Sabtu, 30 Oktober 2010
Aku menyebutnya "Jalan Cinta Para Pejuang" part 1
Rabu, 27 Oktober 2010
Contoh Judul Skripsi/KTI Keperawatan
- Relevan, judul/masalah yang dipilih harus relevan/sesuai dengan bidang ilmu.
- Tata Bahasa, penggunaan tata bahasa yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
- Data Cukup, adanya data yang cukup untuk menunjang penelitian, minimal adanya fenomena masalah yang muncul.
- Arti Positif, bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) harus mempunyai keuntungan dan kegunaan bagi pengembangan ilmu.
- Berpikir Ilmiah, artinya bahwa skripsi/KTI merupakan data yang dianalisa lalu dibahas yang kemudian disimpulkan dan harus bisa menerima saran.
- Tata Bahasa Ilmiah, tata bahasa yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
- Rangkaian, merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari pendahuluan sampai dengan saran.
- Suatu judul yang memenuhi syarat adalah yang dapat mengungkapkan masalah dan ruang lingkup penelitian. Susunlah judul tersebut selengkap mungkin, tetapi jangan terlalu panjang. Sering disebutkan bahwa judul penelitian sebaiknya singkat (tidak lebih dari 20 kata), jelas, tepat, tidak berbau atau berkesan promosi maupun propaganda, tidak menonjolkan pribadi, dan tidak menyimpang dari masalah yang diteliti.
- Judul merupakan label, bukan kalimat lengkap yang harus mengandung subjek, predikat, objek pelaku, objek penderita, dan lain sebagainya. Namun demikian bukan bearti urutan kata dapat diabaikan, bahkan harus sangat diperhatikan, oleh karena label (kalimat tak lengkap) dengan urutan kata yang tidak dipertimbangkan dengan hati-hati dapat menimbulkan makna ganda.
- Oleh karena judul harus dapat berdiri sendiri, maka dalam judul tidak diperkenankan penggunaan singkatan, kecuali singkatan yang sudah lazim seperti satuan pengkuran (kg, cm, ml). Misalnya AIDS mungkin dapat ditulis tanpa keterangan.
Senin, 25 Oktober 2010
Keputusan..
Minggu, 24 Oktober 2010
The Milk of Kindness
Paid In Full With One Glass of Milk
One day, a poor boy who was selling goods from door to door to pay his way through school, found he had only one dime left, and he was hungry.
He decided he would ask for a meal at the next house. However, he lost his nerve when a lovely young woman opened the door. Instead of a meal, he asked for a drink of water. She thought he looked hungry so she brought him a large glass of milk. He drank it slowly, and then asked, "How much do I owe you?" "You don't owe me anything," she replied. "Mother has taught us never to accept pay for a kindness." He said... "Then I thank you from my heart."
As this boy, Howard Kelly, left that house, he not only felt stronger physically, but his faith in God and man was stronger also. Until that moment, he had been ready to give up and quit.
Many years later that young woman became critically ill. The local doctors were baffled. They finally sent her to the big city, where they called in specialists to study her rare disease. Howard Kelly, who was now a doctor, was called in for the consultation. When he heard the name of the town she came from, a strange light filled his eyes. Immediately he rose and went down the hall to the hospital room. Dressed in his doctor's gown he went in to see her. He recognized her at once. He went back to the consultation room determined to do his best to save her life. From that day, he gave special attention to the case. After a long struggle, the battle was won.
Dr. Kelly requested the business office to pass the final bill to him for approval. He looked at it, then wrote something on the edge and the bill was sent to her room. She feared to open it, for she was sure it would take the rest of her life to pay for it all. Finally she looked, and something caught her attention on the side of the bill. She read these words... "Paid in full with one glass of milk."
Signed, Dr. Howard Kelly. Tears of joy flooded her eyes as her happy heart prayed: "Thank You, God, that Your love has spread abroad through human hearts and hands."
Dr. Howard Kelly was a distinguished physician who, in 1895, founded the Johns Hopkins Division of Gynecologic Oncology at Johns Hopkins University. According to Dr. Kelly's biographer, Audrey Davis, the doctor was on a walking trip through Northern Pennsylvania one spring day when he stopped by a farm house for a drink of water.
Many thanks to Andrew Harrison, the Processing Archivist and Fine Arts Coordinator for the Johns Hopkins Medical Institutions, for help with this story.
Jumat, 22 Oktober 2010
What The Attributes That I Need To Become A Nurse?
- A strong desire to become a nurse. Nursing is a calling. If it is your heart’s desire to serve your fellow–man when in need, chances are that you will make a success of nursing as a career.
- The ability to work as a member of a healthcare team. You will be working closely with other nursing professionals, doctors, specialists and adjunctive healthcare workers like physiotherapists, dieticians etc.
- The ability to work for long hours continuously. Nurses working in a hospital will need to work in day or night duty shifts-typically for 12 hours continuously. Of course this may vary depending on labor laws and regulations applicable in the specific country, state and/or hospital.
- You need to like working with people. The bottom line is that in the nursing profession everything revolves around people, and as a professional nurse, you will be working with people, be it patients, fellow professionals, student nurses or the public in general.
- Intelligence. Both a high IQ (intelligence quotient) and even more so a high EQ (emotional intelligence) are important prerequisites for pursuing a successful career in nursing.
What Skills Will I Need As A Professional Nurse?
Cognitive skills: These pertain to the knowledge that the nurse has, and its application in carrying out the nursing process and in providing comprehensive care while working with various age groups e.g. infants, children, adolescents, as well as, mature, geriatric, and senescent people.
The component activities of the nursing process (the essence of how a registered nurse delivers care) are:
- Assessment of the patient and identification of his needs,
- Establishment of priorities and planning for the necessary care,
- Implementation of the care plan;
- Recording and
- Evaluation of the intervening measures.
Technical skills: learned through education and practice. E.g. monitoring of vital signs, administration of medicine, provision of fluid, nutrients, hygienic care and comfort, and doing surgical dressings are only a few of the many manual skills performed by the nurse.
Interpersonal skills; the nurse needs to have a good understanding of human behavior, adaptation mechanisms, an individual’s values, belief systems and attitudes, and cultural influences. The nurse-patient relationship is of great importance in all phases of nursing. The relationship that is established influences all the nurse does with and for the patient, and can profoundly affect the quality and effectiveness of the service and the final outcome of the patient’s recovery and rehabilitation.
Hikmah Pagi...
Kamis, 21 Oktober 2010
SMS dari beliau..
Asuhan Keperawatan Katarak
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi.
- Katarak perkembangan (developmental) dan degeneratif,
- Katarak congenital, juvenil, dan senile
- Katarak komplikata
- Katarak traumatic
- Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar
- Sekunder, akibat tindakan Pembedahan lensa
- Komplikasi penyakit lokal ataupun umum
- Katarak congenital, katarak yang terlihat pada usia dibawah 1 tahun
- Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
- Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun
- Katarak senile, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa seperti DM, dan obat tertentu, sinar ultraviolet B dari cahaya matahari, efek racun dari rokok, dan alkoho, gizi kurang vitamin E, dan radang menahan di dalam bola mata. Obat yang dipergunakan untuk penyakit tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason, klorokuin, klorpromazin, kortizon, ergotamin, indometasin, medrison, pilokarpin dan beberapa obat lainnya.
No | Intervensi | Rasional |
---|---|---|
1 | Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman | Informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui. Mekanisme koping dapat membantu pasien berkompromi dengan kegusaran, ketakutan, depresi, tegang, keputusasaan, kemarahan, dan penolakan |
2 | Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru | Pengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan |
3 | Menjelaskan rutinitas perioperatif | Pasien yang telah banyak mendapat informasi lebih mudah menerima penanganan dan mematuhi instruksi |
4 | Menjelaskan intervensi sedetil-detilnya | Pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan indera yang lain untik mendapatkan informasi |
5 | Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu | Perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat |
6 | Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien | Pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan dengan penanganan dari perawatan diri |
7 | Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan (pengunjung, radio, rekaman audio, TV, kerajinan tangan, permainan) | Isolasi sosial dan waktu luang yang terlalu lama dapat menimbulkan perasaan negatif |
No | Intervensi | Rasional |
---|---|---|
1 | Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai, menggunakan teknik bimbingan penglihatan | Menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan |
2 | Bantu pasien menata lingkungan | Memanfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cedera |
3 | Orientasikan pasien pada ruangan | Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan |
4 | Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkan | Tameng logam atau kaca mata melindungi mata terhadap cedera |
5 | Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma | Tekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius lebih lanjut |
6 | Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata | Cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata |
No | Intervensi | Rasional |
---|---|---|
1 | Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep | Sesuai resep akan mengurangi nyeri dan TIO dan meningkatkan rasa nyaman |
2 | Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul | Mengurangi edema akan mengurangi nyeri |
3 | Kurangi tingkat pencayahaan | Tingkat pencahayaan yang lebih rendah lebih nyakan setelah Pembedahan |
4 | Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat | Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator |
Resiko kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan penglihatan
No | Intervensi | Rasional |
---|---|---|
1 | Beri instruksi kepada pasien atau orang terdekat mengenal tanda atau gejala komplikasi yang harus dilaporkan segera kepada dokter | Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut |
2 | Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berati mengenal teknik yang benar memberikan obat | Pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera mata |
3 | Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan | Sumber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendampingan dan teman di rumah |
4 | Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan | Memungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan |
No | Intervensi | Rasional |
---|---|---|
1 | Jaga teknik aseptic ketat, lakukan cuci tangan sesering mungkin | Akan meminimalkan infeksi |
2 | Awasi dan laporkan segera adanya tanda dan gejala komplikasi, misalnya: perdarahan, peningkatan TIO atau infeksi | Penemuan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kehilangan penglihatan permanen |
3 | Jelaskan posisi yang dianjurkan | Peninggian kepala dan menghindari berbaring pada sisi yang di operasi dapat mengurangi edema |
4 | Instruksikan pasien mengenal pembatasan aktivitas tirah baring, dengan keleluasaan ke kamar mandi, peningkatan aktivitas bertahap sesuai toleransi | Pembatasan aktivitas diresepkan untuk mempercepat penyembuhan dan menghindari kerusakan lebih lanjut pada mata yang cedera |
5 | Jelaskan tindakan yang harus dihindari, seperti yang diresepkan batuk, bersin, muntah (minta obat untuk itu) | Dapat mengakibatkan komplikasi seperti prolaps vitreus atau dehisensi luka akibat peningkatan tegangan luka pada jahitan yang sangat halus |
6 | Berikan obat sesuai resep, sesuai teknik yang diresepkan | Obat yang diberikan dengan cara yang tidak sesuai dengan resep dapat mengganggu penyembuhan atau menyebabkan komplikasi |
- Christine Brooker, Buku saku Keperawatan, Edisi 31, 2001, EGC, Jakarta.
- Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
- Luckman and Surensen’s, Medical Surgical Nursing, Pshychologic Approach 4th Editor, 1993 Philadelphia : WB. Sanders Company.
- Lynda Juall Carpenito, diagnosa Keperawatan, Aplikasi Pada Praktik Klinis, 1998, EGC, Jakarta. Robbins, Cotran and Kumar, Dasar Patologi Penyakit, Edisi 5, 1999, EGC, Jakarta.
Rabu, 20 Oktober 2010
Akan membuat blog SATU lagi..
Tugas Kelompok Semester III STIKES Baramuli
Tugas Kelompok Semester V STIKES Baramuli
- Askep Glaukoma dan Tuli Konduktif
- Askep Anosmia dan Katarak
- Askep Astigmatisme dan Keratitis
- Askep Sprain dan Hipema
- Askep Strain dan Tendonitis
- Askep Multiple Fraktur dan Disosmia
Presentasi Minggu kedua Nopember
Senin, 18 Oktober 2010
SERIUS MODE : on
Hari yang aneh...
Tok tok tok...permisi..Bang Mush ada?
(zzzzzz...zzz....ga jelasss)...
Subhanalloh, hari Senin 18 Oktober 2010 menjadi hari yang cukup berkesan buatku.
Asuhan Keperawatan Tonsilitis Kronik
Tonsilektomi adalah suatu tindakan invasif yang dilakukan untuk mengambil tonsil dengan atau tanpa adenoid (Adam Boeis, 1994: 337).
Etiologi
- Streptokokus hemolitikus grup A.
- Pneumokokus.
- Stafilokokus.
- Haemofilus influezae.
- Terjadinya peradangan pada daerah tonsila akibat virus.
- Mengakibatkan terjadinya pembentukan eksudat.
- Terjadi selulitis tonsila dan daerah sekitarnya.
- Pembentukan abses peritonsilar.
- Nekrosis jaringan.
- Sakit tenggorokan dan disfagia.
- Penderita tidak mau makan atau minum.
- Malaise.
- Demam.
- Nafas bau.
- Otitis media merupakan salah satu faktor pencetusnya.
- Tirah baring.
- Pemberian cairan adekuat dan diet ringan.
- Pemberian obat-obat (analgesik dan antibiotik).
- Apabila tidak ada kemajuan maka alternatif tindakan yang dapat di lakukan adalah pembedahan.
- Timbulnya kor pulmonale akibat adanya obstruksi jalan nafas yang kronis.
- Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea pada waktu tidur.
- Hipertrofi yang berlebihan yang mengakibatkan disfagia dan penurunan berat badan sebagai penyertanya.
- Biopsi eksisi yang di curigai sebagai keganasan (limfoma).
- Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada jaringan sekitarnya.
- Serangan tonsilitis yang berulang.
- Hiperplasia tonsil dengan gangguan fungsional (disfagia).
- Hiperplasia dan obstruksi yang menetap selama 6 bulan.
- Tidak memberikan respons terhadap penatalaksanaan dan terapi.
- Demam yang tidak di ketahui penyebabnya.
- Asma.
- Infeksi sistemik atau kronis.
- Sinusitis.
- Riwayat kesehatan yang bergubungan dengan faktor pendukung terjadinya tonsilitis serta bio-psiko-sosio-spiritual.
- Peredaran darah : Palpitasi, sakit kepala pada saat melakukan perubahan posisi, penurunan tekanan darah, bradikardi, tubuh teraba dingin, ekstrimitas tampak pucat.
- Eliminasi : Perubahan pola eliminasi (inkontinensia uri/alvi), distensi abdomen, menghilangnya bising usus.
- Aktivitas/istirahat : Terdapat penurunan aktivitas karena kelemahan tubuh, kehilangan sensasi atau parese/plegia, mudah lelah, sulit dalam beristirahat karena kejang otot atau spasme dan nyeri. Menurunnya tingkat kesadaran, menurunnya kekuatan otot, kelemahan tubuh secara umum.
- Nutrisi dan cairan : Anoreksia, mual muntah akibat peningkatan TIK (tekanan intra kranial), gangguan menelan, dan kehilangan sensasi pada lidah.
- Persarafan : Pusing/syncope, nyeri kepala, menurunnya luas lapang pandang/pandangan kabur, menurunnya sensasi raba terutama pada daerah muka dan ekstrimitas. Status mental koma, kelmahan pada ekstrimitas, paralise otot wajah, afasia, pupil dilatasi, penurunan pendengaran.
- Kenyamanan : Ekspresi wajah yang tegang, nyeri kepala, gelisah.
- Pernafasan : Nafas yang memendek, ketidakmampuan dalam bernafas, apnea, timbulnya periode apnea dalam pola nafas.
- Keamanan Fluktuasi dari suhu dalam ruangan.
- Psikologis : Denial, tidak percaya, kesedihan yang mendalam, takut, cemas.
- Bebaskan jalan nafas secara paten (pertahankan posisi kepala dalam keadaan sejajar dengan tulang belakang/sesuai indikasi).
- Lakukan suction jika di perlukan.
- Kaji fungsi sistem pernafasan.
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan batuk/usaha mengeluarkan sekret.
- Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
- Observasi tanda-tanda adanya ditress pernafasan (kulit menjadi pucat/cyanosis).Kolaborasi dengan terapist dalam pemberian fisoterapi.
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
- Ajarkan pada pasien tentang rentang gerak yang masih dapat di lakukan.
- Lakukan latihan secara aktif dan pasif pada akstrimitas untuk mencegah kekakuan otot dan atrofi.
- Anjurkan pasien untuk mengambil posisi yang lurus.
- Bantu pasien secara bertahap dalam melakukan ROM sesuai kemampuan.
- Kolaborasi dalam pemberian antispamodic atau relaxant jika di perlukan.Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
- Kaji status neurologis dan catat perubahannya.
- Berikan pasien posisi terlentang.
- Kolaborasi dalam pemberian O2.
- Observasi tingkat kesadaran, tanda vital.
- Kaji tingkat atau derajat nyeri yang di rasakan oleh pasien dengan menggunakan skala.
- Bantu pasien dalam mencarai faktor presipitasi dari nyeri yang di rasakan.
- Ciptakan lingkungan yang tenang.
- Ajarkan dan demontrasikan ke pasien tentang beberapa cara dalam melakukan tehnik relaksasi.Kolaborasi dalam pemberian sesuai indikasi.
- Lakukan komunkasi dengan pasien (sering tetapi pendek serta mudah di pahami).
- Ciptakan suatu suasana penerimaan terhadap perubahan yang dialami pasien.
- Ajarkan pada pasien untuk memperbaiki tehnik berkomunikasi.
- Pergunakan tehnik komunikasi non verbal.
- Kolaborasi dalam pelaksanaan terapi wicara.Observasi kemampuan pasien dalam melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal.
- Kaji pasien terhadap derajat perubahan konsep diri.
- Dampingi dan dengarkan keluhan pasien.
- Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.
- Kaji kemampuan pasien dalam beristirahat (tidur).
- Observasi kemampuan pasien dalam menerima keadaanya.
- Kaji pola eliminasi pasien sebelum dan saat di lakukan pengkajian.
- Auskultasi bising usus dan distensi abdomen.
- Pertahankan porsi minum 2-3 liter perhari (sesuai indikasi).
- Kaji/palpasi distensi dari bladder.
- Lakukan bladder training sesuai indikasi.
- Bantu/lakukan pengeluaran feces secara manual.
- Kolaborasi dalam(pemberian gliserin, pemasangan dower katheter dan pemberian obat sesuai indikasi).
- Kaji keadaan kulit dan lokasi yang biasanya terjadi luka atau lecet.
- Anjurkan pada keluarga agar menjaga keadan kulit tetap kering dan bersih.
- Ganti posisi tiap 2 jam sekali.
- Rapikan alas tidur agar tidak terlipat.
- Identifikasi faktor yang dapat menimbulkan ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
- Diskusikan dengan pasien cara-cara untuk mengatasi faktor penghambat tersebut.
- Jelaskan pada pasien akibat dari ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
- Libatkan keluarga dalam penyuluhan.
- Anjurkan pada pasien untuk melakukan kontrol secara teratur.
- Boeis, Adam, 1994, Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC.
- Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Contoh Permohonan (SIPP)
- Nama Lengkap:SANCO IRIANTO A, S. Kep. Ns
- Alamat:Komp. Puskesmas Wosi Manokwari
- Tempat, tanggal lahir:Jayapura, 5 Juli 1975
- Jenis kelamin:Laki-laki
- Tahun Lulusan:2008
- Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir;
- Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;
- Surat pernyataan memiliki tempat praktik;
- Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 X 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar; dan
- Rekomendasi dari organisasi profesi.
no title..
Stay strong, stay strong, and stay strong
You are truly different with someone who i know several months ago..better,better and better..
never have any titled for this untitled writing
Minggu, 17 Oktober 2010
Pelatihan Rekam Medis
tempat Wisma Handayani, Komplek DITJEN DIKDASMEN
Jl.RS.Fatmawati, Cipete,
waktu dan jadwal 31 Oktober - 04 November 2010
silahkan download brosur1,brosur2 dan undangannya
Dunnowhattodo
Jumat, 15 Oktober 2010
EPISTAKSIS (Hidung Berdarah)
Epistaksis |
Sering ditemukan sehari-hari, hampir sebagian besar dapat berhenti sendiri. Harus diingat epitaksis bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu kelainan.
Ada dua tipe pendarahan pada hidung:
- Tipe anterior (bagian depan). Merupakan tipe yang biasa terjadi.
- Tipe posterior (bagian belakang).
Etiologi
Sistemik
Trauma, Perdarahan hidung dapat terjadi setelah trauma ringan, misalnya mengeluarkan ingus secara tiba-tiba dan kuat, mengorek hidung, dan trauma yang hebat seperti terpukul, jatuh atau kecelakaan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh iritasi gas yang merangsang, benda asing di hidung dan trauma pada pembedahan.
Infeksi, Infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rhinitis atau sinusitis juga dapat menyebabkan perdarahan hidung.
Neoplasma, Hemangioma dan karsinoma adalah yang paling sering menimbulkan gejala epitaksis.
Kongenital, Penyakit turunan yang dapat menyebabkan epitaksis adalah telengiaktasis hemoragik herediter.
Penyakit kardiovaskular, Hipertensi dan kelainan pada pembuluh darah di hidung seperti arteriosklerosis, sirosis, sifilis dan penyakit gula dapat menyebabkan terjadinya epitaksis karena pecahnya pembuluh darah.
Kelainan Darah
Trombositopenia, hemophilia, dan leukemia
Infeksi sistemik
Demam berdarah, Demam tifoid, influenza dan sakit morbili
Perubahan tekanan atmosfer
Caisson disease (pada penyelam)
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Epitaksis berat, walaupun jarang merupakan kegawatdaruratan yang dapat mengancam keselamatan jiwa pasien, bahkan dapat berakibat fatal jika tidak cepat ditolong. Sumber perdarahan dapat berasal dari depan hidung maupun belakang hidung. Epitaksis anterior (depan) dapat berasal dari pleksus kiesselbach atau dari a. etmoid anterior. Pleksus kieselbach ini sering menjadi sumber epitaksis terutama pada anak-anak dan biasanya dapat sembuh sendiri.
Epitaksis posterior (belakang) dapat berasal dari a. sfenopalatina dan a. etmoid posterior. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit jantung. Pemeriksaan yang diperlukan adalah darah Lengkap dan fungsi hemostasis.
Epidemiologi
Kematian akibat pendarahan hidung adalah sesuatu yang jarang. Namun, jika disebabkan kerusakan pada arteri maksillaris dapat mengakibatkan pendarahan hebat melalui hidung dan sulit untuk disembuhkan. Tindakan pemberian tekanan, vasokonstriktor kurang efektif. Dimungkinkan penyembuhan struktur arteri maksillaris (yang dapat merusak saraf wajah) adalah solusi satu-satunya.
- Sinusitis
- Septal hematom (bekuan darah pada sekat hidung)
- Deformitas (kelainan bentuk) hidung
- Aspirasi (masuknya cairan ke saluran napas bawah)
- Kerusakan jaringan hidung infeksi
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epitaksis adalah:
Menghentikan perdarahan
Menghentikan perdarahan secara aktif dengan menggunakan kaustik atau tampon jauh lebih efektif daripada dengan pemberian obat-obat hemostatik dan menunggu darah berhenti dengan sendirinya. Jika pasien datang dengan perdarahan maka pasien sebaiknya diperiksa dalam keadaan duduk, jika terlalu lemah pasien dibaringkan dengan meletakan bantal di belakang punggung pasien. Sumber perdarahan dicari dengan bantuan alat penghisap untuk membersihkan hidung dari bekuan darah, kemudian dengan menggunakan tampon kapas yang dibasahi dengan adrenalin 1/10000 atau lidokain 2 % dimasukan ke dalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan atau mengurangi nyeri, dapat dibiarkan selama 3-5 menit.
Perdarahan Posterior
Perdarahan biasanya lebih hebat dan lebih sukar dicari, dapat dilihat dengan menggunakan pemeriksaan rhinoskopi posterior. Untuk mengurangi perdarahan dapat digunakan tampon Beelloqk.
Tampon Beelloqk |
- Risiko kekurangan volume cairan,
- Nyeri,
- Risiko infeksi.
- Awasi tanda-tanda vital
- Awasi masukan/haluaran, hitung kehilangan cairan akibat perdarahan
- Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membrane mukosa mulut
- Kaji keluhan nyeri
- Awasi tanda-tanda vital
- Berikan posisi yang nyaman
- Dorong penggunaan manajemen nyeri
- Kurangi prosedur tindakan invasive
- Awasi tanda-tanda vital Kurangi pengunjung