United Nations Millenium Summit 2000 menjadi saksi dideklarasikannya roadmap tentang hal-hal yang harus dicapai oleh dunia Internasional di tahun 2015 yang disebut sebagai Millenium Development Goals (MDGs). Ada 189 negara yang menandatangani kesepakatan ini. Walaupun tidak semua negara menandatangani roadmap ini tapi cakupan MDGs ini meliputi semua negara di dunia ini.
Ada delapan komitmen yang disepakati dan diusahakan realisasinya di tahun 2015 nanti yaitu penanggulangan kelaparan dan kemiskinan, tercapainya pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV, malaria dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan dan mengembangkan kemitraan internasional untuk pembangunan.
Tiga dari delapan komitmen MDGs secara langsung berkaitan dengan kesehatan. Karena memang tidak ada seorang pun yang berani membantah bahwa kesehatan menjadi modal penting dalam pembangunan,apapun bidangnya. Walaupun tidak secara langsung komitmen-komitmen lain yang tercantum dalam MDGs ini juga sangat terkait dengan dunia kesehatan.
Komitmen MDGs pertama adalah pengentasan kemiskinan dan kelaparan. Kemiskinan masih menjadi penyebab dari hampir semua permasalahan yang terjadi di dunia ini. Kesehatan, kependudukan, kriminalitas dan lain-lain mengekor dibelakang permasalahan kemiskinan. Pada tahun 2003, sekitar 1,2 miliar penduduk hidupdalam kemiskinan dengan pendapatan kurang dari 1 dolar perhari . Gizi buruk sebagai salah satu dampak dari kemiskinan melanda lebih dari 800 juta penduduk. Kekurangan gizi inilah yang menyebabkan setengah dari kematian anak-anak di dunia ini. Di tahun 2015, MDGs menargetkan terjadinya penurunan setengah dari jumlah penduduk yang hidup dengan pendapatan kurang dari satu dolar perhari dan penduduk yang menderita kelaparan. Pemberian BLT, Jamkesmas, dan peminjaman modal seperti PNPM Mandiri menjadi contoh usaha yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mewujudkan target tersebut.
Komitmen kedua adalah memastikan bahwa semua anak-anak baik laki-laki maupun perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Pada tahun 2003 tercatat masih ada sekitar 115 juta anak-anak yang tidak bisa menyelesaikan sekolahnya dan tiga-perempat dari jumlah tersebut adalah anak perempuan. Indonesia sendiri sudah menerapkan wajib belajar sembilan tahun bagi penduduknya dengan memberikan berbagai bantuan dan beasiswa termasukdi antaranya BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Saat ini Laju Pengentasan Buta Huruf (Youth Literacy Rate) penduduk usia 15 sampai 24 tahun sudah mencapai 85%di negara berkembang.
Komitmen ketiga adalah mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Mengusahakan tercapainya akses pendidikan primerdan sekunder untuk laki-laki dan perempuan pada tahun 2005 dan pada semua level di tahun 2015. Pemberdayaan perempuan dalam hal ini peningkatan kapasitas perempuan untuk bisa produktif dan punya daya saing. Hal ini berdasarkan fakta bahwa saat ini ada 876 juta penduduk dewasa yang buta huruf dan duapertiga dari jumlah itu adalah penduduk perempuan. Bahkan di negara-negara sub-Sahara Afrika rasio laki-laki dibanding dengan perempuan yang bisa belajar di sekolah primer maupun sekunder delapan berbanding satu.
Komitmen keempat adalah menurunkan angka kematian anak. Targetnya adalah menurunkan dua pertiga angka kematian anak dibawah lima tahun. Data menyebutkan bahwa sebelas juta anak-anak mati setiap tahunnya sebelum mencapai usia limatahun dan sebagian besar disebabkan oleh penyakit yang mudah ditangani serta sekitar 20% kematian anak dinegara-negara berkembang adalah karena infeksi terutama infeksi saluran pernafasan aku yang sebenarnya bisa dan mudah untuk dicegah. Walaupun angka ini sudah turun sejak tahun 1999 sejak dideklarasikannya MDGs tapi jika tidak segera ditangani dan diakselerasi kemajuannya terutama di negara-negara sub-sahara target MDGs ini baru dicapai mungkin ditahun 2165.
Kesehatan Ibu menjadi target kelima dari MDGs. Di tahun 2015 direncanakan dapat menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga-perempat dari data tahun 1999. Di tahun 2000 ada sekitar 500.000 wanita meninggal selama persalinan dan 99%-nya ada di negara-negara berkembang. Persentase penggunaan jasa dokter dalam persalinan pun hanya 58% di negara-negara berkembang dan ini punya andil yang cukup besar pada kematian ibu selama persalinan. Jika dibandingk maka risiko kematian selama persalinan di negara-negara subSahara Afrika mencapai 175 kali lipat dari negara-negara maju. Indonesia sebagai dalam setiapperiode pemerintahannya selalu menjadikan program ini sebagai prioritas program departemen kesehatan. Dan pencapaiannya sudah menunjukkan adanya hasil positif .
“Perang” melawan HIV/AIDS, insidensi malaria dan penyakit-penyakit menular lainya menjadi target keenam dari MDGs 2015. Di tahun 2002, 42 juta penduduk dewasa dan 5 juta anak-anak terinfeksi HIV/AIDS dan lebih dari 95%ada di negara-negara berkembang (70% di negara sub-sahara Afrika). Di tahun 2003 , tiga juta orang meninggal akibat AIDS dan sejak tahun 1996 sudah lebih dari 20 juta orang meninggal karena AIDS. Masalah klasik yang belum terselesaikan seperti tuberkulosis masih menjadi penyakit infeksi paling mematikan pada orang dewasa dan sudah membunuh hampir dua juta penduduk setiap tahunnya. Malaria juga telah membunuh lebih dari1 juta orang per- tahun. Usaha-usaha kuratif dan preventif sudah dilakukan oleh pemerintah terkait penyakit yang preventable ini seperti pengusahaan imunisasi, edukasi dan juga modifikasi lingkungan yang mencegah bertambahnya insidensi penyakit tersebut. Khusus untuk HIV/AIDS memang belum ditemukan obat untuk menyembuhkan hanya terbatas antivirus untuk menekan replikasi virus dan yang paling penting untuk penanggulangan HIV/AIDS adalah mencegah penyebaran dan usaha untuk menangani dampak lain dari HIV/AIDS yang kita tahu sangat kompleks.
Lingkungan hidup adalah hal yang tak mungkin terpisahkan dari kehidupan kita. Didasari pada fakta bahwa pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia saat ini mengancam kelestarian lingkungan maka kelestarian lingkungan menjadi target ketujuh dari MDGs. Integrasi prinsip Sustainable Development (Pembangunan berkelanjutan) dalam setiap aktivitas kehidupan manusia menjadi penting terutama pada kebijakan-kebijakan pembangunan dari pemerintah setiap negara . Ketersediaan air bersih menjadi isu utama dalam pencapaian target MDGs bidang lingkungan hidup ini. Di tahun 2000 lebih dari 1,1 milyar penduduk kekurangan akses air yang aman dan bersih. Dan setengah dari pasien rawat inap di rumah sakit diseluruhdunia adalah pasien karena penyakit yang disebarkan lewat air. Bahkan baru-baru ini WHO memberitakan bahwa kematian akibat ketidaktersediaan air bersih melebihi kematian akibat perang.
Kesadaran bahwa target-target tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya kerjasama antar negara di dunia ini, maka hal ini menjadi target terakhir dalam MDGs 2015. Kerjasama dalam peningkatan mutu kesehatan, pelestarian lingkungan, ilmu pengetahuan dan pendidikan, peningkatan kesejahteraan dan semua aspek kehidupan lainnya. Ada kewajiban moral dari negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang untuk bisa mengatasi permasalahannya.
Memang tidak semudah membalik telapak tangan untuk mencapai semua target tersebut. Perlu keseriusan dan komitmen yang tinggi terutama dari para stake holder untuk mewujudkannya. Dan seperti yang dikatakan oleh Kofi Annan, Sekretaris Jenderal PBB di tahun 2000,”These eight commitments...are simple but powerful objectives that every man and woman can easily understand and support. They are also different from other bold pledges that become broken promises over the past 50 years: first, because they have unprecedented political support; second,because they are measurable and time-bound, with mostof this agenda meant to be attained by the year 2015; and third,the most important, because they are achievable”. Ya,target-target tersebut achievable. Think Big, Start Small, and Act Now.(MFK)