Setidaknya, ada dua hal yang membuatnya tertarik mendalami kesehatan jiwa. Pertama, saat mendalami ilmu kedokteran, ternyata banyak hal yang tidak ada penyebab fisiknya. Kedua, ia tertarik pada dosennya, seorang psikiater. “Beliau kalau memberi kuliah sangat menarik. Saya jadi ingin mendalami ilmu yang diberikan, walau dari sekian banyak mata kuliah, psikiatri yang paling jelek nilainya,” ujar Prof. Dr. dr. Aris Sudiyanto, SpKJ (K), di sela temu media membahas mengenai gangguan bipolar.
Ia punya pengalaman menarik. Seorang remaja mengalami gangguan jiwa. Kondisi itu membuatnya tidak pulang ke rumah. Selang 15 tahun kemudian, pasien itu ditemukan di Cirebon, padahal domisilinya di Solo. Keluarga tidak bisa mengenali, kecuali ibunya, karena ada ciri khas yaitu kelingking yang bengkok akibat trauma. Pasien dibawa ke Prof. Aris dan mondok di rumah sakit selama 2 minggu. Gejala psikotik pasien bisa diatasi. Karena oleh dokter sebelumnya didiagnosis skizofrenia, Prof. Aris memberikan obat anti psikotik.
Melihat kondisi pasien yang sering kambuh, dan tak ada perbaikan, Prof. Aris melakukan pemeriksaan ulang. Ternyata, pasien bukan skizofrenia, melainkan mengalami gangguan bipolar. Dengan diagnosis itu pasien mendapat terapi yang tepat. Dia sembuh, mendapat pekerjaan, berkeluarga dan punya anak. “Itu pentingnya diagnosis yang tepat, karena sangat menentukan terapi yang berujung pada kesembuhan pasien,” katanya.
Meski sibuk, Prof. Aris masih sempat main tennis meja dan dipercaya menjadi Ketua PTMSI (Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia) Kota Solo. Dulu, olahraganya bulutangkis. S ejak mendalami psikiatri dan kesibukannya, ia tidak punya waktu untuk main badminton. Karena ajakan teman dan mantan atlit tenis meja, “Saya tertarik main pingpong.”
Lewat program mencari bakat, muncul pemain putri Stella Rizka Valid, yang sekarang berlatih di China. Ada yang setelah “jadi”, pindah ke daerah lain karena ditawari beasiswa, sementara yang sudah senior diberi pekerjaan. “Tidak masalah, yang penting mereka bisa terus memajukan olah raga tenis meja.” (ant)