Lebih dari 90 % tumor paru-paru merupakan tumor ganas, dan sekitar 95 % tumor ganas ini termasuk karsinoma bronkogenik. Bila mana kita menyebut kanker paru-paru maka yang dimaksudkan adalah karsinoma bronkogenik, karena kebanyakan tumor ganas primer dari system pernafasan bagian bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkus
Meskipun pernah dianggap sebagai suatu bentuk keganasan yang jarang terjadi, insiden kanker paru-paru dinegara industri telah meningkat sampai tahap epidemic sejak 1930. Kanker paru-paru sekarang ini telah menjadi sebab utama dari kematian akibat kanker pada pria maupun wanita. Insiden tertinggi terjadi pada usia antara 55-65 tahun. Peningkatan ini dipercaya ada hubungannya dengan makin tingginya kebiasaan merokok sigaret yang sebenarnya sebagian besar dapat dihindari.
Pemeriksaan radiologis merupakan penunjang diagnosis kanker paru yang sangat penting. Pencitraan konvensional dasar yang paling sering digunakan adalah foto toraks karena murah dan aman. Foto toraks mempunyai keterbatasan yaitu 12-30 % kanker paru tidak dapat didiagnosis, sehingga metode diagnosis paru terus dikembangkan. Dalam buku teks dan artikel, gambaran radiologis kanker paru digunakan untuk membantu menentukan jenis sel kanker paru. Sejak dilakukan penelitian gambaran radiologist paru di Mayo Klinik pada tahun 1950-1960, terjadi perubahan demografi tipe sel kanker paru.
II.1 Anatomi
Paru merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut, dan letaknya didalam rongga dada atau torak. Kedua paru-paru terpisah oleh mediastinum sentral yang berisis jantung dan beberapa pembuluh besar.
Setiap paru-paru mempunyai apeks ( bagian atas paru-paru). Pembuluh darah paru-paru bronchial, saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru-paru. paru-paru kanan lebih besar lebih besar dari pada paru-paru kiri dan dibagi dalam tiga lobus ( lobus superior, lobus medius dan lobus inferior ) oleh fisura interlobaris. Sedangkan paru-paru kiri dibagi menjadi dua lobus (lobus superior dan lobus inferior). Lobus-lobus pada paru tersebut dibagi menjadi beberapa segmen bronkusnya. paru-paru kanan dibagi menjadi sepuluh segmen sedangkan paru-paru kiri dibagi menjadi sembilan segmen.
Bronkus merupakan kelanjutan dari trachea. Trachea kebawah membelah menjadi dua bagian yaitu bronkus utama kanan dan kiri pada karina. Cabang utama bronkus kanan lebih pendek, lebih curam dan lebih lebar daripada kiri. Bronkus ini dekat dengan bifurcatio dan cabang bronkus lobus superior akan membelok keatas 2,5 cm dari bifurcatio. Cabang-cabang bronkus akan menjadi bronkiolus setelah sebelumnya membagi diri sebanyak 6-20 percabangan, dengan diameter bronkus terminal kira-kira 0,20 mm. setiap bronkus terminalis akan menerima 2-3 bronkiolus respiratorius yang berhubungan dengan 2-4 duktus alveolaris, dimana setiap duktus alveolaris menerima 2-8 saccus alveolaris yang terakhir berhubungan dengan alveoli.
Sedangkan pleura merupakan lapisan tipis yang continue mengandung kolagen dan jaringan elastis. Dimana melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi tiap paru-paru (pleura viseralis).
II.2 Etiologi
Kanker paru merupakan salah satu tumor ganas yang mungkin dapat dijelaskan hubungannya dengan zat karsinogen.
Dari banyak zat karsinogen tersebut antara lain adalah asap rokok , asap mobil, asap pabrik/industri, asap tambang, debu radio aktif/ ledakan nuklir. Beberapa zat kimia antara lain yaitu asbes, arsen, krom, nekel, besi dan uranium.
Mayo Klinik (1979) yang diperkuat oleh WHO telah melaporkan adanya hubungan nyata secara statistic antara kebiasaan merokok dengan kekerapan tumor-tumor ini. Factor yang berpengaruh dalam hubungan ini antara lain : jumlah batang yang dihisap setiap hari, dalamnya hisapan, lamanya kebiasaan merokok tersebut sudah berlangsung. Tiga penelitian prospektif yang melibatkan hampir 200.000 pria berusia 50-69 tahun yang diteliti selama 44 bulan menyatakan bahwa angka kematian akibat kanker paru-paru per 100.000 orang adalah 3,4 diantara pria yang tidak merokok, 59,3 diantara mereka yang merokok 10-20 batang sehari, dan 217,3 diantara mereka yang merokok 40 batang atau lebih dalam sehari. Mereka yang berhenti merokok untuk seterusnya akan memiliki resiko kanker paru-paru yang sama dengan mereka yang tidak merokok, yaitu setelah orang tersebut berhenti merokok selama 15 tahun.
Semakin orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif atau menghisap asap rokok yang dihembuskan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan resiko terjadinya kanker paru-paru. Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok tetapi menghisap asap dari orang lain, resiko untuk mendapatkan kanker paru-paru meningkat dua kali. Kematian akibat kanker paru-paru juga berkaitan dengan polusi udara, terapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan rokok. Kematian akibat kanker paru-paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan di daerah pedesaan. Bukti statistic juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat social ekonomi paling rendan dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.
Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik tampaknya merupakan suatu penyakit akibat kerja dari berbagai bahaya industri, yang paling penting adalah asbes, yang kini banyak sekali digunakan pada industri bangunan. Resiko kanker paru-paru diantara para pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Mesotelioma jinak local atau ganas difus dari pleura adalah tumor langka yang secara spesifik berkaitan dengan paparan terhadap asbes.
Dua factor lain yang dapat pula berperan dalam meningkatkan resiko terjadinya paru-paru adalah diet dan familial. Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa perokok yang dietnya rendah vitamin A memperbesar resiko terjadinya kanker paru-paru. Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker paru-paru memiliki resiko yang lebih besar terhadap penyakit ini, walaupun demikian tidak diketahui apakah hal ini benar-benar herediter atau karena factor-faktor familial.
Pada banyak jaringan, perubahan peradangan kronik diketahui mendahului kanker. Bukti-bukti juga memperkuat pandangan bahwa peradangan kronik pada mukosa bronkus akibat iritan-iritan yang terhisap mungkin lebih penting dibandingkan dengan efek zat karsinogenik yang manapun. Factor lain yang belum banyak diperhatikan adalah hubungan yang erat antara meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dengan meningkatnya kanker paru-paru.
Fakta-fakta ini menyatakan bahwa walaupun merokok jelas memegang peran utama dalam peningkatan insiden kanker paru-paru , tetapi banyak petunjuk yang menyatakan bahwa merokok bukan satu-satunya factor. Infeksi kronik, polusi udara akibat kendaraan bermotor dan industri, pekerjaan yang menyebabkan kontak dengan zat karsinogen; dan factor makanan, factor keluarga, dan mungkin juga factor-faktor lain yang belum diketahui (baik yang berdiri sendiri maupun gabungan) dapat merupakan predileksi kakker paru-paru.
II.3 Patologi
Kanker paru-paru primer biasanya diklasifikasikan menurut jenis histologinya,semuanya memiliki riwayat alami dan respon terhadap pengobatan yang berbeda-beda. Walaupun terdapat lebih dari satu lusin kanker paru-paru primer,namun kanker bronkogenik,termasuk keempat tipe sel yang pertama,merupakan 95 % dari seluruh kanker paru-paru.
Berdasarkan pilihan pengobatan,maka karsinoma bronkogenik biasanya dibedakan menjadi kanker paru-paru sel kecil (SCLC) dan kanker paru-paru sel tidak kecil (NSCLC). Termasuk didalam golongan kanker paru-paru sel tidak kecil adalah epidermoid,adenokarsinoma,tipe-tipe sel besar,atau campuran dari ketiganya. Pada umumnya,SCLC terutama ditangani dengan kemoterapi dengan atau tanpa radiasi,sedangkan NSCLC,jika pada saat diagnosis terlokalisasi,diatasi dengan reseksi bedah.perkiraan frekuensi dari berbegai tipe histology adalah sebagai berikut:epidermoid (33 %),adenokarsinoma (25 %),karsinoma sel besar (16 %),dan karsinoma sel kecil (25 %).sembilan puluh persen dari seluruh tipe karsinoma bronkogenik adalah perokok,dan sepuluh persen sisanya bukan perokok menderita kanker paru-paru yang biasanya berupa adenokarsinoma.
Karsinoma sel skuamosa merupakan tipe histologik karsinoma bronkogenik yang paling sering ditemukan,kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia atau displasia akibat merokok jangka panjang,secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral disekitar hilus,dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum. Karsinoma sel squamosa sering kali disertai batuk dan hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi pneumonia dan pembentukan abses akibat obstruksi dan infeksi sekunder. Karena tumor ini cenderung agak lamban dalam bermetastasis maka pengobatan dini dapat memperbaiki prognosis.
Adenokarsinoma memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mucus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul dibagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru-paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukan gejala-gejala sampai terjadi metastasis yang jauh.
Karsinoma sel bronchial/ alveolar merupakan subtype adenoma karsinoma yang jarang ditemukan dan yang berasal dari epitel alveolus atau bronkiolus terminalis. Secara makroskopik neoplasma ini pada beberapa kasus mirip konsolidasi uniform pneumonia lobari. Secara mikroskopik tampak kelompok-kelompok alveolus yang dibatasi oleh sel-sel jernih penghasil mucus, dan terdapat banyak mucus mukoid. Prognosis buruk kecuali kalau dilakukan pembuangan lobus yang terserang pada saat penyakit masih dini. Adenokarsinoma adalah satu-satunya tipe histology kanker paru-paru yang tidak mempunyai kaitan jelas dengan merokok.
Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru-paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ketempat-tempat yang jauh.
Karsinoma sel kecil seperti tipe sel squamosa, biasanya terletak ditengah disekitar percabangan bronki. Tidak seperti kanker paru-paru yang lain, jenis tumor ini timbul dari sel-sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar life hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ-organ distal, sering dijumpai.
II.4 Gejala dan Tanda
Tumor primer paru mempunyai gejala yang bervariasi tergantung dari letak tumor tersebut sentral atau perifer. Karsinoma epidermoid dan anaplastik umumnya terletak didaerah sentral sedangkan adenokarsinoma dan karsinoma anaplastik jenis large cell umumnya didaerah perifer. Tumor didaerah sentral umumnya memberikan gejala batuk karena iritasi intrabronkial,sesak nafas karena obstruksi bronchial, nyeri dada, bising mengi, batuk darah karena ruptur kapiler tumor intrabronkial, serta kadang-kadang gejala pneumonia dengan demam, batuk dan sesak napas. Sedangkan tumor yang terletak didaerah perifer umumnya tidak menyebabkan gejala sumbatan pada paru dan kadang-kadang tidak memberikan gejala sama sekali. Tetapi bila timbul keluhan, umumnya adalah batuk dan nyeri dada karena gesekan pleura parietal dengan dinding dada.
Secara umum, gejala-gejala tersebut dapat dikelompokan sebagai berikut :
Gejala tumor primer Ekstensi mediastinal
Batuk-batuk penyempitan syaraf-suara serak
Sesak nafas obstruksi vascular-sindrom vena kava sup
Nyeri dada eksensi perikard : tamponade, aritmia
Bising mengi ekstensi mediastinal-disfagia (kompresi esofagial)
Infeksi (demam, batuk-batuk produktif)
II.5 Diagnosis
Diagnosis kanker paru meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan histopatologi. Salah satu pemeriksaan penunjang yang penting adalah radiology, digunakan untuk deteksi serta penderajatan kanker paru yang akan mempengaruhi terapi selanjutnya. Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat penting dan mungkin merupakan petunjuk dini untuk mendeteksi karsinoma karsinogenik, meskipun dapat juga ditemukan pada banyak keadaan lainnya.CT-scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai bronkoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam mendiagnosis karsinoma sel skuamosa, yang biasanya terletak sentral. Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis kanker-kanker yang tidak terjangkau oleh bronkoscopi. Pemeriksaan sitologi sputum,bilasan bronkus dan pemeriksaan cairan plura juga memainkan peranan penting dalam diagnosis kanker paru-paru.
II.6 Pengobatan
Setelah selesai dilakukan diagnosis histologik dan prosedur penentuan stadium anatomis dan fisiologis, maka dibuat rencana pengobatan keseluruhan. Rejimen pengobatan yang paling sering adalah kombinasi dari pembedahan,radiasi dan kemoterapi.
Pembedahan adalah pengobatan pilihan bagi pasien-pasien NSCLC stadium I,II dan beberapa kasus stadium IIIa, kecuali jika tumor tidak dapat direseksi atau terdapat keadaan –keadaan yang tidak memungkin pembedahan (seperti penyakit jantung). Pembedahan dapat berupa pengangkatan paru-paru parsial atau total.sekitar 30% pasien NSCLC dianggap direseksi untuk penyenbuhan. Kelangsungan hidup 5 tahun untuk kelompok yang dapat direseksi ini adalah sekitar 30%. Dengan demikian,sebagian besar pasien yang mula-mula diperkirakan dapat direseksi untuk kesembuhan akan meninggal karena penyakit metastasis (biasanya dalam 2 tahun).
Terapi yang paling penting bagi pasien-pasien NSCLC adalah cemoterapi dengan atau tanpa terapi radiasi. Kemoterapi dan radioterapi dada dapat diberikan pada pasien dengan stadium penyakit yang terbatas, jika secara fisiologis mereka mampu menjalani pengobatan itu. Pasien-pasien dengan stadium penyakit yang ekstensif ( luas ) ditangani dengan kemoterapi saja. Beberapa rejimen kombinasi kemoterapi yang sering dipergunakan terdiri dari siklofosfamid, doksorubisin, dan vinkristin ( CAV ), siklofosfamid, doksorubisin, dan vinkristin, dan etopo-sid ( CAVE ). Kombinasi kemoterapi meningkatkan median kelangsungan hidup pasien yang tidak diobati dari 6 hingga 17 minggu menjadi 40 sampai 70 minggu. Terapi radiasi juga dipakai untuk profilaksis metastasis ke otak, dan untuk penanganan paliatif terhadap nyeri, hemoptisis berulang, efusi atau obstruksi saluran nafas atau vena cava superior.
II.7 Prognosis
Prognosis secara keseluruhan bagi pasien-pasien dengan karsinoma bronkogenik adalah buruk ( kelangsungan hidup 5 tahun ) dan hanya sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini, meskipun telah diperkenalkan berbagai agen-agen kemoterapi yang baru. Dengan demikian, penekanan harus diberikan pada pencegahan. Tenaga-tanaga kesehatan harus menganjurkan masyarakat untuk tidak merokok atau hidup dalam lingkungan yang tercemar polusi industri. Tindakan-tindakan protektif harus dilakukan bagi mereka yang bekerja dengan asbes, uranium, kromium, dan materi karsinogenik lainnya.
Gambaran Radiologis
Gambaran radiologist dapat dibagi berdasarkan lokasi :
Kanker paru perifer
Masa atau nodul yang berada pada bronkus ke tiga atau ke empat dan dibawahnya.
Kanker paru sentral
Kanker paru berada dihilus atau dekat hilus.
Kanker paru perifer
Pada umumnya kanker paru perifer berbentuk sferis atau oval dengan gambaran radiologist yang sering dijumpai sebagai nodul paru tunggal,kecuali pada karsinoma bronkoalveolar sebagian besar memberi gambaran difus atau gambaran seperti pneumonia (pneumonic form).
Manifestasi radiologis kanker paru perifer yang sering dijumpai adalah lobulasi, spikulasi, retraksi pleura, kavitas, air bronkogram dan kalsifikasi. Lesi dengan kontur yang halus (tepi rata) menunjukan lesi jinak, sedangkan nodulariti atau lobulasi menunjukan keganasan. Lobusi menjukan pertumbuhan yang tidak sama pada masa yang sedang tumbuh sering dijumpai pada tumor paru perifer (83 % ). Spikulasi adalah garis linier dengan tebal kurang dari 5 mm yang memanjang dari tepi lesi ke parenkim paru. Spikulasi terjadi oleh karena perluasan tumor ke jaringan sekitarnya atau respon fibrotik pada tumor. Gambaran ini akan terlihat jelas dengan CT Scan.
Retraksi pleura atau “tail sign” adalah garis linier yang menghubungkan antara lesi dan pleura. Retraksi pleura disebabkan oleh karena proses desmopolik (fibrosis). Tanda ini dapatkan pada lesi keganasan (56-58 %), lesi jinak 39 % dan tidak didapatkan pada metastasis pulmoner. Retraksi pleura tidak spesifik untuk suatu keganasan, yang sering digunakan proyeksi PA dan lateral untuk mendapatkan gambaran tiga dimensi. CT sangat berguna untuk menentukan karakteristik dan lokasi lesi lebih pasti. Indikasi CT adalah untuk menilai lesi kecil ( diameter kurang dari 3 cm ) dan penderajatan kanker paru. CT digunakan untuk mencari pembesaran kelenjar getah bening dihilus atau mediastinum dan metastasis.
“Air broncogram” terjadi karena bronkus yang berisi udara kontras dengan jaringan sekitarnya yang kurang atau tidak berisi udara. Gambaran Air broncogram pada keganasan dan proses inflasi dapat dibedakan, sebagian besar adenokarsinoma terdapat tiga Air broncogram pada lesi sedangkan pada proses inflamasi terdapat satu atau dua saja.
Caviti adalah ruang di paru berisi udara yang dikelilingi oleh dinding yang tebal lebih dari 1 mm dan biasanya tepi tidak rata. Karsinoma perifer 6 % menunjukan caviti pada foto torak palos, paling sering dijumpai pada karsinoma sel squamosa, diikuti karsinoma bronkoalveolar sedangkan karsinoma jenis lain jarang didapatkan. Membedakan lesi jinak dan ganas melalui ketebalan dinding kaviti 4 mm atau kurang 92 % lesi jinak, 5-15 mm 51 % lesi jinak dan 49 % lesi keganasan, sedangkan bila dinding kaviti lebih dari 15 mm 95 % lesi keganasan.
Distribusi kalsivikasi dapat menunjukan sifat suatu lesi. Pada keganasan bentuk kalsifikasi eksentrik dan bercak-bercak. Kalsifikasi “pop corn” khas untuk hamartoma dan sentral atau laminar terdapat pada granuloma. Kalsifikasi pada kanker paru jarang terjadi.
Kanker paru sentral
Tanda utama gambaran radiologi tumor sentral adalah kolaps dan konsolidasi paru dibawah tumor serta pembesaran kelenjar hilus. Sumbatan massa karsinoma paru pada bronkus akan menyebabkan atelektasis dan pneumonitis obstruksi. Atelektasis dapat terjadi segmental,mengenai lobus atau seluruh paru. Bila terjadi sumbatan total,udara tidak dapat kedistal sehingga tidak tampak “air bronchogram”, tanda ini khas untuk lesi obstruksi endobronkial pasca obstruksi menggunakan CT-scan dengan kontras. Kelainan yang mungkin disebabkan oleh sumbatan tumor :
1. kolaps lobus. disebabkan sumbatan jalan nafas oleh massa di sentral. Kolaps lobus dan elevasi fisura minor akan membentuk suatu konfigurasi “S” disebut sebagai “golden S sign” atau “Morton S kurve”
2. pneumonia yang mengenai satu atau lebih lobus pada penderita usia lebih 35 tahun, terutama bila terdapat kolaps lobus dan tidak ada gambaran “Air broncogram “ biasanya disertai pembesaran kelenjar getah bening hilus. Pneumonia setempat yang menetap lebih dari dua minggu atau berulang pada tempat yang sama. Pada pneumonia (simple pneumonia) dalam waktu dua minggu sering menghilang atau menyebar kesegmen lain.
Pembesaran hilus merupakan gambaran yang sering dijumpai pada penderita karsinoma bronkus. Masa dihilus dapat berupa masa tumor itu sendiri,pembesaran kelenjar getah bening hilus,konsolidasi atau kombinasi dari fenomena tersebut sulit. Pada umumnya semakin lobular tumor semakin banyak kemungkinan keterlibatan kelenjar getah bening. Penyebaran kedalam thorak dapat memberikan gambaran radiologis seperti paralysis diafragma oleh karena keterlibatan saraf frenikus,efusi pleura atau keterlibatan esophagus.
Metastasis Paru
Metastasis paru merupakan kejadian yang sering dijumpai 20-30% dari semua keganasan dan biasanya di sebabkan oleh penyebaran hematogen.Metastasis paru sering dijumpai pada karsinoma payudara, kolon, ginjal, uterus, prostate, kepala dan leher. Keganasan lain seperti koriokarsinoma, osteosarkoma, sarcoma ewing, tumor tersti, melanoma dan tiroid dapat dijumpai walaupun jarang. Gambaran tumor metastasis di paru biasanya berupa nodul multiple diskret yang menyebar diseluruh paru, dapat juga berbentuk nodul tunggal di parenkim perifer. Metastasis nodul soliter di paru sering dijumpai pada karsinoma kolon, sarcoma terutama yang berasal dari tulang, karsinoma saluran kencing, keganasan testis, keganasan payudara dan melanoma. Gambaran radiologist metastasis soliter yaitu tepi masa halus dan berbatas tegas. Kaviti jarang didapatkan ( 4% ) dan biasanya terjadi pada metastasis sel skuamosa. Kalsifikasi ditemukan pada kondrosarkoma dan osteosarkoma. Masa metastasis dengan ukuran yang besar dan banyak disebut sebagai tipe ”canon ball.”
Deteksi metastasis paru dapat dilakukan dengan foto torak konvensional menggunakan teknik kilovoltage tinggi ( lebih 125 kV ) lesi dapat lebih jelas terlihat. CT scan terutama spiral ( helical ) dapat mendeteksi lesi lebih sensitive, lesi dengan diameter 3 mm dapat terlihat oleh CT, sedang foto torak lesi terlihat pada diameter 8-10 mm.
Positron Emission Tomography
Positron Emission Tomography ( PET ) merupakan suatu pencitraan non infasif baru, dikenal sejak 20 tahun yang lalu dan terus dikembangkan. Pencintraan PET menggunakan kamera special yang snsitif terhadap radiasi untuk mendeteksi isotop radioaktif tertentu. Sebagian besar molekul yang diperlukan dalam proses organic dapat dilabel dengan ”positron emiting isotop ”. molekul yang sudah dilabel dengan ”positron emiting isotop” disuntikan melalui vena, dengan menggunakan kamera PET dapat diketahui distribusi pencitraan tersebut. Salah satu “tacer” yang sering digunakan adalah 18F-flurodeoxyglucose (FDG), biasanya digunakan untuk mendeteksi keganasan. Pada keganasan terjadi proliferasi sel yang cepat dan peningkatan metabolisme seluler, sehingga terjadi peningkatan ambilan glukosa dan asam amino maka ambilan FDG juga akan meningkat pada keganasan dan hal ini sebagai dasar FDG-PET. Pencitraan PET lebih sensitive dan spesifik (89% dan 99%) daripada CT scan dalam mendeteksi metastasis kelenjar getah bening mediastinum pada penderita kanker paru. Walaupun pencitraan PET sangat menjanjikan dimasa yang akan datang tetapi pemeriksaan ini masih memerlukan biaya tinggi dan teknik yang sulit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suyono S, 2001, Buku Ajar Ilmur Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
2. Isselbacher KJ, et al, 2000, Horrison Prinsip- Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 3, Edisi 13, alih bahasa Ahmad H. Asdie, Penerbit EGC, Jakarta
3. Price Wilson, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Tumor Ganas Paru- Paru, Edisi 4, Penerbit EGC, Jakarta
4. Sutton, 1987, A Text Book of Radiology and Imaging, 4th, Churchill-Livingstone, Edinburgh
5. Rasid S, et al, 2000, Radiologi Diagnosis, FK UI, Jakarta
6. Wahyuningsih, Arief N, 2002, Jurnal Persahabatan Ilmiah Kesehatan, Gambaran Radiologis Kanker Paru, Volume 2, Nomor 1, Bagian Pulmonologi FK UI, Jakarta