Sujud di mihrab, istighfar di penghujung malam, dan air mata munajat merupakan ciri khas orang-orang mukmin.
Jika ahli dunia mengira, bahwa surganya terletak pada materi, wanita, dan gedung yang mewah, maka sesungguhnya surga orang mukmin terletak pada mihrabnya.
Meneladani Siroh Nabawiyah (perjalanan hidup Nabi) Rasululloh saw., kita akan menemukan beberapa tahapan dalam perjalanan da'wah beliau.
Salah satu literatur yang sangat baik menjelaskan hal ini adalah buku karangan Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban, berjudul "Manhaj Haraki, Strategi Pergerakan dan Perjuangan Politik dalam Sirah Nabi saw." Yang akan dipaparkan di sini adalah salah satu karakteristik pada periode kedua--jahriyatud da'wah wa sirriyatut tandzim--"Berda'wah secara Terang-terangan dan Merahasiakan Struktur Organisasi", yaitu Menekankan Aspek Spiritual.
Pada tahapan pembinaan, tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya dalam jiwa, selain daripada menekankan ibadah, ketaatan, dan amalan-amalan sunnah. Ibadahlah yang menghubungkan hati dengan Alloh, meneguhkan jiwa dalam menghadapi segala penderitaan, lulus menghadapi fitnah, dan teguh di atas jalan kebenaran.
Ia adalah tahapan ibadah, tabattul, qiyamul lail...
Al-Bazzar meriwayatkan dari Muhammad bin Aqil bin Jabir, ia berkata, "Quraisy bermusyawarah di Darun Nadwah. Berkatalah sebagian mereka, 'Berilah nama kepada orang ini (Nabi saw.) dengan suatu nama yang akan menghalangi orang darinya.'
Sebagian mereka berkata, 'Tukang ramal.' Sebagian yang lain menjawab, 'Dia bukan tukang ramal.'
Yang lain berkata, 'Orang gila.' Sekelompok yang lain menukas, 'Dia bukan orang gila.'
Sebagian mereka berkata, 'Tukang sihir.' Sebagian yang lain membantah, 'Dia bukan tukang sihir.'
Kemudian orang-orang musyrik itu bubar dalam keadaan demikian. Mendengar peristiwa ini, Nabi saw. langsung berselimut dan berkemul dalam pakaiannya. Kemudian Jibril datang kepada beliau dan berseru, 'Wahai orang-orang yang berselimut, wahai orang-orang yang berkemul...!'" --Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al-Muzammil, III/562
Imam Ahmad meriwayatkan perkataan Aisyah radhiyallahu 'anha, "Sesungguhnya Alloh mewajibkan qiyamul lail pada awal surat ini. Kemudian Rasulullah saw. dan para sahabatnya melaksanakannya selama satu tahun sampai kaki-kaki mereka bengkak. Alloh menahan penutup surat itu di langit selama dua belas bulan, kemudian Alloh menurunkan keringanan di akhir surat sehingga qiyamul lail menjadi sunnah setelah diwajibkan." --Ibid., III/564
"Hai orang-orang yang berselimut, bangunlah (untuk sholat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya), (Yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan, bacalah al-qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya, Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya, bangun di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya, kamu pada waktu siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak)" (al-Muzammil [73]: 1-7)
Seluruh malam kecuali sedikit darinya harus dipergunakan untuk qiyamul lail.
Qiyamul lail itu sendiri bukanlah sasaran dan bukan pula hukuman Alloh terhadap hamba-Nya, tetapi merupakan tarbiyah imaniyah 'pembinaan keimanan' untuk mewujudkan hubungan yang kuat dengan Alloh. Ia adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Sarana untuk dzikrullah, tabattul, dan tawakkal kepada-Nya.
"Sebutlah nama Rabbmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. dialah Rabb masyrik dan maghrib, tiada ilah melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung" (al-Muzammil [72]: 8-9)
Dzikrullah, tabattul, tawakkal, dan ibadah kepada-Nya adalah senjata satu-satunya dalam pertarungan. Ialah yang membekali kaum mu'minin dengan kesabaran dalam menghadapi cobaan, penyiksaan, dan penghinaan. Ialah senjata satu-satunya dalam periode ini, periode yang tidak membolehkan konfrontasi langsung.
"Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan, dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan, dan beri tangguhlah mereka barang sebentar" (al-Muzammil [73]: 10-11)
***
Para penyeru di jalan Alloh sangat memerlukan senjata ini, dalam menjalankan tugas da'wah yang selalu menghadapi berbagai rintangan dan gangguan. Jika pada tahapan seperti ini gerakan Islam tidak memperhatikan aspek ibadah, aspek ruhiyah, qiyamul lail yang rutin dan berkesinambungan, dan dauroh-dauroh secara berulang-ulang untuk "hidup terus", pasti akan menyaksikan para prajuritnya berjatuhan satu demi satu dan rontok oleh benturan tribulasi.
Perlu diingat, qiyamul lail hanya menjadi sekedar teori yang tidak dapat diaplikasi, apabila simpanan hafalan al-qur'an para ikhwah da'iyah sangat minim. Sebab, ikhwah yang tidak memiliki hafalan al-Qur'an, kecuali beberapa ayat, akan terpaksa mengulang-ulang ayat tersebut di dalam shalatnya. lantas bagaimana ia akan melaksanakan qiyamul lail? Bagaimana hatinya akan tergerak dengan khusyu'? Bagaimana ia akan merasakan lezatnya taat dan ibadah jika kelezatan al-Qur'an tidak terintegrasi dalam hatinya, serta memenuhi kehidupan, ruh, pendengaran, dan penglihatannya? Sampai "cahaya" al-Qur'an memancar dengan deras dari hatinya?
***
Pada masa-masa sekarang ini, qiyamul lail di kalangan para pemuda dan aktivis Islam menjadi acara bulanan, musiman, atau tahunan. Itu pun berjalan denga surat-surat pendek. Sesungguhnya manhaj tarbiyah yang harus diterapkan pada para pemuda di tingkat permulaan adalah manhaj Qur'ani sebagaimana kami sebutkan di atas. Tidaklah cukup al-Qur'an ini hanya dijadikan sebagai pokok pangkal manhaj secara keseluruhan dan tsaqafah (pengetahuan) yang disajikan kepada para ikhwah. Tetapi di samping itu, hafalan al-Qur'an juga harus dijadikan sebagai sasaran utama di antara sasaran manhaj, terutama bagi ikhwan dan akhwat yang masih muda dan memiliki kemampuan hafalan secara baik.
Manhaj tarbiyah harokiyah yang dibuat oleh jama'ah harus berhasil membuat para pemuda hapal banyak dari ayat-ayat al-Qur'an tatkala mereka memasuki usia dua puluh tahun, sehingga menjadi bekalnya dalam ketaatan, gerakan, tahajjud, dan ibadah. Pada saat itu, ia akan merasakan lezatnya ibadah, taat, dan qiyamul lail, menikmati lezatnya dzikir dan tawakkal.
Selain itu, manhaj tarbiyah pada tahapan ini juga harus menekankan dzikrullah, tahlil (membaca laa ilaaha il), takbir, tahmid, tasbih, shalawat kepada Nabi saw., membaca wirid yang ma'tsur dan dzikir-dzikir secara mutlak, berkesinambungan, siang dan malam.
***
Sesungguhnya pemuda muslim yang menjalani masa mudanya dengan tekun beribadah dan taat, rutin, dan kontinu untuk membaca al-Qur'an; kedua kakinya letih karena qiyamul lail, dzikrullah di tempat sunyi hingga kedua matanya meneteskan air mata, hatinya selalu terpaut dengan masjid, selalu membasahi bibirnya dengan adzkar dan ayat-ayat al-Qur'an siang dan malam, hati, dan pikirannya dibentuk oleh al-Qur'an, adalah pemuda ideal yang harus diwujudkan oleh gerakan Islam. Jika masalah ini tidak mendapatkan perhatian yang memadai, maka akan mengakibatkan bangunan menjadi rapuh dan rontok oleh pukulan-pukulan pertama para thaghut.
Itulah manhajul bina' 'sistem pembinaan' pertama melalui surat al-Muzammil. Panasnya konfrontasi dengan para thaghut akan mencair di hadapan kehangatan ibadah dan tabattul kepada Alloh, serta keyakinan akan pertolongan Alloh dan pembalasan-Nya kepada orang-orang kafir.
Penyair Iqbal menuturkan pengalamannya dalam bait-bait syair berikut:
Aku menangis manakala malam hari menurunkan tirai kegelapannya, dan manusia lelap dalam tidurnya, sedang air mataku bercucuran dengan derasnya.
Jiwaku terbakar oleh kesedihan dan kepedihan, dan kalimat yang menghiburku dalam kegelapan malam adalah 'Ya Qayyum'.
Aku bagaikan lilin, aku bermandikan air mata, di kegelapan malam aku nyalakan pelitaku.
Leramaian orang-orang adalah berkat cahayaku yang meneranginya, aku pancarkan cahayaku (buat mereka), sedang diriku sendiri terbakar.
--Diwanul Asrar war Rumuuz, hlm. 79
Sesungguhnya peran da'wah Islam di masa sekarang, tidak akan meraih keberhasilannya sebelum para da'inya menyalakan pelita mereka di malam hari. Cahaya da'wahnya tidak akan mampu mengusir kegelapan jahiliyah abad dua puluh satu selama pengembannya tidak menjadikan 'Yaa Qayyuum' sebagai wirid mereka
Kami katakan hal ini bukan untuk pertama kalinya, melainkan sebagai petikan dari wasiat (pesan) Imam al-Banna ketika berbicara di hadapan pada da'i. Beliau mengatakan:
"Detik-detik malam hari itu sangat berharga, maka janganlah kamu menyia-nyiakan dengan kelalaian."
Sesungguhnya pembelaan terhadap da'wah bukan dengan cara menebarkan banyak kalimat yang melembutkan hati, akan tetapi dengan mengumandangkan seruan nasihat untuk kembali kepada tradisi ulama terdahulu (salaf). Manakala hati telah menjadi bersih berkat taubat, dan himbauan ini telah terdengar oleh orang yang menaatinya, maka akan terpecahkanlah kesulitan masa sekarang akibat kelalaian yang berkepanjangan.
Wallahu a'lam.
Maraji':
Muhammad Ahmad ar-Rasyid, Pelembut Hati (Ar-Raqa'iq), Robbani Press, 2003
Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban, Manhaj Haraki, Strategi Pergerakan dan Perjuangan Politik dalam Sirah Nabi saw, Robbani Press, Agustus 2003
--menyambut Munas PKS 27-31 Juli 2005 di Jakarta
PROFIL KADER PKS 2009:
(1) Kokoh dan Mandiri
(2) Dinamis, kreatif, dan inovatif
(3) Spesialis yang berwawasan global
(4) Murobbi produktif
(5) Mahir beramal jama'i
(6) Pelopor pengubahan
(7) Kepemimpinan masyarakat