Untuk memulai hal baik, selalu banyak godaan dan rintangan. Saar hendak menjadi vegan (sebutan bagi vegetarian), “Banyak tentangan dari orang dekat saya, terutama keluarga,” jelas dr. Sylvia Irawati. Ketakutan keluarga terutama pada masalah kesehatan. Ia bersyukur, banyak juga yang mendukung yakni para vegan.
Perlu motivasi kuat sebelum memutuskan menjadi vegan. Teman kadang iseng menawari daging atau sejenisnya. Jujur, kadang ia ingin juga kembali mencicipi nikmatnya daging pangang. Ketika ingat bahwa menjadi vegan baik untuk kesehatan, ia menguatkan niatnya. “Menjadi vegan adalah investasi. Banyak kaum vegan yang hidup lebih lama dan tetap sehat, produktif, dan tidak membebani keluaga atau orang lain,“ tuturnya.
Menurutnya, semua orang tahu akibat buruk dari makanan non vegan, sayangnya mereka tetap memilih makan itu. Saat awal menjadi seorang vegan, dr. Sylvia tidak langsung meninggalkan semua makanan kesukaan, seperti daging. Ia juga masih mengonsumsi susu dan telur, selama kurang lebih 2 bulan. Akhirnya, atas saran rekan-rekannya ia berhasil meninggalkan konsumsi telur dan susu. “Di badan terasa lebih enak dan lebih vit. Meski kerja seharian, sore hari saya tetap merasa vit,” tambahnya.
Dalam setahun terakhir, meski berdekatan dengan orang-orang yang sedang flu atau sakit, ia tidak sampai tertular. “Kalau untuk kesehatan dan kebugaran, buat saya pribadi, setelah menjadi vegan terasa efek positifnya. Berat badan menjadi lebih ideal. Ini langkah untuk langsing namun tetap sehat lho,” ia tertawa.
Ia tampaknya enjoy menjadi vegan dan berencana meneruskan hingga tua nanti. Dokter cantik ini menyatakan, mereka yang ingin menjadi vegan tidak perlu takut. Banyak makanan vegetarian yang bisa dibuat dan rasanya tidak kalah dengan daging. “Dari gluten (daging palsu) bisa dibuat sate, sop dan beberapa menu lain yang tak kalah enak daridaging asli. Bahkan, saya bilang lebih enak.” (ant)