Selasa, 23 Februari 2010
Bantu saya mendirikan shalat yang baik kawan..
Kembali teringatkan. Cukup tertegur, tertampar mungkin, ketika sebuah masukan, sindiran halus, bahan intropeksi yang walau pelan ucapnya, dalam maknanya. Disuatu sore dalam kajian ilmu, ta'lim rutin.
Mengenai shalat (walau saat itu kajian utamanya tentang Al Qur'an). Ditanya tentang amalan pertama yang akan dihisab. Jelas lah jawaban nya adalah shalat. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadist rasul:
“Amal yang pertama kali dihisab bagi seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya yang lain. Dan jika shalatnya rusak maka rusaklah seluruh amalnya yang lain.” (HR. Ath-Thabrani)
Lalu shalat seperti apakah yang baik itu?? sempat terfikir saat itu ialah shalat yang khusyuk, dengan memahami bacaan shalat salah satunya. Ya, memahami bacaan shalat. Cukup terhentak ketika kembali mengingat akan hal itu. Pasalnya, hampir 21 tahun saya terlahir kedunia, dan mulai dari usia sekitar 5 tahunan orang tua saya mengajarkan saya mengenal Allah dengan shalat, tapi tak semua bacaan shalat saya pahami sampai sekarang.. T_T, astaghfirullah..., ya Allah.., ampuni hamba yang lemah, yang kecil ini.. T_T (kembali mengingatkan hal yang sempat terlupakan untuk selalu diperbaharui lebih baik)
Memang, jika kita hanya menilai dari pertimbangan fiqih semata, setau saya arti bacaan shalat tidak termasuk rukun shalat, tidak termasuk syarat sahnya shalat, juga tidak termasuk kewajiban shalat, bahkan sunnah-sunnah shalat pun tidak. Sehingga bila ada seorang yang shalat tanpa pernah paham apa yang diucapkannya, asalkan bacaannya benar, tentu shalatnya sudah sah secara fiqih. Dan konsekuensinya, kewajiban shalat atasnya telah gugur, sehingga dia tidak perlu melakukan shalat lagi.
(tolong koreksi jika saya salah... ^^')
Namun coba kita sama-sama telaah dari sisi lain,secara pendekatan maknawi sungguh sangat merugi dan terasing orang yang shalat tapi tidak paham apa yang dibacanya. Pasalnya, shalat ialah dialog antara seorang hamba dengan tuhannya. Secara bahasa, shalat adalah doa. Dan doa itu adalah lafaz yang diucapkan untuk meminta sesuatu. Bisakah kita membayangkan tentang seseorang yang berdoa memohon sesuatu,namun dia tidak pernah mengerti apa yang diucapkan, aneh bukan?
Selama belum bisa memahami bacaan shalat seutuhnya, bagaimana ketika kita melafazkan bacaan shalat kita benar-benar menghadirkan makna bacaan itu sepenuh kesadaran??
Ya Allah, lagi-lagi ampuni hamba yang lalai ini,yang mungkin sering menyia-nyiakan shalat, satu waktu dimana kita langsung menghadap Allah, satu waktu dimana seharusnya kita benar-benar menundukkan diri sambil memuji keagunganNya dan merasa semakin hina dan tak berdaya di hadapanNya, sementara Allah menatap langsung ke hadapan wajah kita. Satu waktu dimana seharusnya kita memohon ampun di setiap bungkuk, sujud dan duduk bersimpuh, berserah diri. Sudahkah shalat kita seperti ini??
Ampunilah kami yang belajar dan mencoba menumbuhkan semangat untuk terus berbenah ini, mencoba meningkatkan kualitas shalat kami.
Hampir 21 tahun, sudah cukup terlambat memang, tapi tak ada kata terlambat untuk berbenah. Semoga anak-anak saya kelak sudah diajarkan ini sejak dini, oleh ibunya paling tidak, mengenal Allah, mendekatkan diri pada Nya, lewat shalat dan pemahaman akan bacaan nya. Mungkin, seandainya saya belum hapal dan paham akan arti bacaan shalat, generasi penerus saya yang mungkin nanti akan dengan fasih dan cerdas nya melantunkan ini pada guru ngajinya. Semoga, jadikan ini doa ya Allah.
Kita harus belajar! ya, berbenah, meningkatkan kualitas itu. Menjadikan shalat sangat berarti dengan memahami maknanya dan khusyu' menjalankannya.
Memulai dengan belajar untuk mengerti kata demi kata lafaz bacaan shalat. Mulai dari takbiratul ihram, doa istiftah (iftitah), bacaan surat Al-Fatihah, bacaan ayat-ayat Al-Quran setelah surat Al-Fatihah, lafaz bacaan tatkala ruku', i'tidal, sujud, duduk antara dua sujud, tahiyat awal dan tahiyat akhir. Dan semoga media tulisan ini menjadi pelipatganda, media pencerahan, pengingat, intropeksi dan akselerasi setiap kita yang ingin sama-sama belajar. Semoga bisa menjadi sarana itu.
Mari kita mulai... :D (dengan semangat tinggi hanya karena Allah.. ^^, bismillah, insya Allah..)
Takbiratul Ihram ---> ALLAAHU AKBAR (Allah Maha Besar)
Allaahu akbar kabiira, walhamdulillaahi katsiira, wa subhanallaahi bukrataw, waashiila.
(Allah Maha Besar, dan Segala Puji yang sangat banyak bagi Allah, dan Maha Suci Allah sepanjang pagi, dan petang).
Innii wajjahtu wajhiya, lillazii fatharassamaawaati walardha, haniifam, muslimaa, wamaa ana minal musrykiin.
(Sungguh aku hadapkan wajahku kepada wajahMu, yang telah menciptakan langit dan bumi, dengan penuh kelurusan, dan penyerahan diri, dan aku tidak termasuk orang-orang yang mempersekutuan Engkau/Musryik)
Innasshalaatii, wa nusukii, wa mahyaaya, wa mamaati, lillaahi rabbil 'aalamiin.
(Sesungguhnya shalatku, dan ibadah qurbanku, dan hidupku, dan matiku, hanya untuk Allaah Rabb Semesta Alam).
Laa syariikalahu, wabidzaalika umirtu, wa ana minal muslimiin.
(Tidak akan aku menduakan Engkau, dan memang aku diperintahkan seperti itu, dan aku termasuk golongan hamba yang berserah diri kepadaMu)
Surah Al- Faatihah.
Adapun Rasulullaah ketika membaca surah Al-Faatihah senantiasa satu napas per satu ayatnya, tidak terburu-buru, dan benar-benar memaknainya. Surah ini memiliki khasiat yang sangat tinggi sekali. Bahkan Ibn Qayyim Al-Jauziyyah sampai menuliskan makna iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin, dalam satu kitabnya yang berjudul Madarijus Saalikin, dimana beliau bercerita ketika di suatu kota ia menderita sakit, maka ia membacanya per ayat dengan sungguh-sungguh, dan ia rasakan bahwa setiap selesai satu ayat dibacanya, terasa berguguran sakit yang dirasakannya.
Subhaanallaah.
Bismillaah, arrahmaan, arrahiim (Bismillaahirrahmaanirrahiim)
(Dengan nama Allaah, Maha Pengasih, Maha Penyayang)
Alhamdulillaah, Rabbil 'aalamiin
(Segala puji hanya milik Allaah, Rabb semesta 'alam)
Arrahmaan, Arrahiim
(Maha Pengasih, Maha Penyayang)
Maaliki, yaumiddiin
(Penguasa, Hari Pembalasan/Hari Tempat Kembali)
Iyyaaka, na'budu, wa iyyaaka, nasta'iin
(KepadaMulah, kami menyembah, dan kepadaMulah, kami mohon pertolongan)
Ihdina, asshiraathal, mustaqiim ---> berharaplah dengan penuh harap ketika membacanya.
(Tunjuki kami, jalan, golongan orang-orang yang lurus)
Shiraath, alladziina, an'am, ta 'alayhim
(Jalan, yang, telah Engkau beri ni'mat, kepada mereka)
Ghayril maghduubi 'alaihim, wa laddhaaaalliiin.
(Bukan/Selain, (jalan) orang-orang yang telah Engkau murkai, dan bukan (jalan) orang-orang yang sesat)
Lalu ruku', dimana ketika ruku' ini beliau mengucapkan bermacam-macam dzikir dan do'a. Kadangkala beliau mengucapkan yang ini dan kadangkala mengucapkan yang itu :
1. Subhaana, rabbiyal, 'adzhiimi.
(Maha Suci, Tuhanku, Yang Maha Agung)
---> dzikir ini diucapkan beliau sebanyak tiga kali.
(Hadits riwayat Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, Ad-Daaruquthni, Al-Bazaar, dan Ath-Thabarani)
---> kadangkala juga beliau membacanya berulang-ulang lebih banyak dari tiga kali, dan sesekali beliau berlebihan dalam mengulanginya ketika shalat lail (malam), sehingga lama ruku'nya hampir mendekati lama berdirinya.
2. Subbuuhun, qudduus, rabbul malaaikati, warruuh.
(Maha Suci Engkau ya Allaah, Pemberi berkah, Tuhan malaikat, dan ruh)
--> Riwayat Muslim
3. Allaahumma, laka raka'at, wa aamantu, wa laka aslamtu,
(Yaa Allaah, kepadaMu, kuserahkan ruku'ku, kepadaMu aku beriman, kepadaMu aku Islam (menyerahkan diri).)
anta rabbiiy, khasa'a laka sam'iiy, wa bashariy, wa mukhyii, wa 'adzhomii, wa fii riwaayah
(Engkau Tuhanku, KepadaMulah pendengaran, penglihatan, otak, tulang, dan syarafku tunduk)
wa mastaqallat bihi, qadamii, lillaah, rabbil 'aalamiin.
(Dan apa yang dibawa kakiku, kuserahkan, kepada Allaah, Tuhan semesta alam)
(HR. Ad-Dharuquthni)
Lalu I'tidal.
Rasululullaah Sallaahu 'alayhi wa sallaam mengangkat punggungnya dari ruku' sambil mengucapkan,
"Mudah-mudahan Allah mendengarkan (memperhatikan) orang yang memujiNya".
(Hadits diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim)
Maka ketika kita i'tidal atau bangkit dari ruku, sambil mengangkat kedua tangan sejajar bahu ataupun sejajar telinga, maka kita mengucapkan :
Sami'allaahu, li, man, hamida, hu
(Mudah-mudahan mendengar Allah, kepada, sesiapa yang, memuji, Nya)
Sesungguhnya imam itu dijadikan hanya untuk diikuti. Oleh karena itu, apabila ia mengucapkan "sami'allaahu liman hamidah", maka ucapkanlah "rabbanaa lakal hamdu", niscaya Allah memperhatikan kamu.
Maka mari kita baca :
Rabbanaa, lakal, hamdu
(Yaa Tuhan kami, bagiMulah, segala puji)
Kadangkala lafadzh diatas beliau tambahkan seperti :
mil assamaawaati, wa mil al ardhi, wa mil a maa shikta, min shai in, ba'du
(Sepenuh langit, dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki, dari sesuatu, sesudahnya)
Kalimat diatas didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu 'Uwanah)
Lalu sujud.
Ketika kita sujud, maka dengan tenang hendaknya kita mengucapkan do'a-do'a sujud seperti yang telah dicontohkan Rasulullaah Sallallaahu 'alayhi wa sallaam.
1. Subhaana, rabbiyal, a'laa
(Maha Suci, Tuhanku, Yang Maha Luhur)
Dzikir ini beliau ucapkan sebanyak tiga kali, dan kadangkala beliau mengulang-ulanginya lebih daripada itu.
2. Subhaana, rabbiyal, a'laa, wa, bihamdi, hi
(Maha Suci, Tuhanku, Yang Maha Luhur, dan, aku memuji, Nya)
3. Subbuuhun, qudduusun, rabbul malaaikati, warruuh
(Maha Suci, Pemberi Berkat, Tuhan malaikat, dan ruh)
Duduk antara dua Sujud.
Ketika kita bangun dari sujud, maka hendaklah kita berdo'a sepertinya do'anya Rasulullaah, dan bacalah do'a tersebuh dengan sungguh-sungguh, perlahan-lahan, dan penuh pengharapan kepada Allah Subhaana wa Ta'ala.
Di dalam duduk ini, Rasulullaah Sallallaahu 'alayhi wa sallaam mengucapkan :
Allaahummaghfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, wahdinii, wa 'aafinii, warzuqnii
(Ya Allaah ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupilah kekuranganku, sehatkanlah aku, dan berilah rizqi kepadaku)
At-Tasyaahud.
Attahiyyaatulillaah, wasshalawatu, watthayyibaat.
Segala ucapan selamat adalah bagi Allaah, dan kebahagiaan, dan kebaikan.
Assalaamu 'alayka * , ayyuhannabiyyu, warahmatullaah, wa barakaatuh.
Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepadamu *, wahai Nabi, dan beserta rahmat Allaah, dan berkatNya.
Assalaamu 'alaynaa, wa 'alaa, 'ibaadillaahisshaalihiiin.
Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada kami pula, dan kepada sekalian hamba-hambanya yang shaleh.
Asyhadu, allaa, ilaaha, illallaah.
Aku bersaksi, bahwa tiada, Tuhan, kecuali Allaah.
Wa asyhadu, anna muhammadan, 'abduhu, wa rasuluhu.
Dan aku bersaksi, bahwa muhammad, hambaNya, dan RasulNya.
(dalam riwayat lain: Wa asyhadu annaa muhammadarrasuulullaah)
ada yang mengatakan, karena beliau telah wafat, maka para shahabat mengucapkan :
Assalaamu 'alannabiy.
Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada Nabi.
Rasulullaah saw. mengucapkan shalawat atas dirinya sendiri di dalam tasyahhud pertama dan lainnya. Yang demikian itu beliau syari'atkan kepada umatnya, yakni beliau memerintahkan kepada mereka untuk mengucapkan shalawat atasnya setelah mengucapkan salam kepadanya dan beliau mengajar mereka macam-macam bacaan salawat kepadanya.
Berikut kita ambil sebuah hadits yang sudah umum di kita, diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, dan Al-Humaidi, dan Ibnu Mandah.
Allaahumma, shalli 'alaa muhammad, wa 'alaa, aali muhammad.
Ya Allaah, berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada, keluarga Muhammad
Kamaa, shallayta, 'alaa ibrahiim, wa 'alaa, aali ibraahiim.
Sebagaimana, Engkau telah memberikan kebahagiaan, kepada Ibrahim, dan kepada, keluarga Ibrahim.
Allaahumma, baarik, 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad.
Ya Allaah, berikanlah berkah, kepada Muhammad, dan kepada, keluarga Muhammad
Kamaa, baarakta, 'ala ibraahiim, wa 'alaa, aali ibraahiiim.
Sebagaimana, Engkau telah memberikan berkah, kepada ibrahim, dan kepada, keluarga Ibrahim.
Innaka, hamiidummajiid.
Sesungguhnya Engkau, Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
Cara Mengucapkan Salam.
Mari kita simak hadits berikut, yang diriwayatkan oleh Abu Daud, An-Nasa'i, dan Tirmidzi serta dishahihkan olehnya.
"Rasulullaah saw. mengucapkan salam ke sebelah kanannya : Assalaamu 'alaykum warahmatullaahi wa barakaatuh (Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepada kamu sekalian serta rahmat Allaah, serta berkatNya), sehingga tampaklah putih pipinya sebelah kanan. Dan ke sebelah kiri beliau mengucapkan : Assalaamu 'alaykum warahmatullaah (Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepada kamu sekalian serta rahmat Allaah), sehingga tampaklah putih pipinya yang sebelah kiri."
Perhatikanlah, bahwa ternyata ucapan kita ketika menoleh ke kanan (salam yang pertama) lebih banyak daripada ucapan kita ketika menoleh ke kiri (salam yang kedua).
Atau dalam riwayat lain, ketika salam yang pertama beliau mengucapkan :
Assalaamu 'alaykum warahmatullaah, dan pada salam yang kedua beliau mengucapkan : Assalaamu 'alaykum.
Ya inilah, salah satu upaya. Jalan kemudahan bagi kita di dalam berusaha khusyuk dan memahami setiap gerakan yang kita lakukan, sehingga benar-benar memiliki ruh dan nilai yang sulit bagi kita untuk menuangkannya dalam kata-kata, karena begitu nikmatnya shalat itu.
Ya, inilah shalat, amalan pertama yang dihisab kelak. Yang perintahnya telah Allah tunjukkan dalam firman Nya.
Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thahaa : 20)
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku.” (QS. Al-Baqarah : 43)
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu. Sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. Al-Hajj : 77)
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah : 153)
Dalam hadist pun Rasulullah bersabda:
“Allah telah mewajibkan atas umatku pada malam isra’ mi’raj 50 kali shalat, maka aku selalu kembali menghadap-Nya dan memohon keringanan sehingga dijadikan kewajiban shalat 5 waktu dalam sehari semalam.”
(HR. Bukhari dan Muslim, Shahih)
Itulah shalat, yang harus didirikan dalam kondisi ringan maupun berat.
Tak dibenarkan setiap kita meninggalkan shalat, sebab syari’ah tidaklah mempersulit umat islam untuk melaksanakan ibadah pada Tuhannya. Sebagaimana firman Allah sebagai berikut.
Allah berfirman: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. AL-Baqarah : 2). Dan, “Allah tidak hendak menyulitkanmu.” (QS Al-Maaidah : 6)
Ya, itulah shalat, disanalah nilainya sebagai pembeda, sebagai ciri orang yang bertaqwa, sebagaimana firman Allah:
“Kitab (Al-qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman pada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kpd ereka.” (QS. Al-Baqarah : 2-3)
Jika ada sarana pembersih diri, penghapus dosa, maka salah satunya ialah dengan shalat.
Sebagaimana hadits: dari Abi Hurairah ra. Rasulullah bersabda: “Shalat lima waktu dan shalat jumat, dari shalat yang satu ke shalat yang lainnya, adalah sebagai penghapus dosa yang terjadi di waktu antara keduanya, kecuali dosa besar.”
Shalat pun mencegah dari hal yang keji lagi munkar, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ankabut : 45
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,, yaitu Al-kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan munkar”.
Orang yang senantiasa menjaga shalatnya, insy Allah dapat menumbuhkan rasa cinta, takut dan malu kepada Allah, sehingga dapat mencegah diri dari dosa.
Sifat kikir dan keluh kesah, itupun dapat kita hindari dengan mendirikan shalat. Sebagaimana dalam firman Allah dalam surat Al-ma’arij : 19-23:
“Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakannya”.
Itulah sarana yang Allah sediakan bagi hambaNya untuk mendekatkan diri kepadaNya. Itulah obat hati, yang dapat menyinari hati, menyucikan diri, melapangkan hati, mendatangkan ketenangan dan ketentraman dalam hati, serta keselamatan bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam mendirikan nya. Ya, itulah shalat!
Shalat. Sarana penempa,pembangun dan pelatih kedisiplinan diri, menumbuhkan ketaatan dan ketundukkan dalam hati serta meningkatkan ketakwaan.
Sebagai seorang mahasiswa kedokteran, tentunya kita pun tahu, bahwasanya shalat juga mempunyai manfaat bagi tubuh secara medis. Jadi selain bermanfaat untuk bathin, shalat juga baik bagi tubuh.
Namun, sudahkah kita sungguh-sungguh mendirikan shalat kita??
Bantu saya mendirikan shalat yang baik kawan..
Bantu saya memperbaharui iman saya yang kumuh ini....
Semoga Allah memberikan kita hidayah dan menjadikan kita orang-orang yang beribadah kepada-Nya dengan sepenuh penjiwaan...