Pengertian Bronchopneumonia
Bronchopneumonia adalah infeksi akut pada bronchus. (Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA, 2002). Bronchopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang berbentuk bercak-bercak infiltrate tersebar dengan diameter 3-4 mm yang mengelilingi dan mengenai bronchus bilateral. (Dr.Sardjito, 1991:215). Bronchopneumonia disebut juga Pneumonia lobularis. (Ngastiah, 2001:39).
Dari beberapa pengertian diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa bronchopneumonia atau pneumonia lobularis adalah infeksi akut pada bronchus yang menyebabkan peradangan parenkim paru yang membentuk bercak-bercak infiltrate tersebar dengan diameter 3-4 mm yang mengelilingi dan mengenai bronchus bilateral.
... Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan
Saluran pernapasan dibagi 2 bagian, yaitu: kesatu traktus respitotius bagian atas yang terdiri dari hidung, nasofaring, sinus, dan laring. Kedua traktus respitorius bawah.. Traktus respitorius bagian bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchioles dan alveoli.
Trakea
Trakea adalah tabung terbuka berdiameter 2,5 cm dan panjang 10-12 cm yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda (hurup C), dengan bagian terbuka mengarah ke posterior (oesofagus ). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia yang hanya dapat bergerak kearah luar dan sel golbet yang menghasilkan mucus bersma-sama berfungsi menyapu partikel yang berhasil lolos dari saringan hidung,kearah farings untuk kemudian ditelan atau diludahkan atau dibatukan. Potongan melintang trachea khas berbentuk huruf D.
Percabangan Bronchus.
Trakea bercabang menjadi bronchus utama (primer) kiri dan kanan. Bronchus kanan bercabang menjadi bronchus (sekunder) lobus atas dan bawah.Setiap bronchus lobaris bercabang lagi menjadi bronchus tersier (segmental). Setelah 9-12 generasi percabangan, ukuran saluran telah mengecil sampai diameter 1mm. Saluran ini disebut bronchiolus yang turut menyusun lobus paru. Bronchiolus memasuki lobulus pada bagian puncaknya, bercabang- cabang lagi membentuk 4-7 bronchiolus terminalis yang masing-masing bercabang lagi menjadi 2 bronchiolus respitorius, bagian ini bercabang lagi lebih dari 3 kali duktus alveolaris yang lebih lanjut masih dapat bercabang 2 sebelum menjadi sakus alveolaris dan alveoli.Pertukaran gas berlangsung mulai dari bronchiolus respiratorius sampai alveoli.
Paru-paru
Paru-paru adalah organ berbentuk piramid seperti spon dan berisi udara terletak dalam rongga dada.
Paru kanan memiliki tiga lubus (lubus dextra superior, lobus dextra media, lobus dextra inferior) dan paru kiri memiliki dua lobus (lobus sinistra superior dan lobus sinistra inferior).
Setiap paru memiliki sebuah apeks yang mencapai bagian atas iga pertama sebuah permukaan diafragmatik (bagian dasar) terletak di atas diafragma sebuah permukaan mediastinal (medial) yang terpisah dan paru lain oleh mediastinum dan permukaan kosta terletak diatas kerangka iga.
Permukaan mediastinal memiliki hilus (akar), tempat masuk dan keluarnya pembuluh darah bronchi, pulmonal, bronchial dan paru.
Pleura
Pleura adalah sebuah membaran yang membungkus setiap paru.
Pleura Parietal melapisi rongga toraks (kerangka iga, diafragma, midiastinum).
Pleura visceral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura parietal dibagian bawah paru.
Rongga pleura (ruang intrapleura) adalah ruang potensial antara pleura parietal dan visceral yang mengandung lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini disekresi oleh sel-sel pleura sehingga paru-paru dapat mengembang tanpa melakukan friksi. Tekanan cairan (tekanan intrapleura) agak negatif di bandingkan tekanan atmosfir.
Hanya satu lapisan membran yaitu membrane alveoli-kapiler memisahkan oksigen dihirup melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trachea dan pipa bronchial ke alveoli dan berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonalis. Oksigen dari darah menembus membran ini dan diambil oleh sel-sel darah merah dan dibawa ke jantung yang kemudian dipompakan melalui arteri keseluruh bagian tubuh. Darah meninggalkan paru- paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini kadar sel darah merah 95 % oksigen jenuh. (Evelyn, 1997:219).
Etiologi.
Bronchopneumonia bisa disebabkan oleh berbagai agen penyebab, diantaranya :
Pnemokokus merupakan penyebab yang paling sering, Hemofilus influensa, Streptokokus beta hemolitikus, Stafilokokus, Virus RSV (Respiratory Syncitial Virus) dan Aspirasi substansi asing.
Klasifikasi Pneumonia
Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit Pneumonia semua bentuk Pneumonia (baik Pneumonia maupun Bronchopneumonia) disebut pneumonia saja. Klasifikasi penyakit Pneumonia menurut Nursalam (2005:115) di bagi 2 kelompok yaitu :
Kelompok umur 2 bulan - 5 tahun di bagi atas :
Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala :
Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak mau minum atau menetek selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak sadar, Terdapat tarikan dinding dada kedalam, Terdapat stidor.
Pneumonia apabila ada gejala napas cepat. Batasan napas cepat adalah:
Anak umur 2-12 bulan apabila frekwensi napas 50 x/menit
Anak umur 12 bulan-5 tahun apabila frekuensi napas 40 x/menit atau lebih.
Batuk bukan Pneumonia apabila tidak ada tanda- tanda pneumonia atau penyakit sangat berat.
Kelompok umur 2 bulan dibagi atas Pneumonia berat dan bukan Pneumonia.
Patofisiologi
Pada keadaan sehat setiap individu, mikroorganisme pathogen yang masuk ke dalam mencapai bronhiolus atau paru-paru dikeluarkan melalui beberapa mekanisme pertahanan diri seperti refleks batuk dan apa bila lolos dari mekanisme pertahanan tersebut, maka mikroorganisme akan dihadang oleh sistem imun. Respon ini diperankan oleh limfosit yang melibatkan sel-sel darah putih lainnya misalnya makrofag, neutrofil dan sel mast yang tertarik ke daerah tempat proses peradangan berlangsung.
Pada individu yang rentan terhadap penyakit, mikroorganisme patogen yang masuk kedalam tubuh berusaha memperbanyak diri dan mengeluarkan toxin dan endotxin yang bersifat merusak sehingga reaksi antigen-antibodi dan endotoxin yang dilepaskan oleh beberapa mikro organisme merusak membran mukosa parenkrim paru dan membentuk bercak-bercak infiltrat yang menyebakan kegagalan pertukaran gas. Klien akan mengalami kesukaran bernapas sehingga pernapasan akan menjadi cepat, adanya tarikan dinding dada kedalam, pernapasan cuping hidung, suara napas stridor akibat penumpukan sekret di bronchus dan karena suplai oksigen kejaringan kurang akan menyebabkan sianosis. (Corwin, Betz & Sowden, :409-385). Berdasarkan uraian di atas, proses patofisiologi bronkopneumonia dapat terlihat pada bagan di bawah ini :
Manifestasi Klinis
Tanda-tanda klinis utama dari pneumonia adalah :
Biasanya di dahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari, Suhu tubuh dapat naik mendadak 39°- 40° C, Kadang kejang karena demam yang tinggi.
Anak sangat gelisah, Dipsnea, Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung.
Sianosis sekitar hidung dan mulut, Kadang- kadang disertai muntah dan diare, Pada gejala permulaan batuk tidak ditemukan, setelah beberapa hari grjala batuk mula-mula kering kemudian menjadi produktif. (Ngastiah, 2002:58).
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut. Mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti atelektasis, emfisema, atau komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat. (Ngastiyah, 2005:58)
Dampak terhadap sistem tubuh
Sistem Pernapasan
Adanya peradangan pada bronchus tubuh akan mempertahankan diri dengan memproduksi sekret oleh sel goblet lebih banyak, akibatnya akan terjadi penumpukan sekret / lendir pada bronchus dan saluran pernapasan yang lain. Hal ini akan menyebabkan dyspnea, batuk produktif, pernapasan cepat dan dangkal yaitu tachypne, hipoxia, adanya retraksi suprasternal, intercortalis dan adanya ronchi, pernapasan coping hidung. Selain itu akibat peradangan menyebabkan demam yang menyebabkan kejang. (Ngastiyah, 2002 : 58 dan Corwin, 2000 : 408-409)
Sistem Kardiovaskuler
Suplai oksigen kurang ke jaringan menyebabkan kurangnya kapasitas jantung yang akan menimbulkan tahanan vaskuler meningkat. Jantung bekerja lebih meningkat menyebabkan nadi kuat dan cepat, tekanan darah meningkat.
Sistem Muskuloskeletal
Menurunnya oksigen akan menghambat pembentukan ATP yang akan disintesa menjadi ATP sebagai sumber energi sehingga terlihat lemah, tonus otot menurun.
Sistem Perkemihan
Adanya diaforesis, demam, pernapasan mulut, muntah, tidak adekuatnya masukan cairan atau berhubungan dengan kehilangan cairan menyebabkan terjadinya hypernatremia oleh ginjal akibat adanya rangsangan terhadap hypothalamus yang dapat menyebabkan pelepasan ACTH dan sekresi aldosteron.
Sistem Pencernaan
Penurunan suplai oksigen merangsang nervus vagus dalam menyampaikan refleks lokal ke vasovagal, impuls dibawa ke medula obongata lalu dihantarkan ke eferen thalamus bagian medial sebagai pusat kenyang maka terjadi anorexia.
Sistem Persyarafan
Adanya sesak menyebabkan pusat pernapasan meningkatkan kerja otot-otot pernapasan untuk mendapatkan oksigen lebih banyak sehingga mengaktivasi RAS (Retikularis Aktivity System) dibatang otak yang dapat membawa ke keadaan waspada sehingga klien akan selalu terjaga. Rekasi peradangan menyebabkan pengeluaran zat kimia (Serotinin, bradikinin danenzim proteolitik), yang kemudian merangsang ujung syaraf sensori sehingga menurunkan ambang stimulus terhadap reseptor mekanosensistif sehingga dipersepsikan nyeri.
Sistem Integumen
Reaksi peradangan menyebabkan demam dan adanya diaforesisi, serta akibat kurangnya suplai oksigen dapat menyebabkan terjadinya sianosis
Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resisten, tetapi karena hal itu perlu waktu dan klien memerlukan pengobatan secepatnya, maka diberikan :
Pemberian oksigen 1-2 liter per liter, lembab.
Penisilin procaine 50.000 U/kg BB/hari ditambah dengan Kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotic yang mempunyai spekrum luas seperti ampicillin.Pengobatan ini diteruskan sampai 4-5 hari.
Untuk kasus pneumonia hospital base : Sefotaksim 100mg/kg BB/hari dan Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
Pemberian cairan intravena biasanya diperlukan campuran glucose 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl 10m Eq/ 500ml/botol larutan.
Fisioterapi dan inhalasi dengan normal salin dan beta agonis untuk memperbaiki transspor mukosilier jika sekresi lendir berlebihan.
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
(Ngastiah, 2002:41-42 & Kapitasalekta, 2000:467-468).
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah menunjukan leukositosis dengan predomoinan PMN atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis buruk.dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
Pemeriksaan radiologist memberi gambaran bervariasi :
Bercak konsolidasi merata pada bronchopneumonia.
Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris.
Gambaran bronchopneumonia difus atau infiltrate interstisialis pada pneumonia stafilokokus.
Pemeriksaan cairan pleura.
Pemeriksaan mikrobiologik, specimen usap tenggorok, sekresi nasopharings, bilasan bronchus atau sputum, darah, aspirasi trachea, fungsi pleura atau aspirasi paru.
Analisa gas darah arteri dapat menunjukan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2. (Ngastiah, 2002:44 & Kapita selekta, 2000 : 467).