Senin, 31 Desember 2012

Sosok di Balik Jas Putih

"Kuliah saya tidak menarik ya?" suara dr. Faris yang nyaring tiba-tiba mengubah keadaan kelas yang awalnya ramai seperti di pasar menjadi sepi.

"Saya tanya sekali lagi, kuliah saya tidak menarik ya?" kali ini suara dr. Faris semakin keras hingga membangunkan Arif teman sejawatku yang sedang tertidur pulas di pojok belakang barisan. Sedangkan teman sejawatku yang sedang asyik lesehan di belakang kelas bermain poker langsung panik membubarkan diri seperti digrebek oleh satpol PP dan merangkak diam-diam menuju kursi kosong di daerah belakang.

Kami hanya terdiam saja, tidak ada yang berani menjawab pertanyaan dari dr. Faris. Karena dalam keadaan seperti ini tentu jawaban apapun yang akan kami keluarkan hanya akan memperburuk keadaan. Well, terkadang diam itu lebih baik dibandingkan berbicara yang tidak bertujuan.

"Iya, saya tau materi yang saya beri ini membosankan. Tapi ini penting bagi kalian, jadi tolong hargai saya menjelaskan ke kalian." lanjut dr. Faris. Sesaat kemudian dr. Faris menarik nafas panjang yang terdengar jelas olehku dibelakang kelas karena  suasana kelas yang sangat sunyi. 

"Ya sudah begini saja, slide kuliahnya saya copy-kan. Kalian pelajari sendiri ya di rumah. Kuliah hari ini saya akhiri. Terima kasih."

Kami semua hanya dapat melongo dan bingung hendak berbuat apa ketika melihat dr. Faris mengemasi barangnya dan meninggalkan kelas. Selama ini kami mengenal dr. Faris sebagai sosok dosen yang sabar dan cenderung tidak peduli dengan mahasiswanya. Pemandangan mahasiswa mengejar mimpi (tidur) di kelas dan bermain FIFA 13 sering aku lihat ketika beliau mengajar.

"Aneh ya dokternya, gak kaya biasanya. Sensi banget." celetuk Nia yang duduk disebelahku.

"Eh, kuliahnya udah selesai ya? HOREEEEE PULANG CEPATT!!!" teriak Arif yang masih setengah sadar. Kami hanya bisa geleng-geleng kepala dan berniat menenggelamkannya di kolam formalin.

***

Minggu pagi, tidak seperti biasanya aku sudah terbangun di pagi hari. Aku ditugaskan untuk menghadiri acara sunatan massal yang diadakan oleh salah satu organisasi di kampusku. Acara tersebut digelar di kantor lurah daerah yang cukup jauh dari kota aku tinggal.

Anak-anak terlihat berlari riang gembira di sekitar halaman kantor lurah, sepertinya mereka belum tau bahwa titit-nya akan "dieksekusi" sebentar lagi. Mendadak aku teringat saat aku kelas 5 SD, aku dijanjikan akan dibelikan CD PS 1 Crash Bandicoot oleh ayahku jika menurut untuk disunat.

"Gak sakit ko. Serius!" kata ayah berusaha meyakinkanku.

Aku hanya terdiam dan ragu-ragu.

"Nanti ayah belikan kaset PS 1 deh. Gimana? Mau ya!"

"OKE DEAL!!!" jawabku dengan penuh semangat. Dan sekarang aku menyesal, harga sebongkah preputium-ku hanya seharga 1 buah kaset PS 1. Seharusnya aku menaruhnya seharga 5 kaset PS 1. Ah, masa lalu.

Kembali ke acara sunatan massal, para anak-anak sudah semakin terkumpul sehingga keadaan kantor lurah tersebut terlihat seperti acara ulang tahun dibanding acara sunat-menyunat. Dan dari kejauhan aku melihat ada dr. Faris turun dari motornya. Seperti biasa, beliau tetap terlihat sederhana walaupun beliau seorang dokter spesialis yang hebat, bahkan beliau tetap aktif di kegiatan-kegiatan bakti sosial. Sungguh sebuah cerminan sifat dokter yang baik.

Tak lama setelah sambutan-sambutan dan rentetan acara pembukaan, akhirnya saat yang dinanti tiba. Aku cukup bersemangat karena ini pertama kalinya aku akan melakukan sirkumsisi secara langsung ke manusia. Aku dan teman-temanku akan bertindak sebagai asisten dari dokter yang akan mensirkumsisi. Kami semua langsung bersiap-siap memasuki ruangan kerja yang disulap menjadi tempat sunat untuk menyiapkan perlengakapan yang dibutuhkan terlebih dahulu.

BRAK!!!!
Tiba-tiba terdengar suara keras berasal dari ranjang disebelahku. Rupanya suara tersebut dari temanku Arif yang menaruh setumpuk bukunya diatas meja.

"Rif, buat apa kamu bawa buku pelajaran banyak-banyak gitu? Mau nyunat apa mau mendongeng?" tanyaku meledek.

"Gini, aku baru pertama nyunat ke manusia langsung. Takutnya salah-salah atau ada komplikasi, jadi bawa buku deh."

Tidak terbayang olehku bagaimana ekspresi anak yang akan disunat oleh Arif. Bayangkan saja jika kalian akan disunat oleh dokter, dan dokter tersebut melakukan tekhnik sunat sambil membaca buku "Sunat for Dummies", terlebih jika tiba-tiba dokternya berteriak "Astaga! Checklist yang sebelumnya ketinggalan! AKU REMEDIALLL!!!".

"Tenang Rif, gak apa ko. Kan kita jadi asisten dokternya juga. Jadi nanti dibimbing sama dokternya." jawabku berusaha menenangkan.

"Oh, jadi asisten aja ya? Aku pikir kita sendiri yang berperang dengan tititnya langsung! Bagus deh." ucap Arif terlihat cengengesan.

Rombongan dokter-dokter memasuki ruangan kami dan menempati tempatnya masing-masing. Dan tidak disangka aku akan mengasisteni dr. Faris, seorang dokter yang memang aku kagumi sifatnya.Beliau terlihat begitu bersahaja dengan jas putih kebanggaannya yang sering ia pakai walaupun agak lecek, bahkan ketika mengajar kami di kelas, beliau tetap memakai jas putihnya.

"Kamu sudah belajar tekhnik sirkumsisi kan di kuliah?" tanya dr. Faris kepadaku.

"I....iya dok sudah." jawabku gugup.

"Bagus deh, nanti coba kamu lakukan langsung ya ke pasiennya. Saya mau melihat hasil pembelajaran kamu."

*DEG!* seketika jantungku terasa berhenti berdetak. Ingatanku yang sebelumnya sudah hapal dengan checklist tindakan sirkumsisi tiba-tiba saja menguap.

"Pertama anamnesis...... Lalu...." entah mengapa otakku tidak dapat diajak kompromi ketika berhadapan langsung dengan situasi seperti ini. Yang terlintas di kepalaku saat itu adalah brewok Rhoma Irama.

"Kenapa? Kamu lupa ya sama langkah-langkahnya?" tanya dr. Faris melihat ekspresiku yang bengong.

"Eh... iya dok maaf."

"Ya sudah, nanti biar saya contohkan dulu supaya kamu paham. Setelah itu baru kamu yang melakukan tindakan."

"Iya dok siap!" jawabku lega.

Setelah briefing sikat dengan dr. Faris, pasien pertama kami datang. Seorang anak laki-laki yang cukup gemuk dan pipinya terlihat seperti bakpau ditemani oleh ayahnya. Ia menangis sangat keras hingga memekakkan telinga semua orang yang ada di dalam ruangan.

"GAK MAUUUUUU!!! POKONYA GAK MAUUU!!! AAAAA$@$^&^%&#!!!" teriak anak itu seperti kesetanan. Aku hanya dapat mengelus dada dan berdzikir, karena ketika belajar skill sirkumsisi sebelumnya tidak ada dijelaskan cara menenangkan anak yang kesetanan arwah penyanyi metal.

"Halo adek." dr. Faris duduk sehingga posisinya sekarang sejajar dengan kepala anak itu. "Namanya siapa? Kenalin, nama om Faris."

"HEH  AMIN! DIEM TUH DIAJAKIN OM DOKTER NGOBROL!" bentak bapak itu ke anaknya.

"GAKKKK!!!! GAK PENGEN DISUNATT!!!!!!!"  teriak anak itu semakin keras berteriak.

"Adek, coba dengerin om dulu ya." ucap dr. Faris dengan tenang sambil mengusap kepala anak tersebut. "Adek nanti om kasih obat supaya gak sakit waktu disunat. Sakitnya cuman waktu diawal-awal aja ko. Itu juga cuman kaya dicubit."

Anak tersebut mulai tenang "Tapi om janji ya jangan sakit?"

"Iya dek beneran, sini kelingkingnya kita bikin janji."

Aku terkejut menyaksikan pemandangan itu. Seorang dr. Faris yang dimataku tipe orang cuek ternyata bisa berubah menjadi sosok teman bagi anak tersebut. Pendekatannya yang aneh tapi terbukti sangat ampuh untuk membujuk anak itu mau disirkumsisi.

Setelah proses anamnesis singkat dengan orang tua anak dan persiapan, dr. Faris menyuntikkan obat anastesi ke anak tersebut.

"ADAOOWWWWWW!!!! SAKITTT!!!!! INI SIH DICUBIT RATU LEBAH NAMANYA!!!" teriak anak itu kesakitan. Aku dan orang tua anak itu sibuk memegangi tubuhnya yang besar seperti Hulk agar tetap tenang.

"Sabar ya dek, habis ini gak sakit ko. Serius." jawab dr.Faris.

Anak tersebut yang awalnya sangat rewel akhirnya berhasil ditaklukkan agar tenang setelah obat tersebut bekerja, sehingga memudahkan proses sirkumsisi yang kami lakukan. Sepanjang prosedur sirkumsisi dr. Faris banyak memberikanku kesempatan untuk melakukan yang telah ia contohkan sambil tetap mengawasiku. Alhasil sunatan pertama yang aku kerjakan hasilnya cukup rapi untuk level seorang pemula. Ingin rasanya preputium anak tersebut aku simpan dan bingkai di kamar sebagai kenang-kenangan sirkumsisi pertamaku.

Setelah pasien demi pasien kami sunat, akhirnya daftar pasien yang disunat habis juga. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Agenda selanjutnya adalah makan siang, kebetulan para mahasiswa dan dokter yang bertugas makan bersama dalam 1 ruangan.

"Kamu mahasiswa angkatan yang kemarin saya ajar ya?" tanya dr. Faris memulai pembicaraan.

"Iya dok." jawabku

"Maaf ya, kemarin saya sempat marah."

*hening*

"Iya enggak apa dok. Lagipula kemarin kami juga salah dok, suasana kelasnya memang agak lebih ribut dari biasanya." jawabku seadanya.

"Padahal sebelumnya saya jarang marah, tapi kemarin banyak masalah yang menumpuk. Mulai dari anak saya yang sedang di opname, ditambah ada pasien saya yang keluarganya sangat rewel."

Aku terdiam mendengar ucapan dr. Faris. Tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya bahwa dokter juga manusia yang tidak luput dari masalah. Banyak orang yang menilai seorang dokter hanya dari jas putihnya saja, tanpa mengetahui keadaan "tubuh" dari dokter tsb dibalik jasnya. Terkadang kita sering menuntut kesempurnaan dari seorang dokter, tapi kita sering terlupa bahwa dokter juga manusia biasa. 

Tiba-tiba terbesit pertanyaan di kepalaku, apa yang membuat seorang dokter seperti dr. Faris bisa tetap bertahan dengan keadaan seperti ini. 

Setelah makan bersama, kami semua bergegas pulang, dan tanpa diduga di tempat parkir si Amin, anak pertama yang aku dan dr. Faris sirkumsisi menunggu dengan ayahnya.

"Min, tuh om dokter yang nyunat kamu tadi, bilang apa sama om?" ucap sang ayah dengan logatnya yang khas.

"Ini om dokter, ada hadiah." anak itu mengulurkan tangannya yang membawa kotak berukuran sedang berwarna merah.

"Makasih ya om dokter. Doain Amin klo besar juga bisa jadi dokter juga!"

Dr. Faris tersenyum, ia menerima hadiah dari anak itu dan bergegas pergi. Dan sepertinya pertanyaanku terjawab sudah, kebahagiaan seorang pasien yang ditangani adalah suntikkan semangat bagi seorang dokter.

Sabtu, 29 Desember 2012

Tips Menjaga Kesehatan Ibu Hamil

Kesehatan seorang ibu yang sedang menjalani kehamilan adalah salah satu faktor terpenting yang harus dijaga dan dipelihara selama kehamilan dimulai dari awal kehamilan sampai dengan proses persalinannya nanti. Karena dari sebuah kehamilan sehat diharapkan akan lahir generasi-generasi penerus bangsa yang sehat dan cerdas pula serta pula generasi yang berakhlak baik. Proses kehamilan akan membuat ibu akan semakin rentan terhadap gangguan kesehatan baik bagi sang ibu atau sang janin. Dan bila ibu hamil mengalami gangguan kesehatan maka hal ini akan sedikit banyak berpengaruh pula pada kesehatan janin yang ada dalam kandungannya.

Cara Tips Menjaga Kesehatan Ibu Hamil

Pengetahuan yang baik mengenai bagaimana cara menjaga kesehatan ibu hamil wajib diketahui oleh para ibu yang hamil demi untuk kesehatan ibu hamil itu sendiri atau pun bagi kesehatan janin. Setelah kemarin kita mengetahui akan beberapa penyebab kematian ibu hamil yang perlu kita waspadai bersama maka kali ini kita akan belajar bersama mengenai cara sehat menjaga ibu hamil agar senantiasa terjaga kesehatannya dengan lebih baik dan akan bisa juga menurunkan angka kematian ibu hamil.

Berikut tips menjaga kesehatan ibu hamil selama dalam proses kehamilan dan juga setelah melahirkan yang perlu menjadi perhatian bagi kita semuanya :
  1. Memperhatikan Nutrisi Gizi Ibu Hamil. Nutrisi yang sehat dan bergizi bagi seorang ibu hamil adalah hal yang pertama menjadi perhatian kita. Karena pasokan gizi yang baik dan sehat akan sangat berpengaruh kepada ibu hamil sendiri dan juga kesehatan sang janin. Kita harus bisa mengupayakan konsumsi ibu selalu bisa memenuhi kriteris empat sehat lima sempurna serta juga gizi yang seimbang. Karena hal ini juga bisa menjadi cara yang efektif untuk mencegah kematian ibu hamil yang disebabkan karena adanya anemia, atau pun perdarahan pasca melahirkan.
  2. Menjaga Kebersihan Lingkungan Ibu Hamil. Kita tahu bahwasannya lingkungan akan sangat berpengaruh dalam hal kesehatan termasuk juga dalam masa kehamilan ini. Lingkungan yang kurang sehat akan bisa menjadi sarang berbagai macam bakteri serta virus yang bisa menjadi salah satu penyebab infeksi komplikasi. Untuk itu memilih tempat pelayanan kesehatan pada saat melahirkan juga perlu menjadi perhatian bagi sang ayah ketika akan menentukan tempat bersalin istrinya nanti.
  3. Mengenali Tanda Bahaya Kehamilan dan Persalinan. Walaupun kita bukan orang-orang yang bergerak dalam bidang kesehatan, tanda ciri bahaya kehamilan persalinan juga perlu diketahui walau mungkin hanya pengetahuan dasarnya saja. Karena hal ini akan sangat menunjang dalam hal memelihara kesehatan seorang ibu hamil. Bagi sahabat-sahabat yang ingin mengetahui akan tanda bahaya kehamilan bisa membacanya di sini yaitu di kehamilan resiko tinggi.
  4. Melakukan Vaksinasi Dalam Masa Kehamilan. Bagi para calon pengantin hal ini juga dilakukan karena merupakan salah satu syarat untuk membuat surat pengajuan pernikahan bagi para pasangan yang akan melangsungkan pernikahan. Dan vaksinasi ini adalah vaksinasi tetanus. Dan vaksinasi itu juga diteruskan pada saat kehamilan. Manfaat imunisasi khususnya imunisasi ibu hamil ini adalah melindungi dari terinfeksi penyakit yang mematikan dan juga infeksi yang bisa memberikan pengaruh buruk pada ibu dan janin.
  5. Pemeriksaan Kesehatan Kehamilan Secara Rutin. Tujuan pemeriksaan ibu hamil adalah untuk bisa mengawasi pada saat-saat proses kehamilan berlangsung sampai dengan masa persalinannya nanti. Dan juga mendeteksi secara lebih awal kemungkinan buruk yang bisa terjadi selama proses tersebut berjalan sehingga dengan adanya deteksi awal ini akan bisa dilakukan pengobatan dan perawatan yang tepat dari tim kesehatan yang ada.
Demikian tadi beberapa hal yang bisa dilakukan baik oleh ibu dan ayah serta keluarga untuk bisa menjaga kesehatan seorang ibu hamil sehingga proses kehamilannya bisa berjalan dengan baik serta sehat dan juga persalinannya pun bisa berjalan dengan lancar.

Selasa, 25 Desember 2012

Arti Persahabatan

Mengenal akan arti sebuah persahabatan telah saya dapatkan belakangan ini. Memahami dan mengerti akan arti persahabatan dan makna persahabatan yang terkandung didalamnya justru saya dapatkan ketika mengikuti sebuah kontes SEO yang bertajuk iPhone 5 Gadget Impian. Memahami akan makna saling membantu dan juga bekerjasama dalam meraih sebuah impian.

Dalam kehidupan kita sehari-hari kita mungkin mengerti akan arti sahabat, tetapi tidak selalu memahami makna sesungguhnya dalam sebuah persahabatan. Banyak yang mengartikan akan makna sebuah persahabatan. Diantara salah satu pengertian sahabat adalah seseorang teman dalam suka dan duka, ada juga yang mengartikan persahabatan adalah sebuah hubungan yang melalui sebuah proses sehingga masing-masing mengetahui akan kelebihan serta kekurangannya dan satu sama lainnya saling mengisi dan memberi.

Arti Makna Persahabatan

Demikian pula dalam kontes yang diselenggarakan oleh sahabat denaihati, dengan kontesnya yang berjudul iPhone 5 Gadget Impian. Sepanjang pengetahuan saya yang masih awam kalau lomba kontes SEO adalah tujuan UTAMA nya adalah mendapatkan posisi pertama di halaman pencarian goggle.com dan dialah yang akan menjadi juaranya.

Namun satu hal yang menarik adalah bahwasannya tugas-tugas dalam meraih impian hadiah berupa Iphone 5 ini tidak hanya masalah SEO saja. Tetapi ada tugasan berikutnya yaitu yang berupa pengumpulan G+1 dalam artikelnya serta tugasan yang terakhir yaitu mengumpulkan undian yang paling banyak untuk masing-masing blog. Undian ini juga masing-masing pada saat mengundi tidak satu blog pilihan saja tetapi ada 3 blog sekaligus. Sehingga bila peserta kontes mengundi maka dia juga harus mengundi peserta lainnya pula. Karena itu dia harus berbagi 2 undiannya kepada sahabat blogger lainnya. Bukannya hal ini juga termasuk dalam keindahan dan hikmah memberi dan berbagi. Tidak bisa egois hanya undi blog pilihannya saja, tetapi berbagi dengan 2 blog lainnya,

Untuk tugasan-tugasan berikutnya selain dari unsur SEO, G+1 serta vote tentunya akan membutuhkan banyak dukungan. Baik dukungan dari peserta kontes itu sendiri atau pun dari sahabat-sahabat blogger lainnya. Dan ini pun pastinya keseluruhan peserta tidak bisa berjalan sendiri-sendiri dan harus saling bekerjasa sama. Nah dalam menjalankan kerjasama inilah akan nampak semangat kebersamaan, semangat saling berbagi, semangat saling membantu walaupun dalam satu tujuan yaitu mendapatkan hadiah Iphone 5 untuk blogger.

Makna silaturahmi antar sahabat-sahabat blogger pun terlihat sekali. Saling memberikan dukungan, saling memberikan vote. Selain itu belajar kepada sahabat-sahabat blogger baik dari Indonesia dan Malaysia yang senior dalam masalah SEO pun saya dapatkan pula. Dan mereka yang mahir, pandai dalam dunia blogging tidak segan untuk berbagi ilmunya kepada kita-kita yang sedang banyak belajar. Saling mengenal akan karakter masing-masing sahabat blogger dalam bentuk tulisan dan juga tiap-tiap postingannya.

Kepada sahabat-sahabat peserta kontes lanjutkan perjuangan kita, impian kita untuk mendapatkan iPhone 5 ini. Mari kita jalankan DUIT ( Doa, Usaha, Ikhlas, Tawakkal). Doa adalah kewajiban kita sebagai makhluk Allah yang mempunyai keinginan dan impian. Usaha adalah jalan kedua. Sungguh sombong manusia bila dia berusaha tanpa diiringi doa, dan juga kurang bijak bila hanya berdoa tanpa usaha. Ikhlas dalam segala sesuatu baik itu dikala memberikan bantuan dan pertolongan atau pun dalam hal menerima. Tawakkal adalah ciri manusia yang beriman. Bila kita telah menempuh segala usaha dan hasil dari usaha kita tersebut kita pasrahkan serahkan semuanya kepada Allah Ta'ala.

Siapapun yang mendapatkan rejeki hadiah Iphone 5 itu adalah sahabat kita. Kita harus mengucapkan selamat nantinya bila sahabat Denaihati mengumumkan pemenangnya kepada 5 sahabat blogger yang berhasil meraih impian iPhone 5 itu. Tersenyum dan ikut merasakan kebahagiaan sahabat yang diberikan rejeki oleh Allah lewat kebaikan dan semangat denaihati dengan "HIDUPKAN UNTUK MEMBERI". Dan belajar dari pengalaman kontes ini dan memperbaikinya di masa mendatang.

Point penting nya adalah semangat KEBERSAMAAN, semangat PERSAHABATAN, semangat SALING MEMBANTU dan BEKERJASAMA, semangat SALING BERBAGI nantinya tidak akan berakhir hingga kontes ini ditutup. Akan tetapi berlanjut terus kedepannya dan dimasa mendatang. Saling berbagi ilmu dan juga pengetahuan-pengetahuan yang bermanfaat.

Senin, 24 Desember 2012

dr. Teddy OH Prasetyono, SpBP(K)

dr. Teddy OH Prasetyono
“Peran bedah plastik rekonstruksi di dunia kesehatan sangat besar. Terutama untuk mengembalikan kepercayaan pasien, seperti dalam kasus pengangkatan payudara,” ujar dr. Teddy OH Prasetyono, SpBP(K), ahli bedah plastik dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Menurutnya, banyak pasien atau keluarga dekatnya yang kurang memperhatikan peran pengembalian fungsi atau bentuk secara estetik; dalam hal ini bedah rekonstruksi.
“Masih sedikit yang menyadari bahwa ketika payudara diangkat karena tumor atau kanker, jinak mau pun ganas, baru kemudian memperhatikan masalah psikologis pasien,” ujarnya.
Berdasar pengalamannya, hanya mereka yang memiliki atau dengan riwayat pendidikan tinggi atau dokter yang mengalami kanker payudara yang kemudian melakukan bedah rekonstruksi untuk mengembalikan bentuk payudaranya. “Padahal, ini menyangkut kualitas hidup pasien.”
Banyak juga yang mengira bahwa implant payudara memiliki efek samping yang besar, ketika ditanamkan ke bagian tubuh kita. “Ini tidak benar, selama dilakukan dengan baik oleh dokter profesional yang berkompeten, implant payudara sangat aman,” ujarnya.
Setidaknya ada 2 jenis bahan implant yang digunakan, yaitu saline dan silicon gel. “Kedua bahan ini memiliki tingkat keamanan yang hampir sama. Sebagai dokter, bahan mana yang akan dipilih sepenuhnya diserahkan kepada pasien.”
Implant payudara menggunakan saline atau silicone gel, sudah disetujui oleh FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika). Biaya untuk pemasangan implant di Indonesia juga relatif rendah, jika dibandingkan dengan biaya di Amerika atau Eropa yang bisa mencapai Rp. 50-100 juta. “Di Indonesia hanya Rp 30-50 juta. Tergantung  rumah sakit dan dokter yang melakukan tindakan.” (ant)

dr. Pranawa, SpPD-KGH

dr. Pranawa
Ketika pasar bebas ASEAN dibuka tahun 2015, tak ada lagi penghalang untuk masuknya produk-produk ke Indonesia. Termasuk di industri kesehatan, dalam hal ini profesi medis. Dokter-dokter dari ASEAN akan menyerbu dan akan bersaing dengan dokter-dokter lokal.
“Kita bukannya takut bersaing. Masalahnya, mereka datang ke sini bukan untuk semata-mata meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia. Mereka mencari makan. Mereka jelas-jelas hanya mencari tempat strategis antara lain di Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang,” ujar dr. Pranawa, SpPD-KGH, dari FK Universitas Airlangga /RS Dr.  Soetomo, Surabaya.
Ia berharap, perhimpunan dapat membuat peraturan yang tegas mengenai regulasi ini. Ia tentunya dapat ikut berperan, karena duduk dalam kepengurusan. Ia baru saja diangkat sebagai Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian (MPPK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) periode 2013-2015.
Ayah 2 anak ini memang aktif di organisasi profesi. Ia pernah menjabat Ketua IDI Cabang Surabaya untuk 2 periode. Lalu menjadi Ketua IDI Jawa Timur dan menjabat Ketua PAPDI (Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) Cabang Surabaya, setidaknya untuk dua periode. Di PB PABDI Pusat, saat ini ia tercatat sebagai Ketua Bidang Organisasi.
Bagi kelahiran Madiun tahun 1950 ini, kritik terhadap profesi dokter dan kinerjanya adalah hal yang lumrah. Hal itu dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan atau akses kesehatan kepada masyarakat. Hanya saja, “Isu-isu keprofesian yang muncul perlu disikapi dengan baik, agar tidak menciptakan citra buruk dunia kedokteran.”
Profesi dokter memang profesi yang penuh tantangan. Itu karena yang ditangani bukan benda statis yang pasrah saja, ketika kita melakukan suatu tindakan. “Tidak seperti Insinyur yang mengerjakan benda satatis, seperti gedung atau bangunan. Bangunan hanya bisa diam pasrah saat dilakukan tindakan apa pun oleh sang insinyur,” ujarnya.
Ada pun dokter melayani sesama manusia, yang bisa marah, tersinggung atau kadang protes atas apa yang kita lakukan, karena dinilai tidak sesuai dengan keinginannya.(ant)

dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana SpPD

dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana
Seorang pasien diagnosis mengalamui stroke akibat penyakit hipertensi. “Masyarakat menganggap, pasien sakit karena ditempeleng setan,” ujar dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana SpPD, FINASIM. Kondisi perut yang menggembung, masyarakat menggagap itu sebagai “dimakan setan”. Padahal, pasien mengalami asites akibat penyakit hepatitis yang sudah lama tidak dilakukan pengobatan.
Itu dialaminya ketika PTT tahun 1991 di Puskesmas Pulau Wawoni, Kabupaten Konawe, Propinsi Sulawesi Tenggara. Masyarakat ketika itu masih sulit untuk bisa mendapat kesehatan yang layak. Dia adalah dokter pertama yang bertugas di  Wawoni, padahal Puskesmas ini sudah berdiri sejak tahun 1976. “Ketika saya datang untuk pertama kali, 90% masyarakat di sana selalu mengaitkan masalah kesehatan dengan hal-hal yang berbau mistik/magic.”
Ia berinisiatif untuk mengedukasi masyarakat secara perlahan. “Saya datangi rumah-rumah penduduk untuk memberi pengertian kepada mereka secara ilmiah, rasional dan dapat dipertanggung jawabkan,” ujarnya. Hasilnya cukup memuaskan. Masyarakat percaya pada pelayanan medis, dan mulai meninggalkan kebiasaan mengaitkan penyakit dengan mistis.
Setelah mengabdi sekitar 3 tahun di Puskesmas Wawoni, kehidupan dan akses untuk mendapat fasilitas kesehatan semakin membaik. Puskesmas ramai dan menjadi pusat pelayanan kesehatan di wilayah itu.
Pengalaman bertugas di pedalaman sangat berkesan. Itu karena, “Saya  menjadi dokter bukan karena ingin kaya. Masyarakat kita masih minim dalam hal pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan. Saya ingin melayani masyarakat.”
Dengan akan diberlakukannya sistem jaminan kesehatan secara nasional tahun 2014, ia berhadap pelayanan kesehatan bisa diberikan secara merata tanpa memandang strata atau wilayah. Ia juga berharap, di masyarakat tumbuh kesadaran untuk berobat lebih dini. “Jangan pasien datang ke dokter spesialis ketika penyakitnya sudah parah,” ujarnya.
Staf Bidang Humas, Publikasi dan Media, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia ini, berharap pemerintah mampu menyediakan fasiltas pendukung diganostik dan terapi yang merata di seluruh Indonesia.(ant)

dr. Syafrizal Abubakar, SpBS


dr. Syafrizal Abubakar

“Hobi saya ngebut,” ujar dr. Syafrizal Abubakar, SpBS. Mengenarai mobil Mercedes-Benz, “Saya tidak bermaksud untuk pamer atau biar terlihat menonjol. Saya hanya ingin menikmati saat berkendara, menikmati hasil perjuangan dan kerja keras.”
Sejak kelas 6 sekolah dasar, Syafrizal kecil sudah hobi mengendarai mobil. “Saya pake mobil papa,” ujarnya. Besar sedikit, ia biasa mengantar ayahnya yang dokter, ke rumah sakit tempatnya bekerja.
Kini, kalau tertarik pada mobil baru, ia akan langsung membeli. “Ini kadang membuat keluarga saya pusing,” ia tertawa. Baginya, mengendarai mobil mewah  memberi rasa nyaman dan aman. Di sisi lain, ada perasaan ingin balas dendam, karena semasa kuliah, “Papa hanya memberi saya sepeda ontel, sementara teman-teman saya sudah membawa mobi. Padahal, papa saya mampu.”
Ia bersyukur, berkat didikan ayahnya, ia bisa meraih kehidupan seperti sekarang ini. Sejak menjadi ahli bedah saraf, ia bisa setahun sekali ganti mobil, kemudian membeli Mercedes-Benz seri C 250. Alasannya, “Saat  studi di Jerman, tepatnya di Stutgart, pulang dari rumah sakit naik kereta api, saya selalu melewati dan melihat pabrik Mercedes-Benz.” 
Kalau sedang ngebut, ia merasa, “Seperti orgasme.” Dengan ngebut sekaligus ia bisa menghibur diri. Kapan ngebutnya? “Setiap saat.” Ngebut terutama dilakukan ketika ada panggilan untuk melakukan tindakan yang sifatnya emergency. “Menolong pasien merupakan hal yang utama buat saya. Saya harus bisa sampai ke rumah sakit secepat mungkin,” ujarnya.
Kecepatan mobil saat ngebut? “Paling 200 km/jam,” jawabnya enteng. Ini bisa dilakukan saat ke Bandung, karena ia menjadi dosen luar biasa di FK Unpad. Ia pernah beberapa kali hampir mengalami kecelakaan dan pernah diramalkan akan meninggal  karena ngebut oleh muridnya, seorang dokter dari India. Wajar bila istrinya selalu dibuat takut dengan hobynya itu. Tapi, “Saya tidak pernah percaya ramalan.”
Ia juga hoby main bola dan karate. Sempat mendalami bela diri kempo tapi tidak lama. Ia pengemar berat klub Manchester United. Pernah ke sana? “Ya, bareng keluarga.” Ia juga mengidolakan klub Barcelona. (ant)