Gerakannya lincah, mengikuti iringan lagu dansa yang mengalun cepat di tengah-tengah puluhan orang yang melihat dengan penuh kekaguman. Bagaimana tidak, di usia yang hampir 75 tahun, Prof. Dr. Slamet Suyono Sp.PD-KEMD masih bisa bergerak lincah, berdansa waltz dan tanggo. Semua orang yang hadir pada PERKENI NIGHT, 6 Juli 2012 di Manado, pasti setuju kalau malam itu adalah malamnya Prof. Slamet.
“Saya sudah hobi dansa sejak masih kuliah,“ kata Prof. Slamet. “Dulu, saya indekost bersama beberapa teman. Tahu kan, sebagai anak kost, kami cenderung kurang gizi. Nah, kalau ada pesta, pasti ada dansa-dansi. Jadi, kami belajar dansa untuk bisa datang ke pesta dan ikut makan-makan,“ kenang Prof Slamet yang tamat dari Fkultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 1963.
“Setiap minggu, kami mencari rumah mana yang sedang ada pesta.Kami masuk saja walau tidak diundang. Yang kami cari itu makan-makannya,“ ujar suami Adijati ini sambil tertawa mengenang. Sejak itu, dansa menjadi semacam candu baginya. Bapak dari empat orang anak ini menguasai hampir semua jenis dansa ballroom. “Kalau orang seusia saya sudah tidak kuat, alhamdulillah saya masih kuat,” ujarnya.
Dari hobinya ini pula, Prof. Slamet berkenalan dengan Adijati, yang kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga kini. Adijati dulu kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, Bandung. “Karena punya hobi yang sama, saya masih bisa dansa hingga saat ini,” katanya.