Rabu, 26 Agustus 2009
Mohon Ma'af...
Kamis, 20 Agustus 2009
Tarif Internet Flexi
FlexiNet menyediakan layanan internet tanpa batas (unlimited) dengan tarif Rp2.500,00 per hari. Tarif yang lebih murah bahkan ditawarkan kalau pengguna memakai layanan selama 7 hari. Tarif 7 hari sebesar Rp15.000,00--artinya Rp2100,00-an per hari.
Layanan FlexiNet ini dapat dinikmati pengguna nomor Flexi lama atau baru, pascabayar atau prabayar. Tarif untuk pelanggan pascabayar, tarifnya malah lebih murah--Rp2.250,00 per hari dan Rp13.500 per minggu.
Kecepatan untuk koneksi internet FlexiNet adalah 153Kb/detik. Pengguna bisa pakai ponsel sebagai modem atau membeli modem CDMA. Untuk yang terakhir ini, Telkom menyediakan "Paket Modem Merdeka" seharga Rp399.000,00. Paket itu berisi modem CDMA dan kartu perdana Flexi Dahsyat.
Mengenal Asuhan Keperawatan gawat Darurat Integumen
Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan
Selasa, 18 Agustus 2009
17 Agustus 2009 + 1
Tiga orang yang dimuat profilnya cukup saya kenal. Tidak hanya mendalami sains, mereka semua juga aktivis da'wah. Dua dari mereka bertetangga tidak jauh di komplek seberang tempat tinggal ayah-ibu saya, dan satu orangnya pernah berinteraksi cukup dekat dengan saya, ketika saya berusaha mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan pasca sarjana di luar lewat bantuannya. Namun saya gagal, sehingga saya mendaftar pendidikan spesialisasi di UI, dan alhamdulillah diterima.
Cukup jarang media massa mengangkat profil dokter yang penghargaannya setara dengan para ilmuwan muda yang diangkat dalam koran Tempo ini. Mungkin memang sangat sulit menemukan profil-profil dokter semacam ini. Dokter adalah profesi. Berinteraksi langsung dengan manusia. Orientasinya menukar jasa dengan sejumlah uang. Materi. Mereka bukanlah ahli teori yang berkutat dalam kesunyian di dalam laboratorium, menemukan sebuah piranti kasat mata, yang menjadi dasar penggerak sebuah mesin atau komputer. Dokter adalah biasa-biasa saja. Ribuan dokter tersebar di negeri ini. Sebagian besarnya bertumpuk di kota-kota. Bersaing mendapatkan pasien. Tidak banyak pelajaran menarik yang bisa diambil. Pelajaran yang ada adalah: ketidakpuasan pasien terhadap dokternya, gugatan malpraktik, dokter pelit bicara, meresepkan terlalu banyak obat, merasa dirinya lebih tahu dari pasiennya, dan setumpuk hal kurang simpatik lainnya.
Dua hari yang lalu, seorang kawan menelepon dari pelosok Lampung. Pasiennya di ambang maut. Perutnya buncit kebanyakan cairan, napasnya sesak, suhunya 40 derajat selsius. Ia meminta saran adakah tindakan lain yang dapat ia lakukan, setelah menceritakan kondisi pasien dan tindakan yang sudah ia lakukan. Adakah pemeriksaan analisis gas darah? Tidak ada, rumah sakitnya hanya dapat melakukan pemeriksaan darah tepi saja. Lagipula kalaupun hasil pemeriksaan menunjukkan darah yang asam, ia tidak punya natrium bikarbonat. Percuma saja. Bahkan sungkup oksigen pun tidak ada, hanya kanul nasal yang terpasang di kedua lubang hidung si pasien. Saya jadi malu, terbiasa dengan berbagai pemeriksaan penunjang, membuat saya sulit berpikir, apa lagi saran yang bisa saya berikan. Semua yang ia lakukan sudah maksimal. Obat furosemid sudah disuntikkan. Monitor balans cairan akan ia kerjakan. Baiklah Mbak, demikian kata saya, jelaskan saja pada orangtuanya berapa lama lagi waktu si anak akan bertahan. Tak disangka, keesokan paginya, kakak kelasku ini menelepon, mengabari bahwa si pasien masih bertahan, dan siap ditransportasi ke RSUD yang akan menempuh lima jam perjalanan.
Dokter-dokter yang ikhlas bekerja seperti ini di pelosok masih banyak. Mereka hampir tak pernah diangkat media. Saya pribadi sangat menghargai mereka. Mereka adalah dokter-dokter sesungguhnya. Sementara saya tinggal di ibukota, menempuh pendidikan lanjutan dengan segala peralatan canggih yang ada.
Merekalah pahlawan sesungguhnya.
Dan saya juga akan tetap mengagumi semua fisikawan Indonesia dengan karya-karyanya.
Apin. Siap-siap jaga malam di IGD: teater kehidupan manusia yang amat lemah di hadapan Penciptanya.
Minggu, 16 Agustus 2009
Info Kerja Rekam Medis
Rincian Lowongan dan Lamar
Perusahaan: PT RSGM |
Industri: Perawatan Kesehatan |
Nama kontak: HRD |
Web site perusahaan: http://www.rsgm.co.id |
Jabatan: | Pemula | |
Fungsi kerja: | Kesehatan, Asisten Teknis | |
Posisi: | Rekam Medis | |
Tangerang | ||
Diploma | ||
Jurusan: | Kesehatan Masyarakat | |
Pengalaman kerja: | Paling sedikit 1 tahun | |
Gaji yang ditawarkan: | Tidak disebutkan | |
Persyaratan: | - Minimal D3 dari jurusan Rekam Medis - Menguasai aplikasi Ms. Office (Word & Excel) - Berpengalaman di bidangnya | |
Tanggal pemasangan: | 14 Agustus 2009 (tayang ulang) | |
Tanggal penutupan: | 21 Agustus 2009 |
Jumat, 14 Agustus 2009
Berbagi Pengalaman Menjadi Perawat Gawat Darurat
Gawat Darurat....!!!
Tercengang, Kaget serta takut waktu membaca surat penempatan setahun yang lalu, ketika hari - hari yang ditunggu tiba. Selepas 14 hari melaksanakan Orientasi ruangan, kami para calon Pegawai Negeri Sipil sangat menantikan berita yang cukup mendebarkan itu. Tak sedikit yang menanggapi dengan santai, karena sebagian besar mereka sudah "menitip" tempat. Berbeda denganku, sangat berbeda malah, aku yang waktu itu hanya seorang perantauan, tak ada ikatan persaudaraan dengan seorangpun "punggawa-punggawa" Rumah sakit M. Yunus (waktu itu beredar kabar, kalau ingin posisi enak, rajin - rajinlah minta tolong dengan saudara "punggawa"), bahkan wajah kota bengkulu masih terasa asing bagiku. Ruang Gawat Darurat sangat jauh dari bayanganku waktu itu, maklum waktu sehari orientasi disana aku sedikitpun tak merasa nyaman, tak merasa hebat, dan tak merasa terkenal hingga harus direkomendasikan di ruangan tersebut.
Hari Pertama kulalui tak begitu mulus, pasien membludak.... dan sungguh aku juga tak membayangkan bahwa ruang IGD RS. M. Yunus Bengkulu, berbeda cara kerja dari tempatku mengambil praktik Ners ku di Palembang. Sutrisss... rasanya.
"Tolong lanjutkan Hectingnya..." ucap perawat senior.....
Hecting..!!! oh my god!!! seumur-umur aku belum pernah hecting, bagaimana mungkin di hari pertama sudah harus hecting....
Dengan jujur kujawab, kalo aku belum bisa hecting, minta jadi operator saja (dengan gaya bijak), dan seniorku hanya tersenyum....
Mana Drip mana IV
haha... sekarang ketika mengingat kejadian dulu, makin banyak ketawa saja... antara Palembang dan Bengkulu istilah yang dipakai banyak berbeda (perasaanku).
Pernah aku disuruh TNPS, bingung lah... di palembang kami biasa menyebutnya TTV (lebih keren daripada Tensi, Nadi, Pernafasan, Suhu)
Lebih seru lagi ketika ada pasien diare tengah malam, mencret berkepanjangan tak tertahankan.... waktu itu order dokter mengatakan "tolong injeksi Ranitidin IV". yup!! prinsip IV, IM, SC, IC tentu aku belum lupa, hanya saja IV menurut saya waktu itu ada dua jenis, yaitu Drip (memasukan dalam botol infus), dan Bolus (langsung injeksi ke selang). alhasil, dengan rasa bimbang aku terjemahkan sendiri bahwa IV adalah Drip (setelah melalui 3 kali tanya dan jawab yang sama-sama tak nyambung dengan dokter), dan apa yang terjadi..... fiuh... terpakasa harus kocor sana sini biar obat yang satu ampul itu bisa masuk segera... ternyata emang tak mudah.
Pasien Steven Jhonson akibat larutan Penyegar
wow... ternyata penderita Syndroma Steven Jhonson, angka kejadiannya cukup banyak di Preovinsi Bengkulu... dan herannya, hampir semuanya diakibatkan meminum larutan penyegar.. Bombastis kan...
Banyak Belajar
Kalau sekarang ada yang bertranya apakah aku masih kecewa ditempatkan di IGD?? jawabannya tentu tidak, rasa lelah yang berlipat dari orang lain, banyak belajar hal baru sudah sangat memuaskanku sekarang. aku dulu tak membayangkan bahwa aku akan bisa memasang infus bayi seperti sekarang, mengerti istilah2 baru bagi telingaku, dan tentunya sekarang aku lebih banyak ilmu ketimbang dulu, dan aku harus lebih banyak belajar lagi...
Rabu, 12 Agustus 2009
Mediterranean diet
Most healthy diets include fruits, vegetables, fish and whole grains, and limit unhealthy fats. While these parts of a healthy diet remain tried-and-true, subtle variations or differences in proportions of certain foods may make a difference in your risk of heart disease.
Benefits of the Mediterranean diet
The Mediterranean diet is thought to reduce your risk of heart disease. In fact, a 2007 study conducted in the United States found that both men and women who consumed a Mediterranean diet lowered their risk of death from both heart disease and cancer.
Key components of the Mediterranean diet include:
* Getting plenty of exercise and eating your meals with family and friends
* Eating a generous amount of fruits and vegetables
* Consuming healthy fats such as olive oil and canola oil
* Using herbs and spices instead of salt to flavor foods
* Eating small portions of nuts
* Drinking red wine, in moderation, for some
* Consuming very little red meat
* Eating fish or shellfish at least twice a week
Fruits, vegetables, nuts and grains
The Mediterranean diet traditionally includes fruits, vegetables, pasta and rice. For example, residents of Greece eat very little red meat and average nine servings a day of antioxidant-rich fruits and vegetables. The Mediterranean diet has been associated with a lower level of oxidized low-density lipoprotein (LDL) cholesterol — the "bad" cholesterol that's more likely to build up deposits in your arteries.
Nuts are another part of a healthy Mediterranean diet. Nuts are high in fat (approximately 80 percent of their calories come from fat), but tree nuts, including walnuts, pecans, almonds and hazel nuts, are low in saturated fat. Nuts are high in calories, so they should not be eaten in large amounts — generally no more than a handful a day. For the best nutrition, avoid honey-roasted or heavily salted nuts.
Grains in the Mediterranean region are typically whole grain and usually contain very few unhealthy trans fats, and bread is an important part of the diet there. However, throughout the Mediterranean region, bread is eaten without butter or margarines, which contain saturated or trans fats.
Healthy fats
The focus of the Mediterranean diet isn't to limit total fat consumption, but to make wise choices about the types of fat you eat.
The Mediterranean diet is similar to the American Heart Association's Step I diet, but it contains less cholesterol and has more fats. However, the fats are healthy — including monounsaturated fats, such as olive oil, and polyunsaturated fats, which contain the beneficial linolenic acid (a type of omega-3 fatty acid). These fat sources include canola oil and nuts, particularly walnuts. Fish — another source of omega-3 fatty acids — is eaten on a regular basis in the Mediterranean diet. Omega-3 fatty acids lower triglycerides and may improve the health of your blood vessels. The Mediterranean diet discourages saturated fats and hydrogenated oils (trans-fatty acids), both of which contribute to heart disease.
Choosing oils and fats
The Mediterranean diet emphasizes using olive oil as your primary source of fat, rather than animal or dairy fats. All types of olive oil provide monounsaturated fat — a type of fat that can help reduce LDL cholesterol levels when used in place of saturated or trans fats. "Extra-virgin" and "virgin" olive oils are the least processed forms, meaning they contain the highest levels of the protective plant compounds that provide antioxidant effects.
Wine
The health effects of alcohol have been debated for many years, and some doctors are reluctant to encourage alcohol consumption because of the health consequences of excessive drinking. However, light intake of alcohol has been associated with a reduced risk of heart disease in some research studies.
Red wine has an aspirin-like effect, reducing the blood's ability to clot, and also contains antioxidants. The Mediterranean diet typically includes some red wine, but this should be consumed only in moderation. This means no more than 5 ounces (148 milliliters) of wine daily for women (or men over age 65), and no more than 10 ounces (296 milliliters) of wine daily for men under age 65. Any more than this increases the risk of health problems, including increased risk of certain types of cancer.
If you're unable to limit your alcohol intake to the amounts defined above, if you have a personal or family history of alcohol abuse, or if you have heart or liver disease, refrain from drinking wine or any other alcohol. Also keep in mind that red wine may trigger migraines in some people.
Putting it all together
Adopting a Mediterranean diet is easy if you're a smart shopper. Choose plenty of fresh fruits and vegetables, limit your intake of red meat, and eat fish at least once a week. Though avoid fish that's fried or laden with butter or heavy sauces. Use healthy fats, such as olive oil and canola oil, when cooking — but only in moderation because of their high calorie content. Consider nuts as a snack or an addition to a salad. Finally, reduce or eliminate saturated fat and trans fats (also known as hydrogenated or partially hydrogenated oils) from your diet.
Read food labels to see what you're really buying and putting into your body. Here are some specific steps you can take:
* Eat natural peanut butter, rather than the kind with hydrogenated fat added.
* Use butter sparingly. "Low fat" or "cholesterol-free" on the label doesn't mean a product is necessarily good for you. Many of these items are made with trans fats.
* Eat a variety of whole fruits and vegetables every day. Ultimately, strive for seven to 10 servings a day. Keep baby carrots, apples and bananas on hand for quick, satisfying snacks. Fruit salads are a wonderful way to eat a variety of healthy — and tasty — fruit.
* Use canola or olive oil in cooking. Try olive oil for salad dressing and as a healthy replacement for butter or margarine. After cooking pasta, add a touch of olive oil, some garlic and green onions for flavoring. Dip bread in flavored olive oil or lightly spread it on whole-grain bread for a tasty alternative to butter.
* Season your meals with herbs and spices rather than salt.
* Substitute fish and poultry for red meat. Avoid sausage, bacon and other high-fat meats.
* Limit higher fat dairy products such as whole or 2 percent milk, cheese and ice cream. Switch to skim milk, fat-free yogurt and low-fat cheese.
* Eat fish once or twice a week. Water-packed tuna, salmon, trout, mackerel and herring are healthy choices. Grilled fish tastes good and requires little cleanup. Avoid fried fish, unless it's sauteed in a small amount of olive oil.
* Keep walnuts, almonds, pecans and Brazil nuts on hand for a quick snack.
* If it's OK with your doctor, go ahead and have a glass of red wine at dinner with your pasta or fish. If you don't drink alcohol, you don't need to start. Drinking purple grape juice may be a healthy alternative to wine.
Once you experience the delicious and healthy choices the Mediterranean diet has to offer, it just might become your favorite diet.
Source: Mayo Clinic
Minggu, 09 Agustus 2009
DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION (DIC)
Sebelum dikenal istilah KID, dahulu dikenal istilah-istilah lain yang diberikan sesuai dengan patofisiologinya:
Coagulation consumption
Hyperfibrinosis
Defibrinasi
Thrombohaemoraghic Syndrome
KID merupakan keadaan yang termasuk dalam kategori kedaruratan medik, sehingga memerlukan tindakan medis dan penanganan segera. Tindakan dan penanganan yang diberikan tergantung dari patofisiologi penyakit yang mendasarinya, apakah terjadi secara akut atau memang sudah ada penyakit yang sudah lama diderita. Namun yang utama dalam memberikan penanganan tersebut adalah mengetahui proses patologi KID itu sendiri, sepeti telah disebutkan sebelumnya, yakni terjadinya proses trombosis mikrovaskular dan kemungkinan terjadi perdarahan (diatesa hemoragik) secara bersamaan.
Sabtu, 08 Agustus 2009
Selasa, 04 Agustus 2009
Makasar< 7-9 agustus 2009< simposium dan workshop " skin surgery sbg tuntutan kompetensi dokter spesialis
Simposium(4SKP) &workshop(8SKP)"skin surgery sbg tuntutan kompetensi dokter spesialis kulit dan kelamin" 7-9 agustus 09 di hotel mercure-makassar. Materi: skin surgery instrument,dog ear repair,cryosurgery,skin graft,skin flap, botox,chemical peel in the 21st century,transconjungtival blepharoplasty,fat transfer,acne surgery in medical practice, aptos. info hub: dr.lisa, 081355115767-08567249427.
JAKARTA 6-8 NOVEMBER 2009 > GRAND DENTISTRY INDONESIA III > Rp400rb > 8 SKP
PDGI PengWil DKI Jakarta menyelenggarakan Seminar Grand Dentistry Indonesia III (GDI III 09)
TEMA:
"Optimisme Profesi Kedokteran Gigi Indonesia Mengatasi Problema Kesehatan Gigi dan Mulut"
WAKTU:
Hari/Tanggal: Jumat-Minggu 6-8 November 2009
Pukul : 08.00 - 16.00
TEMPAT:
Gedung Jala Puspita
Jl. Gatot Soebroto (sebelah LADOKGI) Jakarta
Sound System akan diperhatikan guna kelancaran jalannya seminar.
BENTUK KEGIATAN
- Ceramah Ilmiah dan Diskusi oleh pakar-pakar Ilmu Kedokteran Gigi
dalam bidang: Orthodonsia, Periodonsia, Prostodonsia, Pedodonsia,
Oral Medicine, Public Health, Konservasi, Implantologi, Dental Radiology,
Bedah Mulut.
- Tabel clinic
- Panggung Hiburan dan Pentas Seni
- Pameran
Pameran diikuti oleh Perusahaan Farmasi alat-alt, bahan dan buku-
buku Kedokteran serta Perusahaan lain di luar Kedokteran, seperti
asuransi, kendaraan bermotor, perumahan, bank dll.
PESERTA
Jumlah Peserta seminar diperkirakan dapat mencapai 1000 orang dari seluruh wilayah DKI Jakarta, yang diikuti oleh Dokter Gigi, mahasiswa, Perawat Gigi dan masyarakat umum yang tertarik dengan informasi di bidang kedokteran gigi.
FASILITAS PESERTA
Tiap peserta akan mendapatkan fasilitas berupa seminar kit, rehat kopi, makan siang, sertifikat berakreditasi PDGI sebesar 8 SKP.
BIAYA PARTISIPASI
Rp.400.000,- s/d tgl 31 Oktober 2009
Rp.600.000,- per 1 November 2009
Biaya pendaftaran dapat disetorkan/transfer ke:
Rekening BCA Majestik
no rek 2281442271
a.n. drg. Mirna Febriani (HP 081317738036)
bukti transfer harap difax ke no 021-85918039 (diperjelas namanya dengan spidol)
TEMPAT PENDAFTARAN
drg. Azrial Azwar SpBM
Bag. GIMUL RS Pusat Pertamina
Jl. Kyai Maja no.43 Jakarta Selatan.
Telp. (021) 7219871/576
HP. 0811161658
drg. Rianto Sastrawidjaja
PDGI cabang Jakarta Barat
HP 08129190077
drg. Liane Andjani T
FKG Trisakti Jl. Kyai Tapa Jakarta Barat
HP 0812 9462245
drg Hananto Seno Sp.BM
Bag Gigi dan Mulut RSPAD gatot Soebroto
Jl. Abd Rahman Saleh 24 Jakarta Pusat
Telp.021-3500526
HP. 0816 794599
PDGI Jakarta Selatan
drg. Ita Diah Permata 08128293039
Bapak Dekon 021-92931365
drg. Mirna Febriani 081317738036
drg. Martha Sitompul 081384113292
FKG UPD Moestopo (B) Jl. Bintaro Permai Raya No.3 Jakarta Selatan
drg. Fredy
PDGI cab Jakarta Utara
HP 08551119605
drg. Dani Kurniawan Sp.BM
RSI Yarsi jakarta Pusat
HP. 085220018282
0811950979
Info mengenai Susunan acara dan Pembicara, ada pada brosur.
Jika Sejawat ingin dikirimkan e-mail scan Brosurnya, silakan e-mail ke: dian_saidir@yahoo.co.uk
terimakasih, semoga bermanfaat bagi semua
Bekasi>15 Agustus 2009>Seminar dan workshop Tatalaksana Kejang pada Anak dan Dewasa
Bekasi>15 Agustus 2009>Seminar dan workshop
Tatalaksana Kejang pada Anak dan Dewasa
Sabtu, 15 Agustus 2009 di Hotel Sahid Jaya Lippo Cikarang.
Biaya Pendaftaran DU 400.000, DS : 600.000
Info lengkap Hun IDI Kabupaten Bekasi (021) 7021 6457
Pendaftaran 0815 145 888 12 (wiwik)
BANDAR LAMPUNG> 3-8 AGUSTUS 2009> GENERAL EMERENCY LIFE SUPPORT (GELS)
PELATIHAN GELS (GENERAL EMERGENCY LIFE SUPPORT) KERJASAMA DENGAN RSU DR SARDJITO YOGYAKARTA
TEMPAT: RUMAH SAKIT BUMI WARAS BANDAR LAMPUNG
WAKTU: 3 AGUSTUS - 8 AGUSTUS 2009
PESERTA: DOKTER DAN MAHASISWA YANG SEDANG AMBIL PROFESI DOKTER
BIAYA: Rp 4.000.000,- (TERMASUK MAKAN, SNACK DAN SERTIFIKAT)
CONTACT PERSON:
- dr. Arif 08127901876 / 0721 7402805
- dr. Zulfikri 08161447271 / 0721 7464756
Keterangan:
GELS ini pelatihan yang sudah mencakup ATLS dan ACLS
Yogyakarta>8 Agustus 2009<Perkembangan terkini Prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi
Tema : “Perkembangan Terkini Prosedur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi: Menuju Safe Care”
SKP: 6 SKP
Ticket : Rp 75.000,00
Tempat: Jogja International Hospital Yogyakarta
Waktu:Tanggal 8 Agustus 2008 pukul 08.00
Contact person:
dr. Ukhti Jamil R 0817265147
Darmadi 081227922668/(0274) 898444 pesawat 2096.
Rekening:
Bank Muamalat no. 921 466 3699 atas nama Siti Nadhiroh
Jakarta> 8 Agustus 2009> Kursus Dasar Kedokteran Laser IKLASI (Ikatan Kedokteran Laser Indonesia)
Ruang Rapat Utama, Gedung Lama Lt. 2, RS PELNI Petamburan
Jln. AIP II KS Tubun No. 92-94, Jakarta
pk. 08.00 - selesai
Physics & Laser Application in Dermatology (dr. Abraham Arimuko, SpKK)
Laser-tissue Interaction (dr. L.S.Handikin, SpTHT)
Photodynamic Therapy: Immunological Aspects of PDT (Prof. dr. Santoso Cornain, DSc)
Laser Safety, How to use laser, Laser Application in Surgery (dr. Peter Hasan)
Laser Application in Physical Medicine & Rehabilitation (dr. Nyoman Murdana, SpRM)
Live Demo & Hands-on Experience
Biaya Kursus:
Dokter spesialis Rp. 2.500.000,-
Dokter umum Rp.1.500.000,-
Mahasiswa/Sarjana Kedokteran Rp. 1.000.000,-
Paramedik Rp. 500.000,-
Pembayaran:
Bank Mandiri KCP Jkt RS Pelni no rekening 116-000-435-334-9 a.n. Liek Sari Handikin
Kirimkan bukti transfer via fax ke 021-5306793
Batas waktu pendaftaran :7 Agustus 2009 (jumlah peserta maksimal 50 orang)
CP: Riza 0817-0136600
LOMBOK < 8 AGUSTUS 2009< ASPEK ETIKA DAN MEDIKOLEGALDALAM PROFESI DOKTER<SKP 3<BIAYA 150 RB
HOTEL LOMBOK RAYA ,8 AGUSTUS 2009
PEMBICARA: PROF DR dr AGUS PURWADIANTO ( KETUAMKEK IDI PUSAT) DAN PROF DR dr MULYANTO(DEKAN FK UNRAM)
HUB IDI CAABANG MATARAM,LINDA 0818365910
Manado<6 Agustus 2009< Pathophysiology & Management Stroke Hemorrhagic> 6skp
Manado / 6 Agustus 2009 / Pathophysiology & Management Stroke Hemorrhagic / 6SKP
Sintesa Peninsula Hotel, Manado, jam 08.00 - 14.00 wita.
8 topik & pembicara
Biaya reg:
Dr.Umum 250rb
Dr.Sp 500rb
Sekretariat:
SMF Bedah Saraf FK Unsrat.
CP:
Dr.Gidion : 0431-3324339; 08124477409
Dr.Budi : 0431-3422652
Minggu, 02 Agustus 2009
Prita Mulyasari: RS Omni Dapatkan Pasien dari Hasil Lab Fiktif
RS Omni Dapatkan Pasien dari Hasil Lab Fiktif
Jakarta – Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa manusia lainnya. Terutama anak-anak, lansia, dan bayi. Bila anda berobat berhati-hatilah dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title international karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba pasien, penjualan obat, dan suntikan.
Saya tidak mengatakan semua RS international seperti ini tapi saya mengalami kejadian ini di RS Omni International. Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB. Saya dengan kondisi panas tinggi dan pusing kepala datang ke RS OMNI Internasional dengan percaya bahwa RS tersebut berstandard International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran dan manajemen yang bagus.
Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39 derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah thrombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000. Saya diinformasikan dan ditangani oleh dr Indah (umum) dan dinyatakan saya wajib rawat inap. dr I melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000.
dr I menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan. Tapi, saya meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan RS ini. Lalu referensi dr I adalah dr H. dr H memeriksa kondisi saya dan saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif demam berdarah.
Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau izin pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan pagi, dr H visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi hasil lab semalam. Bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?). Saya kaget tapi dr H terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya diberikan berbagai macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa izin pasien atau keluarga pasien.
Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap masih sama dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya sangat khawatir karena di rumah saya memiliki 2 anak yang masih batita. Jadi saya lebih memilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini supaya saya cepat sembuh dan saya percaya saya ditangani oleh dokter profesional standard Internatonal.
Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap suntik tidak ada keterangan apa pun dari suster perawat, dan setiap saya meminta keterangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Lebih terkesan suster hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus menerimanya. Satu boks lemari pasien penuh dengan infus dan suntikan disertai banyak ampul.
Tangan kiri saya mulai membengkak. Saya minta dihentikan infus dan suntikan dan minta ketemu dengan dr H. Namun, dokter tidak datang sampai saya dipindahkan ke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke 39 derajat dan datang dokter pengganti yang saya juga tidak tahu dokter apa. Setelah dicek dokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr H saja.
Esoknya dr H datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk memberikan obat berupa suntikan lagi. Saya tanyakan ke dokter tersebut saya sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus udara. Saya tanyakan berarti bukan kena demam berdarah. Tapi, dr H tetap menjelaskan bahwa demam berdarah tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali infus sebelah kanan dan kembali diberikan suntikan yang sakit sekali.
Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang sesak napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang namun hanya berkata menunggu dr H saja.
Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus. Padahal tangan kanan saya pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya. Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak dilakukan suntikan dan obat-obatan.
Esoknya saya dan keluarga menuntut dr H untuk ketemu dengan kami. Namun, janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami dan kakak-kakak saya menuntut penjelasan dr H mengenai sakit saya, suntikan, hasil lab awal yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan sesak napas yang dalam riwayat hidup saya belum pernah terjadi. Kondisi saya makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata kiri.
dr H tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan. Dokter tersebut malah mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat-obatan kembali dan menyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami berdebat mengenai kondisi saya dan meminta dr H bertanggung jawab mengenai ini dari hasil lab yang pertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan saja. dr H menyalahkan bagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.
Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulai membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat. Namun, saya tetap tidak mau dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Tapi, saya membutuhkan data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan dengan diberikan data medis yang fiktif.
Dalam catatan medis diberikan keterangan bahwa bab (buang air besar) saya lancar padahal itu kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak ada follow up-nya sama sekali. Lalu hasil lab yang diberikan adalah hasil thrombosit saya yang 181.000 bukan 27.000.
Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun sangat dikagetkan bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang tercetak adalah 181.000. Kepala lab saat itu adalah dr M dan setelah saya komplain dan marah-marah dokter tersebut mengatakan bahwa catatan hasil lab 27.000 tersebut ada di Manajemen Omni. Maka saya desak untuk bertemu langsung dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut.
Saya mengajukan komplain tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh Og(Customer Service Coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam tanda terima tersebut hanya ditulis saran bukan komplain. Saya benar-benar dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan staff Og yang tidak ada service-nya sama sekali ke customer melainkan seperti mencemooh tindakan saya meminta tanda terima pengajuan komplain tertulis.
Dalam kondisi sakit saya dan suami saya ketemu dengan Manajemen. Atas nama Og (Customer Service Coordinator) dan dr G (Customer Service Manager) dan diminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian yang terjadi dengan saya.
Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan dari lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan 181.000. Makanya saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi thrombosit 181.000 saya masih bisa rawat jalan.
Tanggapan dr G yang katanya adalah penanggung jawab masalah komplain saya ini tidak profesional sama sekali. Tidak menanggapi komplain dengan baik. Dia mengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab 27.000 sesuai dr M informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara lab, Manajemen, dan dr H. Namun, tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke atas (Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam 4 sore.
Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi saya dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular. Menurut analisa ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan namun sudah parah karena sudah membengkak. Kalau kena orang dewasa laki-laki bisa terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista.
Saya lemas mendengarnya dan benar-benar marah dengan RS Omni yang telah membohongi saya dengan analisa sakit demam berdarah dan sudah diberikan suntikan macam-macam dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak napas. Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan memang saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak napas.
Suami saya datang kembali ke RS Omni menagih surat hasil lab 27.000 tersebut namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan meminta diberikan waktu besok pagi datang langsung ke rumah saya. Keesokan paginya saya tunggu kabar orang rumah sampai jam 12 siang belum ada orang yang datang dari Omni memberikan surat tersebut.
Saya telepon dr G sebagai penanggung jawab kompain dan diberikan keterangan bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah saya. Namun, sampai jam 4 sore saya tunggu dan ternyata belum ada juga yang datang ke rumah saya. Kembali saya telepon dr G dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim dan ada tanda terima atas nama Rukiah.
Ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali. Di rumah saya tidak ada nama Rukiah. Saya minta disebutkan alamat jelas saya dan mencari datanya sulit sekali dan membutuhkan waktu yang lama. LOgkanya dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surat tertujunya ke mana kan? Makanya saya sebut Manajemen Omni pembohon besar semua. Hati-hati dengan permainan mereka yang mempermainkan nyawa orang.
Terutama dr G dan Og, tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanan customer, tidak sesuai dengan standard international yang RS ini cantum.
Saya bilang ke dr G, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebut dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis saja dan pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami.
Pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maaf atas ketidaknyamanan kami dan tidak disebutkan mengenai kesalahan lab awal yang menyebutkan 27.000 dan dilakukan revisi 181.000 dan diberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk dari sebelum masuk ke RS Omni.
Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? Karena saya ingin tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif saja supaya RS Omni mendapatkan pasien rawat inap.
Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan janji maka sebenarnya adalah hasil lab saya 27.000 adalah fiktif dan yang sebenarnya saya tidak perlu rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesak napas dan kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung tertangani dengan baik.
Saya dirugikan secara kesehatan. Mungkin dikarenakan biaya RS ini dengan asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya semaksimal mungkin. Tapi, RS ini tidak memperdulikan efek dari keserakahan ini.
Sdr Og menyarankan saya bertemu dengan direktur operasional RS Omni (dr B). Namun, saya dan suami saya sudah terlalu lelah mengikuti permainan kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan dirawat di RS lain.
Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang selaput atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya tidak jelas dan apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini membutuhkan waktu yang cukup untuk menyembuhkan.
Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing-masing. Benar. Tapi, apabila nyawa manusia dipermainkan oleh sebuah RS yang dipercaya untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh mengecewakan.
Semoga Allah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni supaya diingatkan kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang tua yang tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan medis. Mudah-mudahan tidak terjadi seperti yang saya alami di RS Omni ini.
Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah karyawan atau dokter atau Manajemen RS Omni. Tolong sampaikan ke dr G, dr H, dr M, dan Og bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demi perusahaan Anda. Saya informasikan juga dr H praktek di RSCM juga. Saya tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dari dokter ini.
Salam,
Prita Mulyasari
Alam Sutera
prita.mulyasari@yahoo.com
081513100600