Pria ini sangat menikmati dunianya sebagai seorang dokter. Baginya, saat-saat memeriksa atau melakukan anamnesis pasien adalah saat yang paling menyenangkan, karena bisa berinteraksi dengan pasien dan mengenal mereka lebih dalam. “Kalau bersantai-santai atau tidak melakukan apa-apa, malah membuat saya stress,” ujar dr. Aria Wibawa, SpOG (K).
Memilih menjadi dokter spesialis karena ia tertarik dengan pembedahaan. “Dulu, saya ingin masuk bedah jantung. Tapi, bidang ini belum ada di Indonesia, jadi saya memilih Obstetri dan Ginekologi,” ujarnya. Pilihan ini juga dengan menjadi ahli ginekologi, secara tidak langsung ia ikut berperan dalam menciptakan generasi bangsa yang lebih baik.
Di RSCM, banyak kasus-kasus yang ia tangani bersama tim. Kasus sulit yang tidak bisa ditangani rumah sakit lain, dapat dikerjakan. RSCM memang memiliki sumber daya manusia yang handal, dan RSCM adalah rumah sakit rujukan nasional di Indonesia, sehingga kasus-kasus sulit dari segala penjuru negeri berdatangan.
Saat PTT di Papua, ada satu hal yang sampai sekarang masih diingat, yakni ketika melakukan operasi caesar pada seorang ibu. Ia merasa bahagia ketika ibu dan bayinya selamat, meski hanya dilakukan dengan peralatan yang paling sederhana saat itu. Di sana, Puskesmas sudah dirancang dan dokter dibenarkan untuk melakukan tindakan operative yang diperlukan. Selama 3 tahun di Papua, saya banyak mendapatkan pengalaman dalam menangani pasien,” katanya.
Ia optimis, dokter Indonesia bisa menjadi dokter-dokter terbaik di Asia Tenggara. Menurutnya, Indonesia memiliki SDM yang sangat berkualitas di bidang kedokteran, dengan kasus-kasus yang beraneka macam. Ia menyayangkan mengenai regulasi yang tidak luwes, yang membuat kita masih tertinggal dari Negara lain. “Saya tertarik bekerja di RSCM, karena di sini saya bisa mengembangkan ilmu kedokteran di Indonesia menjadi lebih baik dari sebelumnya,” ujarnya bangga.