Haid ialah perdarahan secara periodic dan siklik dari uterus. Disertai pelepasan atau deskuamasi endometrium. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal / dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasi cukup luas, bukan saja antara berapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Panjang siklus haid dipengaruhi oleh usia seseorang. Menurut penelitian para ahli rata – rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita usia 55 tahun 51,9 tahun, jadi, sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai, dari pengamatan haid hart man pada kera ternyata bahwa hanya 20% saja panjang siklus haid 28 hari. Panjang siklus yang biasa pada manusia adalah 25 sampai 32 hari, dan kira – kira 97% wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18 – 42 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulatoar)
PENGERTIAN
Secara umum kelainan haid berupa kelainan siklus atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya perdarahan. Adapun fisiologi menstruasi adalah adanya hubungan timbal balik hipotalamus hipofise ovarium. Mens/ovulasi yang teratur, merupakan hasil kerjasama yang kompleks antara hipotalamus hipofise ovarium. hipotalamus mengeluarkan Gn RH (Gonadotropin Releasing Hormon), yang masuk keperedaran darah portal dan sampailah ke Hipofise (anterior) Gn RH yang dikeluarkan secara pulsasi ini merangsang hipofise untuk memproduksi dan mengeluarkan gonadotropin (FSH dan LH) Secara pulsasi pula. Kemudian gonadotropin ini merangsang folikel (ovarium) untuk tumbuh dan berakhir. Dengan ovulasi terdapat hubungan timbal balik antara hormon gonadotropin ini dengan seks steroid yang dihasilkan ovarium.
Hubungan timbal balik sentral mempunyai pola yang baku, untuk menghasilkan ovulasi yang teratur. Hubungan timbal balik yang kacau tidak akan menghasilkan ovulasi, meskipun sentral menghasilkan gunadotropin dan ovarium menghasilkan seks steroid. Hubungan timbal balik ini lebih mudah dipahami dengan mengikuti fluktuasi naik turunnya kadar hormon estrogen. Karena pada umumnya para sarjana berpendapat bahwa kapan terjadi ovulasi banyak ditentukan oleh ovarium itu sendiri. Estrogen merupakan salah satu hormon seks steroid yang dihasilkan oleh ovarium yang sangat berperan pada kelangsungan hubungan timbal balik, secara normal pada saat menstruasi kadar hormon estrogen dan progesterone didalam darah sangat turun dan endometrium juga tipis hanya terdiri dari stratum basalis saja. Kadar estrogen yang turun ini merangsang produksi gonadotropin (FSH dan LH) sehingga kadar FSH dan LH diperedaran darah meningkat perlahan ,hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan folikel di ovarium, pertumbuhan folikell ini menyebabkan kadar estrogen secara perlahan juga naik .Folikel yang paling “siap” akan tumbuh paling cepat ,dan pada hari ke-5sampai 7 terbentuklah satu folikel dominan, yang nanti akan mengalami ovulasi sedangkan folikel yang kurang siap akan atresia, karena kadar hormon FSH mulai menurun akibat hubungan timbal balik (-) estrogen yang kadarnya terus meningkat penurunan kadar FSH ini tidak diikuti kadar LH, karena dampak hubungan timbal balik (-) estrogen ini hanya untuk FSH, tidak untuk LH. Meskipun kadar FSH terus menurun, tetapi folikel dominan akan tumbuh terus.
Pertumbuhan folikel ini tentunya akan menyebabkan kadar estrogen juga terus meningkat. Setelah mencapai kadar yang cukup tinggi (200 Pg/ml yang bertahan minimal selama 50 jam) estrogen ini akan menimbulkan rangsangan (+), sehingga terjadi loncatan LH (LH surge), yang akan diikuti oleh sedikit kenaikan progesterone dan loncatan FSH. Loncatan LH, FSH dan sedikit kenaikan kadar progesterone akan menyebabkan “pecahnya” folikel dominan (ovulasi). Setelah ovulasi kadar progesteron meningkat tajam yang diikuti penurunan kadar FSH dan LH dan mulailah fase luteal kadar estrogen yang tadinya ikut turun sesaat sebelum ovulasi, tanpa diketahui sebabnya meningkat kembali. Pada fase luteal. Kenaikan kadar progresteron dan estrogen ini mencapai puncaknya pada hari ke-21 dan kemudian menurun perlahan sampai datangnya menstruasi siklus berikutnya.
III. ETIOLOGI.
III.1. Hyperaktivitas otot uterus
Bila endometrium mengalami kerusakan pada saat haid, prostaglandin diproduksi dari asam arakidonat melalui aksi dari enzim PG sintetase. peningkatan kontraksi miometrium bersama dengan aliran darah uterus menyebabkan iskemia. Nyeri berasal dari aktivitas uterus yang abnormal, iskemia uterus, dan sensitisasi ujung – ujung saraf oleh PG dan lanjutan – lanjutannya.
III.2. Faktor psiko genik.
Stres emosional mempengaruhi hormon reproduksi
III.3. Anomali uterus kongenital
Suatu kantong buntu dari uterus dapat dibatasi dengan endometrium, yang melingkar dan tahan. Karena tidak ada jalan keluar, cairan haid menyebabkan kavum uteri membengkak, menciptakan nyeri yang hebat. Pada pemeriksaan pelvis uterus terasa iriguler. Kadang – kadang sebuah lekukan dapat dilihat pada vagina dimana servik yang tidak sempurna berakhir. Nyeri cenderung bersifat kolik, dimulai dekat minarke dan timbul kearah akhir dari pada saat mulainnya keluar darah.
III.4. Leiomioma Submukosa
Haid yang banyak dan nyeri dapat disebabkan oleh kontraksi – kontraksi uterus sebagai usaha untuk mengeluarkan Leiomioma Submukosa.
III.5. Polip Intrauterin atau Intraservikal
Uterus dapat mengadakan resapon terhadap polip karena merupakan suatu benda asing dan berkontraksi dengan kuat sebagai usaha untuk mengeluarkan polip
III.6. Endometriosis.
III.7. Adenomiosis
III.8. Infeksi Pelvis Akut dan Kronik
III.9. Alat kontra sepsi dalam rahim.
III.10. Mioma uteri
III.11. Gangguan Endokrin
III.12. Gangguan hormonal
III.13. Kelainan Kongingital, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, gangguan gizi
IV. DIAGNOSIS
Penentuan diagnosis berdasarkan etiologinya diantaranya Smears (Sekromatin), pemeriksaan rontgen (selia tursica), EEG, BMR, pemeriksaan hymen, sitologi
V. MACAM-MACAM KELAINAN HAID
- Amenorrhoe
- Pseudoamenorrhoe
- Menstruatio praecox
- Hypomenorrhoe
- Olygomenorrhoe
- Hypermenorrhoe (menor ragia)
- Poly menorrhoe
- Metrorrhagie
- Dysmenorrhoe
Mengingat pentingnya untuk diketahuinya macam-macam kelainan haid, dalam diagnosis dan penatalaksanaan, maka akan didiskripsikan sebagai berikut:
II.1. Amernorrhoe
Amenorrhoe bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala, Amenorrhoe tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih.
II.1.1. Data subyektif
a. Wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah haid yang dinamakan amenorrhoe primer.
b. Wanita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi yang dinamakan amenorrhoe sekunder.
II.1.2. Data obyektif.
a. Pemeriksaan umum
° keadaan tubuh penderita
° apakah cirri-ciri kelamin sekunder bertumbuh dengan baik atau tidak.
° Apakah ada hirsutisme
b. Pemeriksaan ginekologik
° dapat mengetahui adanya berbagai jenis ginatresi
° adanya aplasia vaginae, keadaan klitoris, aplasia uteri.
° Adanya tumor, ovarium..
II.1.3. Klasifikasi amenorrhoe patologik.
a. gangguan organic pusat: tumor, radang, destruksi.
b. gangguan kejiwaan syok emosional, psikotis, anoreksia nervasa, pseudosiesis.
c. gangguan poros hipotalamos, hipofisis:
d. sindrom amenorea-galaktorea.
e. Amenorea hipotalamik.
f. gangguan hipofisis
g. ganguan hipofisis.
H. kelainan gonad.
° kelainan congenital (disgenesis ovarium/sindrom turner, syndrom testicular feminization)
° menapause premature.
° The insensitive ovary.
° Penghentian fungsi ovarium karena operasi, radiasi, radang, dsb.
° Tumor sel granulose, sel teka, sel hilus, adrenal, avenolblastoma.
I. gangguan glandula supravenalis.
° sindrom adrenogenital.
° Sindrom cushing.
° Sindrom Addison.
J. gangguan uterus, vagina.
° Aplasia dan hipoplasia uteri.
° Aplasia vaginae.
° Endometritis tuberkulosa.
° Histerektomi.
° Sindrom asherman.
K. gangguan glandula tiroidea.
Hipotireodi, hipertireoidi, kretinisme.
L. gangguan pancreas (diabetes mellitus)
M. penyakit-penyakit umum.
° penyakit umum.
° Gangguan gizi.
° Obesitas.
II.1.4. Pemeriksaan penunjang.
a. PMX foto roentgen.
b. PMX sitologi vagina.
c. Test toleransi glukosa.
d. PMX mata.
e. Kerokan uterus.
f. PMX metabolisme basal
G. PMX yang memerlukan fasilitas khusus
° laparoskopi.
° PMX kromatin sex.
° Pembuatan kariogram.
° PMX kadar hormon.
II.1.5. Terapi
Terapi diberikan menurut etiologi. Secara umum dapat disebut: A. hormon-hormon untuk merangsang hypothalamus.
° clomiphen: merangsang hypothalamus.
° Gonadotropin sebagai substitusi terapi.
° Mengadakan rebound phenomen dengan hormon progestin, oral pills.
b. Iradiasi dari ovarium .
c. Thyroid : kalau ada hypofungsi glANDULA thyreoidea.
d. Kesehatan umum harus diperbaiki.
II.2. Pseudoamenorrhoe (kryptomenorrhoe).
Pada keadaan ini haid ada, tetapi darah haid tidak keluar karena tertutupnya cervix, vagina atau hymen.
II.2.1. Data subyektif : Nyeri yang siklus kurang lebih 5 hari tanpa pendarahan.
II.2.2. Data obyektif.
° pada pmx terlihat hymen tidak berlubang atau hymen yang menonjol yang berwarna kebiru-biruan karena darah yang berkumpul dibelakangnya.
° Kadang-kadang pada pmx ditemukan retensio urinae .
° Ditemukan darah yang mengisi vagina (haemato dan kolpos).
° Ditemukan acquisita.
II.2.3. Terapi : Pada atresia hymenalis dilakukan insisi dan eksisi sebagian hymen.
II.3. Menstruatio Precox.
Pendarahan pervaginaan pada anak muda belum tentu menstruasi, karena dapat disebabkan oleh Sarcona dari uterus atau vagina.
II.3.1. Data subyektif.
a. pendarahan pada anak muda kurang dari 8 sampai 10 hari.
b. timbul tanda-tanda sekunder pada anak muda sebelum waktunya.
II.3.2. Data obyektif.
Pada pemeriksaan didapatkan gonodotropin, adanya kelainan otak, adanya displasia tulang fibrotik, adanya tumor-tumor yang menghasilkan gonadotropin.
II.3.3. Terapi, Tumor-tumor penyebab harus dieksturpasi.
II.4. Hypomenorroe.
Hypomenorroe ialah pendarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa.
II.4.1. Data subyektif, Haid sudah berhenti kurang dari 7 hari padahal biasanya berhenti dalam 7 hari.
II.4.2. Data obyektif, ditemukan hypoplasia uteri karena uterus kecil (sesudah miomektomi), ditemukan gangguan endokrin.
II.4.3. Terapi, Menenangkan penderita bahwa adanya hypomenorea tidak mengganggu fertilitas.
II.5. Oligomenorroe.
Oligomenorroe terjadi kalau siklus lebih dari 35 hari, sering terdapat pada wanita yang asthenis.
II.5.1. Data subyektif, Haid jarang, siklus panjang, pendarahan kurang, Pengaruh psikitis atau penyakit (missal TBC), Wanita merasakan kesehatannya normal.
II.5.2. Data obyektif.
Pada pmx ditemukan perpanjangan stadium luteal, Tes TBC.
II.5.3. Terapi, DD=terhadap kehamilan selalu harus dibuat, pada umumnya oligomenorrhoe yang ovulatoar tidak memerlukan terapi kalau mendekati amenorrhoe maka dapat diusahakan mengadakan ovulasi.
II.6. Hipermenorre.
Adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).
II.6.1. Data subyektif, Pendarahan lebih dari 8 hari, Haid lebih banyak dari normal.
II.6.2. data obyektif, Pmx uterus ditemukan adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang terganggu. Pada pmx ditemukan polip endometrium.
II.6.3. Terapi.
Tergantung enusanya. Pada hipermenorea pada mioma uteri tergantung dari penanganan mioma uteri, sedang pada polip endometrium serta gangguannya pelepasan endometrium terdiri atas kerokan.
II.7. Poli menorroe.
Haid sering dating, jadi siklus pendek, kurang dari 25 hari .
II.7.1. Data subyektif, Dalam sebulan kadang haid 2 kali, pendarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa.
II.7.2. data obyektif, Pmx hormonal, pada pmx ditemukan disfungsi ovarium.
II.7.3. Terapi, pemberian estrogen untuk stadium proliferasi, Kombinasi estrogen dan progesteron.
II.8. Metrorragia.
Pendarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Pendarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid, atau 2 jenis pendarahan ini menjadi satu; yang pertama dinamakan metroragia, yang kedua menometroragia. Metroragia atau menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organic pada alat genetal atau oleh kelainan fungsional.
Sebab-sebab organik terjadi kalau pendarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan organic pada alat genital atau kelainan fungsional
II.8.1. Data subyektif, mulanya pendarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh oligomenorea, amanorea, sifat pendarahan (banyak atau sedikit, sakit atau tidak, lama pendarahan.
II.8.2. Data obyektif, pmx umum ditemukan tanda-tanda yang menunjuk kearah kemungkinan penyakit metabolic, penyakit endokrin, penyakit memasuki pmx genekologik. Perlu dilihat apakah bukan kelompok-kelompok organic, yang menyebabkan pendarahan abnormal (polip, ulkus, tumor terganggu).
II.8.3. Terapi.
a. Istirahat dan transfusi darah.
b. kalau pendarahan berasal dari uterus diberikan:
° estrogen dalam dosis tinggi.
° Progesterone.
c. Dilatasi dan kerokan
d. Androgen.
e. Klomifen
f. Histeroktomi
II.9. Dismenorrea
Adalah nyeri selama siklus haid. Hal ini adalah satu dari gejala – gejala ginekologi yang paling sering bahkan meskipun wanita – wanita dengan dismenorre cenderung untuk mendapat nyeri haid rekurens secara periodic, beratnya episode indipidual dapat menyebabkan pasien mencari pengobatan darurat.
Dismenorre primer adalah mulai timbulnya beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah menarke, terjadi berhubungan dengan siklus ovulasi. Organ – organ pelvis adalah normal. Mekanisme haid yang nyeri belum jelas dan dapat berpariasi pada wanita yang berbeda. Kemungkinannya meliputi haid yang retrogad, sepasme uterus, dan iskemia uteri.
Dismenorre sekunder disebabkan oleh keadaan patologis pelvic yang spesefik yang dapat terjadi pada setiap saat selama masa reproduksi pasien.
II.9.1. Data Subjektif
° Nyeri abdomen, nyeri dapat cenderung tajam dan kolik dan biasanya dirasakan didaerah suprapubis.
° Nyeri terasa sebelum, selama dan sesudah haid.
° Nausea, Vomitus, Diare.
II.9.2. Data objektif.
A. Pemeriksaan Fisik
° Pemeriksaan abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan peritoneum atau suatu keadaan patologik yang terlokalisir, bising usus normal.
° Pemeriksaan pelvis : Pada kasus – kasus dismenore primer pemeriksaan pelvis adalah normal. Pada kasus-kasus dismenorre sekunder pemeriksaan pelvis dapat menyingkap keadaan patologis dasarnya, sebagai contoh, nodul-nodul endometriotik dalam Kavum Douglas, atau penyakit Tubovarium atau Leiomiomata.
B. Tes Laboratorium
° Pemeriksaan darah lengkap normal
° Urinalisis normal
II.9.3. Terapi
° Trankuilizer ringan, obat – obat analgesik, segelas anggur atau minuman beralkohol dapat menolong. Pasien harus dinasehatkan untuk menghindari situasi yang penuh ketegangan dan memperhatikan istirahat dan tidur yang cukup. Sebuah bantalan panas dapat memberikan pembebasan tambahan.
° Inhibitor Prostaglanding Sintetase, seperti Naproksen (Naprosyin), ibu profen (Motrin), atau asam Mefenamat (Ponstel), mengurangi kadar prostaglandin Endometrium dan merupakan terapi efektif untuk dismenorre primer.
° Supresi ovulasi : Obat kontrasepsi oral yang mengandung kombinasi estrogen dan progestin dosis rendah biasanya meredakan atau sekurang – kurangnya memodifikasi dismenorre primer rekuren yang diantisipasi.