkan saraf aferennya dari saraf occulomotorius.
Ada dua macam refleks pupil.
Respon cahaya langsung
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil.
Respon cahaya konsensual
Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan ukuran yang sama.
2. Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi)
Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke arah O dioptri maka fokus dapat diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat mengganggu pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus carilah terlebih dahulu diskus optikus. Caranya adalah dengan mengikuti perjalanan vena retinalis yang besar ke arah diskus. Semua vena-vena ini keluar dari diskus optikus.
3.Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi :
i.Bentuk dan ukuran pupil
ii.Perbandingan pupil kanan dan kiri
pupil sebesar 1mm masih dianggap normalÆPerbedaan
iii. Refleks pupil
Meliputi pemeriksaan :
1.Refleks cahaya langsung (bersama N. II)
2.Refleks cahaya tidak alngsung (bersama N. II)
3.Refleks pupil akomodatif atau konvergensi
Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnya sendiri) kedua otot rektus medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ini disebut konvergensi. Bersamaan dengan gerakan bola mata tersebut maka kedua pupil akan mengecil (otot siliaris berkontraksi) (Tejuwono) atau pasien disuruh memandang jauh dan disuruh memfokuskan matanya pada suatu 15 cm didepan mata pasien dalam keadaan±objek diletakkan pada jarak normal terdapat konstriksi pada kedua pupil yang disebut reflek akomodasi.
Pemeriksaan pupil meliputi :
i.Bentuk dan ukuran pupil
ii.Perbandingan pupil kanan dan kiri
pupil sebesar 1mm masih dianggap normalÆPerbedaan
iii. Refleks pupil
Meliputi pemeriksaan :
1.Refleks cahaya langsung (bersama N. II)
2.Refleks cahaya tidak alngsung (bersama N. II)
3.Refleks pupil akomodatif atau konvergensi
Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnya sendiri) kedua otot rektus medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ini disebut konvergensi. Bersamaan dengan gerakan bola mata tersebut maka kedua pupil akan mengecil (otot siliaris berkontraksi) (Tejuwono) atau pasien disuruh memandang jauh dan disuruh memfokuskan matanya pada suatu 15 cm didepan mata pasien dalam keadaan±objek diletakkan pada jarak normal terdapat konstriksi pada kedua pupil yang disebut reflek akomodasi.
Sekian, semoga apa yang saya paparkan berguna bagi para pembaca atau sejawat sekalian,.. :)