Hobi fotografi sudah ditekuni sejak kecil, “Saya masih ingat ketika dibelikan kamera analog oleh ayah,” ujar dr. Eka Harmeiwaty, SpS. Di era digital sekarang ini, dunia fotografi tetap ditekuni. Di Rumah Sakit Harapan Kita tempatnya bertugas, ia membuat klub fotografi.
Ia tertarik pada fotografi makro dan landscape. Forografi makro menarik karena banyak tantangannya. Untuk mendapatkan hasil yang berkualitas, meski punya lensa macro yang harganya lumayan mahal, tidak selali ia gunakan. Ketika mengambil obyek foto binatang yang terbang, seperti kumbang atau kupu-kupu, tidak mungkin mengandalkan lensa makro. Ia menggunakan telle. Lain halnya jika obyeknya tidak bergerak, seperti bunga, semut, kunang-kunang.
“Kalau pakai tele, fokusnya ditajamkan, jadi ketika cropping haslinya tetap bagus.” Ketika ada simposium, ia tak lupa membawa peralatan forografi lengkap. Kamera yang sering digunakan Nikon D 7000. “Gak usah mahal-mahal, itu sudah cukup,” katanya.
Serius mau mengembangkan fotografi. Pastinya, saat ini ia menggeluti hanya sebagai hobi. Di dunia fotografi, ia bisa menghilangkan kejenuhan dari kesibukan sehari-hari. Anggota klub fotografi RS Harapan Kita adalah dokter dan karyawan. Wanita hanya beberapa. Kadang mereka hunting foto bersama ke suatu tempat.
Lokasi untuk foto macro bisa di mana saja, “Seringnya di semak-semak.” Belum lama ini, saat melakukan perjalanan ke Karawang, ia senang sekali saat menemukan semak-semak dekat sawah yang dihinggapi kupu-kupu. Pernah juga mendapat obyek kupu-kupu di sebuah taman tua. “Kebanyakan foto makro saya memang kupu-kupu,” katanya. Salah satu hasil fotonya yang menurutnya paling berkesan dan paling bagus, dia beri judul “Purple Wings”.
Hasil jepretannya di re-touch minimal menggunakan photoshop. Menurutnya, yang penting adalah teknik fotografinya, “Sehingga hasil fotonya bisa lebih alami.” Baru-baru ini ia mengadakan pameran foto di Bandung bersama rekan-rekan neurologi. “Ternyata, hasil foto mereka lebih bagus,” ia tertawa. (Ant)