WHO sendiri pada tahun 1994 telah memperkenalkan konsep dokter ideal yang dikenal dengan five stars doctor atau dokter berbintang lima. Dalam dunia militer saja, kita ketahui bahwa pangkat tertinggi adalah jenderal berbintang empat. Maka konsep five stars doctor sebenarnya ingin menunjukan bahwa dokter harus memiliki kualifikasi dengan standar tinggi melebihi profesi lain karena tanggung jawabnya yang sangat berat.
Konsep five stars doctor mencakup kriteria dokter sebagai health provider, decision maker, community leader, manager dan communicator. Untuk mewujudkan kriteria-kriteria tersebut, selain diperlukannya kemampuan analitis (hard skill) yang didapat dari ruang kuliah, diperlukan juga kemampuan interaksi sosial (soft skill ), yaitu kemampuan-kemampuan tak terlihat yang juga diperlukan untuk meraih kesuksesan.
Adapun soft skill yang perlu dimiliki mahasiswa kedokteran untuk mencapai hal tersebut , diantaranya ialah komunikasi, karena pada umumnya orang yang kita hadapi tidak mempunyai kemampuan telepati. Jadi, mereka tidak bisa membaca apa yang ada di pikiran kita. Maka diperlukan komunikasi untuk menyampaikan pendapat, juga untuk mengerti apa yang diinginkan oleh orang lain. Komunikasi adalah kebutuhan mutlak dalam setiap sisi kehidupan. Profesi apapun, pasti membutuhkan komunikasi dengan orang lain, terutama dokter. Komunikasi penting untuk memberikan informasi kepada pasien, memberikan instruksi kepada perawat, mengurangi ketidakpuasan & stress pasien, serta memberikan emotional support kepada pasien. Dengan terciptanya komunikasi yang baik, maka akan menguntungkan kedua belah pihak. Kemampuan berkomunikasi yang diperlukan tidak hanya komunikasi verbal saja, melainkan dalam bentuk tertulis juga. Di bangku perkuliahan ada beberapa soal dalam bentuk esai, dan kita dituntut pula untuk menulis tugas akhir. Dalam dunia kerja, resep adalah salah satu bentuk komunikasi tertulis bagi seorang dokter.
Berfikir logis, adalah soft skill lain yang harus dimiliki karena untuk menyelesaikan masalah diperlukan kemampuan logika yang baik. Permasalahan (kasus) yang dihadapi di dunia nyata, berbeda dengan soal perkuliahan. Hal ini bukan berarti perkuliahan bukan bagian dari dunia nyata, namun perlu disadari bahwa soal-soal dalam perkuliahan telah di desain untuk belajar. Bobotnya telah ditentukan dalam kurikulum. Sedangkan permasalahan yang nanti dihadapi di dunia kerja cenderung lebih kompleks dan tidak terduga.
Kemampuan bekerja sama, juga diperlukan. Dalam dunia nyata, kita akan sangat sering dituntut untuk bekerja sama.Kerja sama antara dokter dan perawat, serta petugas kesehatan lain, serta kerja sama dalam sebuah tim operasi contohnya. Bekerja sama dengan orang lain tidaklah sederhana, amat penting bagi kita untuk belajar bersinergi dengan orang lain.
Etika adalah hal lain yang diperlukan. Etika adalah belajar membedakan yang benar dan salah, lalu melakukan apa yang benar. Etika kerja adalah keyakinan, nilai dan prinsip yang akan membimbing individu berinteraksi dalam kaitannya dengan pekerjaan dan tanggung jawab akan suatu tugas, yang akan membimbing bagaimana berprilaku. Di dunia kedokteran sendiri ada yang dinamakan kode etik kedokteran.
Kemampuan organisasi pun perlu dimiliki oleh mahasiswa kedokteran, dimulai dari manajemen waktu (karena terlambat beberapa menit saja, nyawa seseorang sudah tidak dapat diselamatkan) hingga kepemimpinan. Kepemimpinan mampu menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling ketergantungan dengan membangkitkan motivasi dan inspirasi. Kepemimpinan menyelaraskan gerak, agar semua potensi berintegrasi, menyatu menuju satu arah dengan komitmen yang tinggi.
Dunia kedokteran adalah dunia yang berubah dengan cepat, tak jarang seorang dokter dituntut untuk menyelesaikan banyak hal dalam waktu yang sebenarnya nyaris mustahil mencukupi. Oleh karena itu mahasiswa kedokteran dituntut untuk memiliki ketahanan menghadapi tekanan. Ilmu kedokteran yang terus berkembang menuntut seorang dokter untuk melakukan pembelajaran seumur hidupnya. Dalam bidang apapun seseorang berkarir , sedikit banyak akan ada hal yang harus dipelajari. Oleh karena itu kemampuan & kemauan belajar harus dimiliki mahasiswa kedokteran.
Dua komponen penting sebenarnya yang mendasari pencapaian karakter tersebut yang dapat mengarahkan pada nilai profesi, yaitu profesionalisme dan kepemimpinan atau manajerial. Profesionalisme menuntut terpenuhinya pelayanan kedokteran yang sesuai dengan standar operating prosedur atau standar pelayanan medis dan standar etika profesi sedangkan kepemimpinan menuntut kemampuan dokter dalam mempengaruhi klien (individu atau komunitas) dengan komunikasi efektif supaya bisa bekerja sama dalam program promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dengan tercapainya hal diatas, maka diharapkan seorang lulusan fakultas kedokteran memiliki kompetensi mampu berfikir analitis, berkomunikasi tertulis, bekerja dalam tim, berfikir logis, berkomunikasi lisan, bekerja mandiri, serta memiliki ilmu pengetahuan & teknologi. Yang dengan kompetensi yang dimilikinya itu diharapkan seorang dokter selain melakukan intervensi fisik, juga harus berperan dalam intervensi mental dan sosial di tengah masyarakat. Dokter dalam kiprahnya seyogianya menerapkan trias peran dokter: sebagai agent of treatment, agent of change dan agent of development.
Dani Ferdian
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
(sebuah essay untuk seleksi Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa tingkat wilayah Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia Wilayah 2)
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
(sebuah essay untuk seleksi Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa tingkat wilayah Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia Wilayah 2)