Saat menjadi residen, seorang dokter merasa sangat terharu melihat penderitaan pasien epilepsy, dengan kondisi psikososialnya. Derita pasien epilepsy akan lebih parah jika terjadi pada perempuan. Karena epilepsy, perempuan dapat mengalami keguguran, sehingga disalahkan oleh suami. Pada kasus anak, ada yang sampai dikeluarkan dari sekolah karena menderita epilepsy.
Dokter tadi akhirnya memutuskan untuk mendalami epilepsy dengan segala permasalahannya. Dia adalah dr. Irawati Hawari SpS, Ketua Umum Yayasan Epilepsi Indonesia. ‘Ada paradigma yang salah dari masyarakat tentang epilepsy. Sesungguhnya epilepsy mudah disembuhkan,” ujarnya. Dari data yang ada, sebagain besar pengobatan memiliki respon yang sangat baik. Hanya sebagain kecil yang susah untuk dilakukan pengobatan.
Kualitas hidup pasien epilepsy, bukan hanya menyangkut pengobatan tapi lebih ke aspek psikososial. “Itulah yang membuat saya kemudian melakukan penelitian mengenai kualitas hidup penderita epilepsy,” ujarnya. Dan, akhirnya ian memutuskan untuk bergabung ke Yayasan Epilepsy, untuk dapat melakukan semua hal yang ia bisa kerjakan dan membantu pasien epilepsy di Indonesia.
Dai masa kecil, ia pernah bercita-cita menjadi guru Taman Kanak-kanak, tak lain dan tak bukan karena ia cinta dunia anak. Lulus SMA, karena nasehat orangtua, ia memutuskan untuk masuk Faklutas Kedokteran. Setelah lulus dokter, ia memutuskan untuk meneruskan studi untuk menjadi dokter spesialis saraf.
Selain membaca, ia hoby main piano dan memainkan lagu-lagu pop kesukaanya, atau bermain dengan ketiga anaknya. Untuk menjaga kesehatan, ia mencoba hidup teratur dan menghindari stress. “Saya tidak suka dan tidak sempat olahraga. Paling mentok jalan kaki, itu pun saya lakukan di rumah sakit,” ia tertawa.