“Saya sempat bimbang, akan meneruskan studi di fakultas kedokteran atau menjadi musisi saja (pianis klasik) saat masih menjadi mahasiswa kedokteran di FKUI,” ujar dr. Ronald Hukom SpPD, KHOM. Akhirnya, menjadi dokter adalah pilihannya. “Saat itu, orangtua membukakan pikiran saya. Beliau mengarahkan untuk menjadi dokter saja, karena saat itu menjadi musisi tidak ketahuan nanti bagaimana kehidupannya. Mendingan meneruskan untuk menjadi dokter, karena masa depannya lebih jelas,” ujarnya.
Ia tertarik pada bidang penyakit dalam dan hemato-onkologi medic, bukan tanpa alasan. Menurutnya, salah satu yang membuatnya tertarik di bidang penyakit dalam, karena bidang ini masih melihat seluruh bagian dari tubuh manusia. Tidak spesifik hanya mempelajari suatu bidang saja, seperti spesialisasi yang lain. Dan mengapa hemato-onkologi, karena saat melanjutkan studi di penyakit dalam ia tertarik dengan darah dan kelainan darah yang terjadi pada manusia.
Memilih menjadi dokter, kegemarannya bermain piano klasik tak bisa ditinggalkan. Sesekali ia masih memainkan dan mengajarkan hobinya ini kepada anak-anaknya. Ia sudah jarang bermain di panggung, karena kesibukannya. Dalam sehari, ia bisa menangani kurang lebih 30 pasien di beberapa rumah sakit tempatnya bekerja.
Ia berharap, di Indonesia akan makin banyak pihak yang peduli dengan kanker. Masalah kanker bukan hanya urusan perhimpunan dokter. Perlu peran pemerintah, media dan masyarakat luas untuk menangani kanker di Indonesia. “Kita tahu bahwa penyakit kanker mengakibatlkan mortalitas dan mobiditas yang sangat berat bagi pasien dan keluarga,” katanya.
Dokter yang menamatkan pendidikan konsultannya di Inggris (tahun 1997-1998) ini aktif sebagai pengurus Yayasan Dana Beasiswa Maluku, untuk membantu para calon sarjana dari Maluku dan Indonesia Timur dalam menyelesaikan pendidikannya di berbagai universitas di Indonesia.