Dyshidrotic eczema merupakan varian dari dermatitis yang ditandai oleh adanya vesikel dan bula pada telapak tangan, telapak kaki dan pada permukaan lateral jari tangan yang bersifat rekuren, akut dan kronis (Steigleder dan Maibach, 1995).
Secara internasional insidensi dyshidrotic ezcema di Amerika Serikat terjadi sebanyak 5 – 20 % pasien dengan keluhan eksema pada tangan, biasanya terjadi dalam iklim panas, selama musim semi dan musim panas (Burdick, 2004).
Dyshidrotic eczema semula diduga sebagai tanda gangguan pengeluaran keringat, namun sekarang beberapa penyebab telah ditemukan yaitu antara lain dermatitis kontak (nikel pada wanita), reaksi id yang menyebar akibat infeksi jamur atau bakteri, erupsi akibat obat, dermatofitid dan penyebab lain yang tidak diketahui (Steigleder dan Maibach, 1995). Bisa juga karena stres emosi, makanan atau obat-obatan. Banyak menyerang pada orang dewasa dengan frekuensi yang sama antara wanita dan pria (Siregar, 1996).
II.1 Definisi
Dyshidrotic eczema adalah suatu eksema endogen yang ditandai dengan adanya erupsi vesikula menonjol di telapak tangan atau telapak kaki (Harahap, 2000).
Menurut Siregar (1996), dyshidrotic eczema merupakan suatu kondisi dimana timbul vesikel-vesikel pada tangan dan/atau kaki yang bersifat rekuren, akut dan kronis.
II.2 Sinonim
Menurut Burdick (2004), penyakit ini mempunyai sinonim, antara lain pompholyx, vesicular palmoplantar eczema dan dermatitis dishidrotik.
II.3 Insidensi
Secara internasional insidensi dyshidrotic eczema di Amerika Serikat terjadi sebanyak 5 – 20 % pasien dengan keluhan gatal pada tangan, biasanya terjadi di dalam iklim panas, selama musim semi dan musim panas. Dyshidrotic eczema bisa menjadi berat, tergantung tingkat keparahan dan waktu menemukan penyakit ini (Burdick, 2004).
Banyak dijumpai pada dewasa muda, usia antara 4 - 76 tahun dengan rata-rata 38 tahun, dimana setelah usia pertengahan frekuensi ini akan menurun. Sedangkan rasio laki-laki dan perempuan 1 : 1 (Harahap, 2000).
II.4 Etiologi
Menurut Harahap (2000), karena lokalisasinya di tempat yang banyak berkeringat (hiperhidrosis), diduga keringat sebagai penyebabnya (dishidrotik). Penderita juga mempunyai riwayat kecenderungan atopy (eksema, asma, hay fever dan rinitis alergika).
Penyebab dyshidrotic eczema belum diketahui dengan pasti. Dyshidrotic eczema sering timbul bersamaan dengan penyakit kulit lain misalnya dermatitis atopik, dermatitis kontak, alergi terhadap bahan metal, infeksi dermatofita, infeksi bakteri, lingkungan dan stres. Menurut Burdick (2004), ada beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan dyshidrotic eczema dan pompholyx, yaitu :
· Faktor genetik : Kembar monozigot dapat secara serentak dipengaruhi oleh dyshidrotic eczema.
· Atopy : Sebanyak 50% pasien dengan dyshidrotic eczema dilaporkan baik secara personal maupun keluarga mempunyai atopy diatesis (eksema, asma, hay fever, rinitis alergika)
- Serum IgE akan meningkat, sekalipun pasien dan keluarga tidak mempunyai riwayat atopy.
- Dyshidrotic eczema bisa merupakan manifestasi awal dari diatesis atopy.
· Sensitif terhadap nikel : Ini mungkin faktor yang signifikan dalam dyshidrotic eczema namun mempunyai jumlah yang rendah, sedangkan dalam beberapa studi lain dilaporkan adanya peningkatan terhadap sensitifitas terhadap nikel.
· Diet rendah nikel : Hal ini dilaporkan dapat menurunkan frekuensi dan keparahan dari dyshidrotic eczema.
· Reaksi id : Timbulnya dyshidrotic eczema tidak selalu berhubungan dengan paparan bahan kimia yang peka atau metal (misalnya kromium, kobalt, karbomix, fragande mix, diaminodiphenylmethana, parfum, fragrances dan balsem dari Peru).
· Infeksi jamur.
· Stres emosi : Merupakan faktor yang paling memungkinkan menyebabkan dyshidrotic eczema. Banyak pasien melaporkan adanya pompholyx berulang selama periode stres. Perbaikan dyshidrotic eczema menggunakan biofeedback untuk mengurangi stres.
· Faktor lain : Faktor yang dilaporkan bisa menyebabkan dyshidrotic eczema antara lain rokok, kontrasepsi oral, aspirin dan implan metal.
II.5 Patofisiologi
Menurut Burdick (2004), ada beberapa hipotesa mengenai patofisiologi dari dyshidrotic eczema. Hipotesa awal berupa disfungsi kelenjar dimana saluran kelenjar keringat tidak ada hubungannya dengan lesi vesikel. Pasien biasanya tidak mempunyai keluhan hiperhidrosis.
Dyshidrosis eczema mungkin berhubungan dengan atopy. Sebanyak lima puluh persen penderita mempunyai riwayat dermatitis atopik.
Faktor eksogen misalnya dermatitis kontak terhadap nikel, balsem, kobalt, sensitif terhadap bahan metal, infeksi dermatofita dan infeksi bakteri bisa sebagai salah satu pemicu terjadinya dyshidrotic eczema.
Antigen-antigen lain mungkin bereaksi seperti hapten dengan daya spesifik palmoplantar protein dari stratum lusidum dalam epidermis.
Stres emosional dan faktor lingkungan meliputi perubahan iklim, suhu yang panas atau dingin dan kelembaban dapat memudahkan terjadinya penyebaran dari dyshidrotic eczema.
Pasien mengeluh gatal pada tangan dan basah serta adanya bula yang tiba-tiba muncul. Keluhan rasa panas dan gatal mungkin akan dialami setelah bula muncul. Keadaan tersebut bisa berubah dari sekali sebulan menjadi sekali setahun.
II.6 Gejala Klinik
Pada stadium akut dijumpai banyak vesikula, yang berisi cairan, terasa sangat gatal dan munculnya tiba-tiba. Vesikula tersebut kadang-kadang dapat berkelompok dan kemudian membentuk bula yang besar. Pada stadium subakut atau kronis, kulit kering dan berskuama. Pada 80% penderita, mengenai telapak tangan, bagian lateral jari-jari dan hanya 12% yang mengenai telapak kaki. Erupsinya simetris, dan sering rekuren (Harahap, 2000). Kadang-kadang terdapat pustula dan bula yang kemudian lebih sering sembuh dengan mengering daripada memecah (Siregar, 1996).
Umumnya bisa menjadi infeksi sekunder dan sesudah itu kulit menjadi kering atau terpecah-pecah dan deskuamasi (Wilkinson dkk, 1994). Sering didapatkan pada orang-orang yang banyak berkeringat pada tangan dan kaki (Siregar, 1996).
II. 7 Laboratorium
Menurut Burdick (2004), diagnosis dyshidrotic eczema biasanya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis semata dan mudah untuk didiagnosis karena cenderung tidak menyerupai keadaan lainnya. Pemeriksaan kultur bakteri dan sensitifitas dilakukan jika curiga adanya infeksi sekunder. Sedangkan tes darah biasanya tidak diusulkan, tapi biasanya IgE-nya meningkat. Dapat juga dilakukan uji tempel (Patch Test) bila dicurigai adanya dermatitis kontak alergi.
II.8 Histopatologi
Tidak tampak perubahan pada kelenjar keringat. Pada epidermis ditemukan vesikel-vesikel dan tidak terlihat adanya tanda-tanda radang (Siregar, 1996). Secara histologik dijumpai adanya vesikula yang penuh berisi cairan di epidermis (Harahap, 2000).
II.9 Diagnosis Banding
Diagnosis bandingnya adalah dermatifitid yaitu dermatitis sekunder yang terjadi karena adanya infeksi jamur. Dermatitis kontak iritan dapat menjadi faktor pencetus terjadinya dyshidrotic eczema ini. Dermatitis kontak iritan pada tangan biasanya mengenai dorsum manus dan sela-sela jari. Pada dyshidrotic eczema, lokalisasi terutama di telapak tangan dan pinggir lateral jari-jari (Harahap, 2000).
Vesikel dari dyshidrotic eczema dapat dirancukan dengan psoriasis pustulosa. Namun demikian, psoriasis pustulosa biasanya melibatkan ujung-ujung jari dan kuku yaitu adanya alur-alur ataupun onikolisis selain juga dapat ditemukan lesi-lesi pada tempat lain. Lesi pada psoriasis jelas batasnya dan tidak gatal (Siregar, 1996)
II. 10 Penatalaksanaan
Menurut Harahap (2000), pengobatan dari dyshidrotic eczema meliputi :
· Astringent untuk mengeringkan kulit.
· Emolien pada lesi kulit yang kering.
· Steroid topikal.
· Kortikosteroid sistemik hanya perlu pada kasus yang berat.
Menurut Siregar (1996), dyshidrotic eczema dapat disembuhkan dengan :
· Krim kortikosteroid
· Asam salisilat 5% dalam alkohol
· Krim vioform 3% memberi hasil yang baik
· Bila madidans : kompres dengan KMnO4 1 : 5000
· Pada kasus-kasus yang berat diberikan kortikosteroid sistemik seperti : prednison, prednisolon atau tiamsinolon
II. 11 Prognosis
Baik, tergantung dari pengobatan
II.12 Komplikasi
Menurut Burdick (2004), komplikasi dari dyshidrotic eczema :
· Infeksi bakteri sekunder dari vesikel atau bula bisa menyebabkan selulitis, limfadenitis dan septikemia.
· Perubahan susunan dan bentuk kuku tampak gambaran seperti garis melintang, menebal, perubahan warna dan kuku yang berlubang.
II.13 Edukasi
· Menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan, misal nikel.
· Menggunakan pelembab secara rutin
· Membersihkan tangan secara rutin untuk memnghindari bahan iritan.
DAFTAR PUSTAKA
Burdick, A.E. 2004, Dyshidrotic Eczema, Department of Dermatology, University of Miami School of Medicine, http ://www.eMedicine.com : 1-19.
Harahap, H. 2000, Ilmu Penyakit Kulit, Hipokrates, Jakarta : 21
Siregar, R.S. 1996, Atlas Berwarna SARIPATI PENYAKIT KULIT, EGC, Jakarta : 142-143
Steigleder, G.K. dan Maibach, H.I. 1995, Atlas Saku PENYAKIT KULIT, Binarupa aksara, Jakarta : 116-117.
Wilkinson, J.D., Shaw, S. dan Fenton, D.A. 1994, Atlas Bantu DERMATOLOGI, Hipokrates, Jakarta : 117