Pembedahan minimally invasive semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi di bidang bedah dan juga tuntutan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Keuntungan dilakukannya pendekatan ini antara lain berkurangnya nyeri pasca operasi dan berkurangnya lama rawat. Di masa datang, penggunaan pendekatan ini untuk berbagai tindakan di bidang hepatobilier dan pankreas akan semakin luas, seiring dengan kemajuan instrumen dan teknologi seperti penggunaan robotic dan single port. Adalah dr. Maria Mayasari, SpB, K-BD, yang lebih akrab disapa dr. Mamay, konsultan bedah digestif wanita pertama di FKUI/RSCM yang berkesempatan mendalami pembedahan minimally invasive di bidang hepatobilier selama satu tahun di National University Hospital, Singapura. Kepada tim Blog Bedah Umum FKUI beliau menceritakan pengalamannya.
Gambar 2. Dr. Mamay menerima piagam Clinical Fellowship dari mentornya di Singapura, Dr. Stephen Chang Kegiatan pokok dr. Mamay selama di Singapura yaitu melakukan penelitian mengenai alat simulasi laparoskopi, penelitian yang membandingkan antara single port laparoscopic cholecystectomy dengan konvensional, dan beberapa penelitian lainnya. Objektif yang diberikan oleh Dr. Chang yaitu selama masa fellowship dr. Mamay harus mempublikasikan dua penelitian. Selain itu, dr. Mamay juga diminta membantu operasi pasien pribadi Dr. Chang di luar jam kerja dan membantu pendidikan residen. Dokter Mamay sendiri memiliki target untuk dapat menguasai reseksi hepar. Dokter Mamay juga diberi kepercayaan untuk melakukan operasi laparoskopik kolesistektomi serta berkesempatan menjadi asisten pembedahan dengan robotic yang pada saat itu baru pertama kali dilakukan di Singapura. Di akhir masa fellowship, seluruh objektif telah dapat dipenuhi.
Pembedahan minimally invasive pada bidang hepatobilier dan pankreas dimulai dengan penggunaan laparoscopy cholecystectomy untuk pertama kalinya oleh Erich Muhe pada tahun 1985. Sejak saat itu, penggunaan laparoskopi berkembang dengan pesat hingga meluas ke hampir seluruh bidang pembedahan. Di lain pihak, penggunaan laparoskopi di bidang hepatobilier tidak berkembang sepesat bidang lainnya seperti di bidang orthopaedi dan kolorektal. Beberapa tindakan pembedahan bidang hepatobilier yang pernah dilakukan menggunakan pendekatan laparoskopik selain laparoskopi kolesistektomi antara lain eksplorasi ductus choledochus, penestrasi kista hepar, drainase abses hepar, splenektomi, pankreatektomi distal, cystogastrostomy/cystoenterostomy untuk kista pankreas, dan pankreatikoduodenektomi. Contoh tindakan pembedahan minimally invasive hepatobilier dapat dilihat melalui tautan video ini.
Terakhir, dr. Mamay berpesan kepada para residen bedah bahwa kesempatan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, karena kesempatan mungkin hanya akan datang satu kali. Beliau juga berpesan bahwa Blog Bedah Umum FKUI memang sudah saatnya untuk digiatkan, namun dalam menyajikan kasus harus benar-benar memperhatikan hak privasi pasien, jangan sampai dilanggar. Baiklah, semoga pengalaman dr. Mamay dapat menjadi inspirasi bagi kami untuk menjalani masa pendidikan dengan bersungguh-sungguh. Sukses selalu untuk dr. Mamay! (WA, MPR, DF, NSB, ONH, ML, ASF, CS) |