INFERTILITAS
Di saat sekarang ini terdapat banyak pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak dan jumlah pasutri tersebut diramalkan akan semakin meningkat di masa yang akan datang. Keadaan tanpa anak akan membawa dampak pada keluarga, khususnya pada pihak istri dan juga akan membawa dampak pada keluarga besar atau lingkungan social lainnya.
Permasalahan tersebut akan membawa pasutri untuk mendapatkan bimbingan dan tuntunan dari dokter keluarga dan memerlukan tindakan-tindakan khusus dari ahli reproduksi.
Pilihan penanganan ahli reproduksi sangat tergantung dari penyebab infertilitas yang ditemukan pada pemeriksaan. Booklet ini akan menjelaskan tentang IIU, salah satu dari sejumlah cara penanganan yang tergabung dalam tehnologi reproduksi bantuan.
BESARNYA MASALAH
Pasangan normal dengan usia 20-an, hubungan seksual teratur, memiliki kemungkinan hamil satu dari empat setiap bulannya. Yang berarti 9 dari 10 pasangan ingin hamil akan hamil dalam setahun. Akan tetapi SATU DARI SEPULUH pasangan tidak hamil dan akan didiagnosa sebagai pasangan infertil. Sekitar dua per tiganya sesungguhnya adalah subfertil dan dapat dibantu dengan tehnik reproduksi bantuan. Dokter biasanya mendefinisikan infertilitas sebagai kemampuan untuk hamil setelah berusaha sekurangnya 1 tahun.
IIU adalah satu dari metode yang mungkin terpilih bagi pasangan yang tepat. Biasanya IIU dilakukan bagi pasangan yang pada pemeriksaan awal tidak ditemukan penyebab yang jelas bagi infertilitasnya dan telah berusaha hamil sekurangnya 2 tahun. Oleh karenanya, hampir semuanya telah mengenal pengukuran suhu basal, koitus terjadwal dan pada beberapa kasus telah dicoba pemakaian obat-obat induksi ovulasi.
MENCARI PENYEBAB
Pemeriksaan yang dilakukan pada klinik-klinik infertilitas akan dapat menemukan penyebab infertilitas pada hampir semua kasus. Hanya sekitar 20% tetap tidak terjelaskan (unexplained infertility) dan penelitian menunjukkan bahwa IIU dapat membantu pada keadaan ini.
Pemeriksaan yang diperlukan untuk menentukan penyebab infertilitas akan mengukur adanya ovulasi, kualitas tuba fallopii (dengan laparoskopi), kadar hormon dan produksi sperma (jumlah, pergerakan dan bentuk) pada suami.
Suatu test pasca koitus dapat memberi informasi apakah sperma dapat melewati mulut rahim setelah senggama.
IIU
Tujuan IIU adalah memasukkan sejumlah semen ke dalam rahim pasangannya, untuk mendorong terjadinya fertilisasi.
Pasangan suami istri yang mana yang cocok dengan teknik ini?
Karena semen dimasukkan ke dalam rahim, sangat penting diketahui bahwa pada pihak istri tidak terdapat kelainan sistem organ reproduksi. Istri harus mengalami ovulasi secara normal dan kedua ruba fallopii terbuka. Akan tetapi IIU juga efektif untuk wanita yang mengalami gangguan ovulasi. Pada kasus semcam ini dilakukan terapi hormon untuk merangsang ovulasi dan inseminasi dilakukan sesaat setelah ovulasi terjadi. Cara ini sangat efektif dan sekarang lebih disukai bagi pasangan baik dengan atau tanpa gangguan ovulasi.
Karena IIU didasarkan atas kemampuan alamiah sperma dalam membuahi sel telur, maka penting dilakukan test fungsi sperma (jumlah, pergerakan dan bentuk) sehingga didapat sperma yang ideal. IIU juga biasa ditujukan bagi keadaan di mana suami mengalami reaksi imunologi (alergi) terhadap spermanya sendiri. Kelainan ini (disebut “anti-sperm antibodies”), berakibat sperma tidak dapat menembus lendir mulut rahim, sehingga tidak dapat mencapai sel telur
Teknik IIU memungkinkan sperma yang telah dipersiapkan melewati mulut rahim ke dalam uterus, sehingga dapat mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh anti-sperm antibodi. IIU juga cukup berhasil dikerjakan pada wanita dengan kelainan endometriosis ringan. Kelainan ini sangat sering dijumpai khususnya pada wanita usia 30-an yang belum memiliki anak, kejadian 1 dari 15 kasus infertilitas. Endometriosis terjadi bila jaringan yang melapisi bagian dalam rahim (endometrium) ditemukan pada tempat-tempat lain dalam organ reproduksi. Penanganan wanita dengan endometriosis ringan sama dengan unexplained infertility.
Indikasi tersering IIU adalah
· Infertilitas yang tak terjelaskan
· Anti-sperm antibodies
· Endometriosis ringan
IIU tidak efektif pada kasus dengan kelainan jumlah spermatozoa yang rendah atau kelainan bentuk sperma. Wanita dengan kelainan tuba fallopii tidak dapat ditangani dengan IIU.
BAGAIMANA IIU DIKERJAKAN
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa hasil terbaik didapatkan bila IIU dikerjakan sekitar masa ovulasi yang dirangsang oleh obat-obatan. Karena itu langkah pertama adalah merangsang dan memonitor adanya ovulasi. Angka keberhasilan tertinggi didapat dengan menggunakan obat gonadotropin.
Langkah-langkah IIU
Pengobatan untuk mendapatkan 2 atau 3 telur yang baik
biasanya dipakai gonadotropin untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel dan menimbulkan ovulasi.
Monitor pengobatan, mengukur pertumbuhan folikel, menentukan dosis obat, mencegah efek samping
dengan ultrasound transvaginal sebanyak 2-3 kali
dapat ditambahkan pemeriksaan kadar hormon.
Pengambilan sperma, dilakukan pada pagi hari saat ovulasi diduga terjadi,
kemudian dipersiapkan untuk dimasukkan ke dalam rahim.
Test kehamilan dan monitoring.
Karena obat-obat penyubur menghasilkan sejumlah telur, “monitoring” menjadi sangat penting untuk segera menemukan efek samping dan mencegah kehamilan ganda. Monitoring dikerjakan dengan mengukur kadar hormon dalam darah dan melihat perkembangan folikel yang mengandung sel telur dengan ultrasonografi (USG).
Adanya folikel yang banyak mengakibatkan dihasilkannya terlalu banyak sel telur, yang meningkatkan risiko kehamilan ganda. Jadi dalam IIU diusahakan didapatkan tidak lebih dari 3 telur. (Berbeda dengan program In Vitro Fertilization (IVF) dimana diusahakan mendapatkan telur sebanyak mungkin untuk dibuahi di laboratorium).
Bila 2 atau 3 folikel telah mencapai ukuran yang diharapkan, ovulasi akan diinduksi dengan suntikan hormon (hCG). Kemudian sesaat setelah ovulasi, sperma suami yang telah dipersiapkan dimasukkan ke dalam rahim istri dengan menggunakan kateter yang sangat halus. Tidakan ini tidak menimbulkan rasa sakit.
SPERMATOZOA SIAPA?
Pada keadaan biasa dan sesuai hukum di Indonesia, maka tindakan IIU dilakukan hanya menggunakan spermatozoa suami. Pada keaadaan kelainan spermatozoa, maka dikembangkan teknik lain yaitu teknik manipulasi mikro yang disebut injeksi spermatozoa intra sitoplasmik (ISIS), dimana dilakukan penyuntikan sel sperma ke dalam sel telur untuk proses pembuahan
RISIKO TINDAKAN
Risiko tindakan IIU adalah sedikit. Pada kasus di mana didapatkan lebih dari 3 folikel dengan ukuran melebihi 14 mm terdapat risiko kehamilan ganda, yang dapat berarti pembatalan IIU. Kehamilan ganda berkaitan dengan tingginya angka abortus, bayi dengan berat badan lahir rendah dan masalah sosial lainnya. Tindakan juga bisa dihentikan bila ditemukan tanda-tanda hiperstimulasi ovarium (ovarian hiperstimulation syndrome), oleh karena itulah monitoring saat pengobatan selalu dilakukan. Dosis obat yang terlalu besar dapat menyebabkan perangsangan indung telur berlebihan yang dirasakan sebagai nyeri di perut.
ANGKA KEBERHASILAN
Angka keberhasilan super ovulasi dan IIU berkisar 10-15% per siklus, tapi dapat mencapai 50% setelah beberapa kali prosedur dalam setahun jika dilakukan pada keadaan spermatozoa normal dan saluran telur yang sehat. Yang berarti pada setiap 100 pasangan yang mengikuti prosedur IIU berulang dalam setahun, sekitar 50 akan hamil dan memiliki bayi sehat. Keberhasilan bervariasi tergantung pada jenis obat yang digunakan. Pemakaian klomifen sitrat berkaitan dengan angka kehamilan yang rendah (angka kehamilan kurang dari 10% per siklus). Angka kehamilan tertinggi didapat pada pemakaian gonadotropin.
Dokter akan melaksanakan 4 siklus IIU dan bila tidak berhasil, akan direkomendasikan teknik lain seperti IVF.