Senin, 02 Agustus 2010

Niatkan Untuk Ibadah dan Jangan Setengah-Setengah (Wawancara dengan Menteri Kesehatan Ibu Siti Fadhilah Supari,Agustus 2009)

Solo adalah kota penuh cerita. Dari kisah tertangkapnya seorang teroris kelas kakap , walikotanya yang pro rakyat, sampai sosok yang bisa dijadikan teladan bagi siapa saja. Tentu tulisan ini tidak akan membahas si Noordin yang terkenal karena kekejamannya menghilangkan nyawa ratusan orang tapi disini akan menceritakan sosok ibu yang cerdas, pemberani dan memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap siapapun terutama rakyat miskin yang sangat beliau sayangi. Ya, beliau adalah Dr.dr. Siti Fadilah Supari,Sp.JP (K), putri Solo yang saat ini membaktikan hidupnya untuk Departemen Kesehatan demi menyehatkan rakyat Indonesia.
Ditemui disela-sela kesibukannya yang luar biasa, kami melihat sosok ibu yang murah senyum walaupun saya yakin dipikirannya sedang bergelut permasalahan-permasalahan rakyat yang sesegera mungkin memerlukan penyelesaian. Ditemui di ruang tamunya yang cukup besar kami, delegasi Efkagama bersama dengan delegasi Humas UGM, memulai wawancara ini dengan menanyakan kabar beliau. Alhamdulillah, beliau masih sangat bersemangat untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa ini.
Apa sih motivasi ibu untuk menjadi seorang dokter dan masuk FK UGM dulu? Itulah pertanyaan pertama yang terlontar dari kami. Sungguh jawaban yang kami dapatkan di luar dugaan dari pengakuan seorang Menteri Kesehatan. Ibu hanya menjawab waktu itu beliau diminta orang tuanya terutama ayah beliau untuk menjadi seorang dokter. Beliau ingin memiliki anak seorang dokter. Awalnya Bu menteri menolak permintaan ayahnya karena beliau sangat tertarik pada teknik ITB. Selain itu beliau juga beralasan bahwa materi yang paling dibenci ketika sekolah adalah Biologi sedangkan di kedokteran ilmu biologilah yang banyak dipakai.
Karena rasa ingin berbakti pada ayah kemudian akhirnya beliau menerima, asalkan nanti kalau misalnya tidak diterima beliau diizinkan masuk ke ITB. Walaupun begitu Bu Menteri kecil tetap berlaku professional dengan belajar sungguh-sungguh menghadapi ujian seleksi mahasiswa di FK UGM sambil terus berdoa agar diberikan yang terbaik.
Nah disini ada cerita luar biasa buah dari ridho orang tua, begitu kata beliau. Pada saat hari ujian beliau menginap di rumah saudara di Jogja. Kebetulan juga saudaranya juga ikut seleksi mahasiswa baru. Beliau sudah mempersiapkan materi dengan baik sejak jauh-jauh hari tapi khusus untuk biologi ibu Menkes sudah pasrah. Pada saat berangkat, ya biasalah sambil jalan sambil screening materi. Tiba-tiba ada lembaran kertas pelajaran kepunyaan saudaranya yang jatuh dan beliau mengambilnya. Ketika akan dikembalikan saudaranya bilang, sudah nanti saja setelah selesai. Iseng-iseng ibu menkes muda membaca kertas tersebut yang ternyata isinya adalah materi biologi tentang tumbuhan dan komponen-komponennya. Dan anehnya pada saat ujian materi tersebut keluar dan beliau bisa menjawab soal-soal biologi yang sebelumnya sudah pasrah. Dan atas rahmat Alloh dan ridho orang tua akhirnya beliau bisa menjadi mahasiswa FK UGM angkatan 1968.
Semasa di FK UGM merupakan masa dimana beliau dengan tekun belajar menjadi dokter sesuai dengan keinginan sang ayah. Walaupun awalnya tidak terlalu suka karena kedokteran biologi banget akhirnya beliau lulus dengan baik dari FK UGM pada tahun 1976.
Salah satu nasihat ayah yang selalu diingat oleh beliau adalah bahwa niatkanlah segala apa yang kita kerjakan semata-mata hanya untuk ibadah kepada-Nya. Dokter yang memiliki tugas yang sangat dekat dengan manusia menjadi salah satu sarana ibadah untuk mendekatkan diri kepadaNya.
Ketika mengabdi menjadi dokter di Puskesmas beliau memberikan perhatian khusus pada kasus hipertensi. Hal inilah yang menuntun beliau untuk mendata semua kasus hipertensi dan segala hal yang berkaitan dengan hipertensi ditempat beliau bekerja, Pada suatu waktu beliau diminta presentasi tentang hipertensi dan mempesona seorang professor yang menawarinya beasiswa masuk bagian cardiovaskuler dan mengambil spesialisasi Jantung dan Pembuluh Darah.
Sebagai seorang yang memberikan perhatian lebih dalam kegiatan penelitian ,beliau tidak henti-hentinya untuk melakukan berbagai penelitian. Salah satu penelitian beliau yang sangat penting adalah ketika beliau melakukan penelitian terhadap ikan Lemuru sebagai sumber omega 3 yang digunakan untuk terapi penyakit pembuluh darah karena sumbatan lemak. Penelitian yang hanya berawal dari keprihatinan semakin meningkatnya kejadian penyakit karena penyumbatan pembuluh darah, tidak peduli dia kaya atau miskin. Inspirasi yang berawal dari suatu yang sederhana bahwa orang eskimo tidak pernah kena stroke akibat penyumbatan pembuluh darah karena setiap hari makan ikan. Penelitian inilah yang kemudian membawanya menjadi The Best Investigator Award pada Konferensi Ilmiah tentang Omega 3 di Texas, Amerika Serikat di tahun 1994 dan meraih gelar S3 di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia pada tahun 1996.
Mantan Kepala Unit Penelitian Yayasan Jantung Indonesia dan Kepala Pusat Penelitian Rumah Sakit Jantung Harapan Kita ini semula tidak pernah terpikir untuk masuk kedalam kabinet Indonesia Bersatu dan memimpin Departemen Kesehatan RI. Karena selama 25 tahun beliau bekerja secara professional sebagai Periset dan Staff pengajar di Fakultas kedokteran Universitas Indonesia dan tidak sekalipun berkecimpung dalam ranah perpolitikan. Awalnya pada malam tanggal 20 Oktober 2004 beliau hanya memperoleh telepon dari seorang yang beliau juga tidak tahu identitasnya yang meminta beliau untuk datang ke ke Istana untuk menghadap SBY, yang baru saja dilantik pagi hari itu. Beliau diminta untuk memimpin Departemen Kesehatan RI dan menjadi Menteri Kesehatan dalam Kabinet Indonesia Bersatu. Ketika ditanya alasannya, SBY hanya menjawab butuh seorang yang “galak” untuk memimpin Departemen Kesehatan.
Rupanya harapan Presiden SBY terwujud, Departemen Kesehatan di bawah pimpinan Ibu Fadhilah Supari ini menjadi departemen yang cukup galak dan tegas dalam mewujudkan kesehatan rakyat Indonesia. Menteri yang rajin melakukan Sidak (Inspeksi Mendadak) ini tidak segan untuk bersuara lantang jika hak-hak rakyat ditindas. Yang paling fenomenal tentu ketika beliau mengkritik habis-habisan WHO dalam kaitannya dengan vaksin virus H5N1. Beliau dengan segala keteguhan hati dan kerasnya pendirian mampu mengajak negara-negara lain untuk merevisi regulasi WHO tentang pengiriman vaksin yang sudah 50 tahun tidak ada yang berani mengusiknya dan tentu masih banyak lagi prestasi Departemen Kesehatan dibawah pimpinan Ibu tiga anak ini.
Ditengah kesibukannya yang luar biasa melayani masyarakat, Ibu Fadhilah Supari tetaptidak melupakan hak-hak keluarganya. Beliau masih menyempatkan diri untuk makan malam bersama ketika weekend bersama keluarga. Beliau pada akhir pembicaraannya menasihatkan bahwa kita dalam menjalankan aktivitas apapun itu asala baik harus diniatkan sebagai ibadah dan jangan setengah-setengah dalam menjalankan apapun yang kita yakini benar. Dan bagi mahasiswa agar selalu kritis menyikapi semua kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sehingga tercipta hubungan yang saling mengoreksi antara pemerintah dengan kaum intelektual.