Aspek penting lain dalam perkembangan anak usia toddler yang harus mendapat perhatian orang tua adalah “ Toileting “ , Wong (2000) mengemukakan bahwa biasanya sejalan dengan kemampuan anak mampu berjalan, kedua sfingter semakin mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan defekasi. Walaupun demikian, dari satu anak ke anak lain berbeda kemampuan dalam pencapaian tersebut, tergantung beberapa faktor baik fisik maupun psikologis.
Pelajaran menggunakan kamar kecil adalah suatu peristiwa besar didalam kehidupan seorang anak, kebanyakan anak siap belajar bagaimana cara menggunakan pot dan akan bangga dengan kemampuan mereka. Pelatihan kamar kecil paling mudah ketika anak secara fisik dan secara emosional sudah siap, yang mana terjadi antara umur 2-3 tahun.
Anak perempuan pada umumnya secara fisik mempunyai keuntungan lebih mampu mengontrol otot sfingter ani dan sfingter uretra dibandingkan anak laki-laki. Kebanyakan anak perempuan dapat menggunakan pot umur 2-2 tahun 6 bulan dan kebanyakan anak laki-laki sekitar 3 tahun. Rahasia kesuksesan adalah memilih waktu yang tepat dan memerlukan kesabaran, kesiapan emosional juga penting. Banyak anak normal, sehat dan cerdas umur 3 tahun tidak tertarik akan pelajaran untuk menggunakan kamar kecil.
Kemampuan sfingter untuk mengotrol rasa ingin defekasi biasanya lebih dahulu tercapai dibandingkan kemampuan sfingter uretra dalam mengontrol rasa ingin berkemih. Sensasi untuk defekasi lebih besar dirasakan oleh anak, dan kemampuan untuk mengkomunikasikannya lebih dahulu dicapai. Hasil riset menunjukkan rata-rata anak mulai dapat mengontrol pola defekasi dan berkemih antara umur 18 bulan-36 bulan.
Kebanyakan latihan diberikan selama empat sampai enam minggu, tapi kadang-kadang latihan ini membutuhkan waktu yang lama. Latihan ini tidak diperlukan untuk anak yang membutuhkan bantuan sampai usia 4-5 tahun.
Kebanyakan anak kecil yang baru belajar jalan dalam belajar toilet training tidak semudah saat mereka belajar berbicara, memanjat, melompat maupun berlari tetapi hal ini membutuhkan suatu kesiapan yang diperlihatkan oleh anak.
- Telah belajar berjalan dan berlari
- Dapat duduk dan bermain dengan tenang sekitar 5 menit.
- Dapat memakai dan menanggalkan pakaiannya sendiri.
- Dapat meniru perilaku orang di sekelilingnya.
- Dapat mengerti dan mengikuti perintah sederhana.
- Pola eliminasi teratur setiap hari
- Tidak dalam periode negativisme.
- Memenuhi kebutuhan eliminasi.
- Dapat mengatakan dan mengenali tanda-tanda defekasi dan berkemih.
- Anak menyadari bahwa dirinya dalam keadaan defekasi atau
- Tidak sabar dengan popok basah.
- Mampu untuk miksi dalam satu waktu dengan jumlah yang banyak.
Menurut Wong (2000), tanda-tanda kesiapan anak mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan defekasi dibagi menjadi empat aspek yaitu:
- Usia telah mencapai 18 bulan sampai 24 bulan
- Dapat duduk atau jongkok kurang lebih 2 jam
- Ada gerakan usus yang regular/teratur.
- Kemampuan motorik kasar (seperti duduk, berjalan).
- Kemampuan motorik halus (seperti membuka baju).
Kesiapan Mental;
- Mengenal rasa yang datang tiba-tiba untuk berkemih dan defekasi.
- Komunikasi secara verbal dan nonverbal jika merasa ingin berkemih dan defekasi
- Keterampilan kognitif untuk mengikuti perintah dan meniru perilaku orang lain.
- Dapat duduk atau jongkok ditoilet selama 5 – 10 menit tanpa berdiri lebih dulu.
- Mempunyai rasa penasaran atau rasa ingin tahu terhadap kebiasaan orang dewasa dalam buang air.
- Merasa tidak betah dengan kondisi basah dan adanya benda padat di celana dan ingin diganti segera.
- Menunjukkan sikap yang ingin menyenangkan orang tua.
- Mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih dan defekasi.
- Ada keinginan untuk meluangkan waktu yang diperlukan untuk melatih berkemih dan defekasi pada anak.
- Tidak mengalami konflik atau stress keluarga yang berarti (perceraian)