Panganjali umat “Om Swastyastu” pada dasarnya merupakan salam keagamaan yang mengandung tuntunan doa bagi kerahayuan umat. Begitu juga ucapan paramasanti “Om Canti Canti Canti Om” yang senantiasa memancarkan harapan akan pentingnya arti kedamaian itu. Berbeda dengan ucapan salam yang bersifat umum seperti “selamat pagi” atau “selamat malam” yang cenderung lebih bersifat sebagai etiket dalam pergaulan dengan sesama. Sedang ucapan panganjali dan paramasanti selain menunjukkan segi-segi etika juga mengandung nuansa sacral di mana dengan mengucapkan kita sekaligus memanjatkan doa pengharapan agar semuanya selalu dalam keadaan baik atau rahayu serta damai atas lindungan-Nya. Karena begitu tinggi nilai pengucapannya panganjali atau paramasanti itu maka adalah merupakan suatu perbuatan mulia jika pada setiap pertemuan, baik dengan individu lainnya maupun dalam suatu forum yang melibatkan banyak orang agar didahului dengan panganjali dan kemudian diakhiri dengan paramasanti.Hanya saja untuk pertemuan antara satu individu lainnya dalam satu kesempatan, cukup dengan mengucapkan sekali saja. Tetapi bila berhubungan dengan suatu pertemuan dalam bentuk forum dharmatula atau dharma wacana misalnya, dimana terdapat banyak pembicara, penceramah dan juga penanya, maka tidaklah keliru bila setiap pembicara, penceramah, atau penanya selalu mengawali pembicaraan dengan panganjali dan kemudian diakhiri dengan paramasanti. Sebab untuk suatu kebaikan, kerahayuan dan keberasilan sesama sangat terpuji sekali kalau kita dapat memanjatkan doa dulu baik pada awal maupun akhir pembicaraan.Dengan demikian, persoalannya bukan “berapa kali seharusnya kita mengucapkannya”. Melainkan “sudah berapa kalikah kita mengucapkannya”. Lagi pula karena ucapan panganjali dan paramasanti itu tergolong doa/mantra maka sesungguhnyalah semakin sering diucapkan (meski dalam hati sekalipun) semakin terasa kedekatan kita untuk berlindung selalu pada-Nya.Bagi umat Hindu kebanyakan memang terbiasa untuk berucap salam agama belum begitu mentradisi. Tetapi bukan berarti harus ditiadakan kebiasaan yang baik dan membawa kerahayuan itu.Kemudian tentang penulisan panganjali umat, sebagaimana sudah umum mengetahui adalah “Om Swastyastu”. Penulisan ini sudah sesuai dengan asal katanya yaitu : Su + Asti + Astu, yang setelah terkena hukum sandhi menjadi “Swastyastu” (U + A = W dan I + A = Y). sedangkan untuk penulisan paramasanti memang cukup banyak variasinya. Ada yang menuliskan Shanti, Santhi, Shanthi atau Canti. Dalam pengalihan bahasa dari bahasa sansekerta ke dalam bahasa jawa kuno ditulis “Canti” tetapi bila dialihkan ke dalam Bahasa Indonesia maka menjadi “Santi”. Dan karena penulisan Bahasa Indonesia disesuaikan dengan bunyi maka sering juga ditulis “Santi”. Tetapi jika mengacu pada keputusan Pesamuhan Agung PHDI tentang Tri Sandhya tahun 1990 maka penulisan paramasanti yang benar adalah “Om Santi Santi Santi Om”.