Sebenarnya sudah lama aku ingin menulis opini tentang hal ini. Salah satunya terpicu oleh tayangan satu episode The Oprah Winfrey Show di Metro TV sekitar bulan Oktober lalu, mengenai kisah beberapa orang Amerika yang memiliki problem dengan berat badannya. Beberapa di antaranya, termasuk selebritis Randy Jackson seorang juri American Idol, bahkan menempuh cara operasi, yakni gastric bypass, dengan risiko mortalitas (kematian) di meja operasi cukup tinggi. Seorang lainnya bahkan seorang gadis muda usia SMA yang rela menempuh cara ini karena tidak pede dengan postur tubuhnya agak gemuk. Hasilnya memang memuaskan, terutama dari segi penampilan. Di AS memang jenis operasi ini lebih sering dilakukan dibandingkan dengan negara kita. Aku bahkan belum pernah mendengar jenis operasi semacam ini dilakukan di Indonesia. Mungkin dokter bedah kita tidak banyak yang memiliki keterampilannya, selain biaya operasi yang sangat tinggi, dan risiko operasi cukup besar. Kita di Indonesia masih memiliki cara-cara lain untuk menurunkan berat badan.
Kemudian ada juga sebuah artikel lain di Majalah TIME tahun lalu yang memampangkan judul “How Asia Got Fat”. Ya, memang di banyak negara berkembang di Asia, misalnya Cina dan India, termasuk sebagian kecilnya di Indonesia, obesitas menjadi masalah kesehatan baru. Menariknya, kondisi ini justru tidak hanya mengenai golongan ekonomi menengah ke atas saja, tetapi tidak sedikit golongan ekonomi menengah ke bawah yang mengalami obesitas. Lihat saja ibu-ibu penjual di pasar, atau bapak-bapak penjual rokok di warung, bahkan pemulung, yang jika dilihat dari penghasilan tidak seberapa, tapi memiliki badan cukup, bahkan sangat ‘subur’ (bandingkan saja dengan badanku yang langsing ini :D).
Masalah ini memang sangat terkait dengan gaya hidup, dengan tidak menafikan faktor genetik juga tentunya. Makan tidak terlalu banyak, tetapi isinya karbohidrat sederhana (nasi—makanan pokok masyarakat Indonesia), dengan aktivitas kurang. Belum lagi faktor hormonal pada wanita, lebih-lebih bagi yang mendapatkan hormon dari luar berupa kontrasepsi, yang menunjang pembengkakan volume tubuh dan timbulnya ketidaknyamanan di muka umum. Bicara mengenai gaya hidup memang sangat sulit bagi orang Indonesia. Ambil contoh sederhana, misalnya merokok. Jika Anda seorang dokter dengan pasien tetap penderita hipertensi dengan kebiasaan merokok, Anda akan menemukan sulit sekali bagi mereka menghilangkan kebiasaannya ini. Bahkan bagi yang sudah mendapat stroke ringan (transcient ischemic attack/TIA) sekalipun! Begitu merasa keadaan badannya agak enakan, merokoknya diteruskan. Padahal mereka tahu persis kebiasaan mereka ini ‘memperpendek’ usia mereka.
Well… masih banyak memang masalah dalam karakter masyarakat kita