Senin, 30 April 2012

Askep Ventilasi Mekanik

Askep Ventilasi Mekanik.Ventilasi mekanik adalah suatu alat yang dipergunakan dalam hal membantu sebagian ataupun seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi seorang pasien.Dan bagi rekan-rekan sejawat khususnya yang berdinas di Intensive Care sudah menjadi pekerjaan sehari-hari dalam melaksanakan askep ventilasi mekanik ini. Semoga nantinya yang akan dishare dalam Blog Keperawatan ini mengenai askep ventilasi mekanik ini akan bisa memberikan manfaat.

Sahabat semuanya agar bisa lebih memudahkan dalam hal mempelajari askep ventilasi mekanik ini bisa terlebih dahulu membaca tentang apa itu ventilasi mekanik dan juga mengenai macam dari ventilasi mekanik.Langsung saja sahabat ke dalam asuhan keperawatan atau askep ventilator ini.

askep ventilator, Blog Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul pada askep ventilator ini adalah :
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi ditandai dengan perubahan dalam frekuensi dan kedalaman pernapasan, sianosis, penurunan PO2, saturasi O2, dan peningkatan PCO2, peningkatan kerja pernapasan dengan menggunakan otot aksesori.
- Kriteria Hasil : Kemudahan dalam bernafas, terbebas dari kegelisahan dan dyspneu, BGA dan saturasi oksigen dalam rentang normal.
- Intervensi Keperawatan :
a. Monitoring tanda-tanda vital yang terdiri dari :
  • Monitoring tekanan darah, nadi , suhu tubuh, dan status pernafasan.
  • Monitoring irama dan kecepatan denyut jantung.
  • Monitoring adanya kemungkinan sianosis.
  • Monitoring warna, temperature, dan kelembaban kulit.
  • Monitoring dan laporkan jika ada hipotermi dan hipertermia.
b. Monitoring respirasi yang terdiri dari :
  • Monitoring irama, kecepatan, kedalaman, dan usaha pernafasan
  • Auskultasi bunyi paru
  • Monitoring tanda-tanda kelelahan, cemas.
  • Monitoring kemampuan batuk efektif pasien.
  • Monitoring sekresi pernapasan pasien.
  • Monitoring kesiapan ventilator mekanik, catat peningkatan tekanan inspirasi, dan penurunan tidal volume.
  • Lakukan resusitasi jika diperlukan
c. Therapi oksigen yang terdiri dari :
  • Pertahankan kepatenan jalan nafas.
  • Monitor aliran oksigen.
  • Lakukan pengecekan secara periodik peralatan oksigen untuk memastikan oksigen sesuai dengan yang dibutuhkan.
  • Berikan suplemen oksigen sesuai order.
  • Monitor efektifitas pemberian oksigen dengan menggunakan BGA ataupun alat pulse oxymetry.
  • Monitor tanda – tanda keracunan oksigen.
  • Monitor kecemasa pasien akibat kebutuhan oksigen.
d. Manajemen asam basa.
  • Pertahankan kepatenan akses intravena (Infus).
  • Pertahankan kepatenan jalan nafas.
  • Monitor kemungkinan kehilangan asam (karena muntah, diare).
  • Monitor status hemodinamik, meliputi nilai CVP, MAP, PAP, dan PCWP jika ada.
  • Monitor BGA, kadar elektrolit urin.
  • Monitor gejala gagal nafas.
  • Monitor tanda – tanda memburuknya ketidakseimbangan elektrolit.
  • Berikan oksigen secara adekuat.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan ditandai dengan perubahan dakam frekuensi dan kedalaman pernafasan, penurunan kapasitas vital / volume paru total, takipnea / bradipnea atau henti nafas bila dilepaskan dari ventilator, penurunan PO2 dan SaO2, peningkatan PCO2, sianosis.
- Kriteria Hasil : Mempertahankan pola pernafasan efektif melalui vetilator dengan tidak ada retraksi / penggunaan otot aksesori, sianosis, atau tanda lain dari hipoksia, saturasi oksigen dan hasil BGA dalam rentang nilai normal, menunjukkan perilaku untuk mempertahankan fungsi pernafasan, berpartisipasi dalam upaya penyapihan ventilator dalam kemampuan pasien.
- Intervensi Keperawatan :
  • Observasi pola nafas. Catat frekuensi pernafasan, jarak antara pernafasan spontan dan nafas ventilator.
  • Auskultasi dada secara periodik, catat ada / tidak dan kualitas bunyi nafas, bunyi nafas tambahan, juga kesimetrisan gerakan dada.
  • Periksa selang terhadap obstruksi, contoh terlipat atau akumulasi air. Alirkan selang sesuai indikasi, hindari aliran ke pasien atau kembali ke wadah.
  • Jumlahkan pernafasan pasien 1 menit penuh dan bandingkan untuk menyusun frekuensi yang diinginkan / ventilator.
  • Bantu pasien dalam kontrol pernafasan bila penyapihan diupayakan / dukungan ventilator dihentikan selama prosedur / aktivitas.

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan batuk ditandai dengan perubahan frekuensi atau kedalaman pernafasan, nunyi nafas tak normal, gelisah / ansietas, sianosis.
- Kriteria Hasil : Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas jelas dan aspirasi dicegah
- Intervensi Keperawatan :
  • Kaji kepatenan jalan nafas.
  • Anjurkan pasien untuk melakukan teknik batuk selama penghisapan lendir.
  • Evaluasi gerakan dada dan auskultasi untuk bunyi nafas bilateral.
  • Ubah posisi tubuh dan berikan cairan sesuai dengan kemampuan pasien.
  • Kolaborasi dengan fisioterapis dalam melakukan postural drainase.
  • Kolaborasi medis dalam pemberian bronkodilator IV dan aerosol sesuai indikasi.

Demikian tadi sahabat sedikit mengenai beberapa askep ventilasi mekanik dan semoga bisa memberikan manfaat bagi kita semuanya.

Minggu, 29 April 2012

Memilih Jajanan Sehat

Memilih Jajanan Sehat Anak.Jajanan bagi seorang anak adalah merupakan sesuatu yang menyenangkan apalagi dalam usia sekolah.Kebiasaan membeli jajanan seringkali karena terpengaruh juga dari teman-temannya.Hanya saja apakah semua jajanan itu sehat dan juga menyehatkan bagi anak-anak kita.Itu yang perlu kita pikirkan juga sebagai orang tua.Memilih jajanan sehat yang sehat perlu kita ajarkan kepada buah hati kita agar terhindar dari hal-hal yang tentunya tidak kita inginkan.

Bila anak telah bersekolah, maka tentunya jajanan dengan berbagai macam dan ragamnya hampir semuanya tersedia.Kebanyakan jajanan yang di jual mengandung zat pemanis serta zat pewarna yang berlebihan.Untuk itulah kita sebagai orang tua perlu untuk memberikan arahan dan juga informasi yang baik kepada anak-anak kita dalam memilih jajanan sehat bagi anak kita.Dengan berbagai macam ragam jajanan di sekolah ataupun sekitar lingkungan rumah, tentunya kita sebagai salah satu konsumen tidak bisa menjamin akan kebersihan dan juga keamanannya dari jajanan tersebut.Yang tentunya hal ini tdak bisa kita pungkiri bisa menimbulkan resiko kesehatan bagi buah hati kita.

Memilih Jajanan Sehat, Blog Keperawatan

Dalam rangka memilih jajanan sehat anak ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan demi menjaga kesehatan.Berikut tips memilih jajanan sehat anak dan beberapa hal yang perlu kita perhatikan diantaranya yaitu :
  1. Memastikan bahwa jajanan yang dipilih dan juga dikonsumsi anak kita adalah aman.Aman untuk dikonsumsi karena pembuatannya memenuhi syarat higienis.
  2. Jika membeli jajanan perhatikan juga akan komposisi dari bahannya, kalau bisa menghindari jajanan yang manis bahkan terlalu manis karena hal ini biasanya memakai pemanis buatan yang berlebihan.
  3. Kemasan masih dalam keadaan bagus. Kemasan yang masih sudah rusak dalam jajanan sehat bisa menandakan kalau sudah ada proses kimia di dalam makanan tersebut. Barangkali, proses kimia itu bisa menyebabkan kandungan makanan yang ada jadi berubah membahayakan.Jadi, engajarkan anak kita agar jangan menerima makanan yang sudah rusak bungkusnya.
  4. Jajanan tersebut tidak memiliki akan warna, rasa, yang berlebihan dan juga bau / warna yang menyengat.
  5. Orang tua harus memastikan jajanan yang dipilih memiliki label bertuliskan snack aman dan tidak mengandung monosodium glutamat (MSG).
Selain hal tersebut orang tua, khususnya para ibu bisa menyiasati agar anak terhindar dari jajanan yang kurang sehat dengan berbagai maacam trik dan juga tips diantaranya yaitu dengan :
  1. Menyediakan menu sarapan sehat dan juga begizi. Sarapan pagi selain bisa membuat konsentrasi anak dalam hal belajar akan semakin baik, hal ini pun bisa membuat anak bisa menahan keinginan untuk jajan karena perutnya telah berisi.
  2. Menanyakan mengenai makanan kesukaan anak kita, dan juga mengajak buah hati untuk ikut serta berpartisipasi dalam membuat dan mempersiapkan bekal sekolah dalam hal ini jajanan.
  3. Memberikan uang jajan secukupnya dan jangan berlebihan, agar anak bisa membatasi frekuensi jajan dan selain itu hal ini juga bisa sekalian mengajarkan kebiasaan anak untuk menabung dan menyisihkan uang jajannya.
Hal yang tak kalah penting peranan orang tua dalam hal ini adalah dengan memberikan contoh yang baik dalam memilih jajanan sehat itu sendiri.Memberikan informasi yang edukatif disertai dengan contoh yang baik adalah metoda pendidikan dan pengajaran yang baik bagi anak-anak kita.

Sabtu, 28 April 2012

Buku Pegangan Mahasiswa Kedokteran

Sobotta, Atlas Anatomi
Tadinya bingung, posting kali ini mau saya isi apa ya. Muter sana sini, muterin rumah, eh ternyata udah dapat 7 putaran. Semakin bingung, akhirnya saya memutuskan untuk membuka laptop dan berharap ide muncul. Yes! akhirnya dapet juga lol.

Terpikir di otak saya tentang buku apa yang nanti bakalan saya pegang, kalau bener-bener kuliah di FK (aamiin). Berhubung ayah saya juga seorang dokter, tentu beliau juga punya buku-buku kedokteran. Tapi ketika saya lihat-lihat, buku-bukunya tergolong "jadul". Buku yang penampilannya paling wah cuma ada beberapa, seperti atlas anatomi Sobotta beberapa edisi.

Dan di zaman sekarang, mungkin buku-buku tersebut sudah jarang digunakan. Zaman globalisasi seperti sekarang ini, buku bertaraf internasional lebih banyak digunakan. Dan sepertinya Buku Sobotta itu adalah satu-satunya buku berbahasa Inggris yang dimiliki ayah saya.

Penasaran, akhirnya saya memutuskan untuk mencari info di internet. Dan saya nyasar di kaskus! saya menemukan thread yang pas dengan keinginan saya (klik sumber). Thread ini membahas tentang buku apa saja yang wajib dipunyai mahasiswa kedokteran. Dan thread ini dibuat Desember 2009, tidak terlalu jauh kan? Di posting saya kali ini, saya akan coba bahas lebih lengkap. Cekidot !

Yang penting disini adalah, textbook bukan satu-satunya sumber pembelajaran. Anda bisa mendapatkan pengetahuan tentang kedokteran di internet, sharing dengan teman sejawat atau langsung pada ahlinya (dosen). Textbook di masing-masing universitas bisa saja berbeda. Maka dari itu, sesuaikan dengan apa yang ada di universitas anda. Sesuaikan dengan textbook yang dipegang oleh dosen, dengan itu memudahkan anda dalam menghadapi tes.

Menurut pendapat yang ada di sumber, dapat saya simpulkan bahwa textbook dibagi menjadi 5. Itu adalah pembagian berdasarkan prioritas pemakaian. Berikut pembagiannya:
1. FISIOLOGI
2. PATOFISIOLOGI
3. ANATOMI
4. FARMAKOLOGI
5. HISTOLOGI

Berhubung saya masih belum pernah membaca bukunya langsung, jadi saya tidak berani memasang komentar atau review saya. Saya cuma share bukunya saja.

1. FISIOLOGI
Rata-rata mahasiswa mengatakan bahwa dalam kuliah fisiologi textbook sangat dibutuhkan. Dan textbook yang sering dipakai adalah textbook milik Guyton dan Sherwood


2. PATOFISIOLOGI
Dalam studi ini buku saku milik J. Corwin dan buku Harrison. Bahkan kebanyakan mahasiswa kedokteran mengaku buku Harrison ini sangat bermanfaat.


3. ANATOMI
Di bagian ini, buku Sobotta dan Netter yang sering dipakai. Menurut pendapat salah seorang kaskuser, Sobotta lebih unggul di bag. skeleton, sedangkan Netter di muskula nya.

Tapi apalah arti mereka tanpa cadaver. Cadaver adalah sejenis jasad yang sudah di formalin-kan dan berguna sebagai bahan ajar yang paling baik dan dekat kepada kita (sesuai dgn semboyan : mortui vivos docent - yang hidup belajar dari yang mati)



4. FARMAKOLOGI
Mahasiswa kedokteran, utamanya FKUI menggunakan buku Farmako FKUI sebagai pegangan mereka, tapi sekarang buku ini juga dipakai beberapa universitas lain. Sedangkan buku internasional yang digunakan adalah buku farmako milik Goodman & Gilman.


 5. HISTOLOGI
Histologi biasanya adalah ilmu yang diajarkan ketika baru masuk di fakultas kedokteran. Dan buku yang biasa digunakan adalah buku Leeson Paparo dan Atlas Histologi Di Fiore.


Terakhir nih !
Yang tidak boleh dilewatkan, Medical Dictionary. Hal ini sudah pernah saya posting sebelumnya (klik disini). Dalam mempelajari ilmu kedokteran, anda pasti akan menemukan beberapa istilah yang tidak anda mengerti. Maka dari itu, kamus kedokteran sangat dibutuhkan. Yang biasanya digunakan adalah Dorland Medical Dicitionary, baik yang pocket atau yang full version.



Tidak semua buku tersebut anda butuhkan. beli buku yang benar-benar anda butuhkan. Hal ini akan menghemat pengeluaran anda. Buku-buku kedokteran memang terkenal mahal. Tapi tenang, semua itu bisa disiasati. Anda bisa membeli buku yang bajakan atau fotokopi (tidak disarankan, hehe). Saya menyarankan anda membeli buku yang original, karena gambarnya lebih jelas dan biasanya di buku tersebut terdapat semacam kode PIN yang bisa digunakan ke website mereka.

Selain itu, masih ada internet yang bisa anda jadikan alternatif. Anda bisa search di internet, mendownload ebook kedokteran yang gratis, dan membuka kamus online. Jangan lupa share dengan teman-teman sejawat anda. Lumayan lho, kalau dapet pinjaman dari senior-senior atau teman kita.

Sekian, semoga artikel ini bermanfaat untuk anda. Salam HOKI! 

Penyakit Jantung Rematik

Penyakit jantung rematik adalah salah satu dari berbagai macam penyakit jantung yang ada. Jantung rematik ini adalah kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh demam reumatik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan demam reumatik, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum

Pada beberapa pasien yang mengalami demam rematik akut bisa terjadi kelainan katup jantung lainnya yang bisa berakibat pada gangguan katup jantung, gagal jantung (CHF), radang selaput jantung (perikarditis). Di Amerika Serikat bahkan penyakit jantung rematik ini masih merupakan penyebab dari penyakit jantung yang disebut dengan mitral stenosis (MS) dan juga penggantian katup jantung pada pasien dewasa di sana.

Penyakit Jantung Rematik

Penyebab jantung rematik ini diperkirakan adalah reaksi autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik. Infeksi streptococcus β hemolitikus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik demam reumatik serangan pertama maupun demam rematik serangan yang berulang.

Penyakit ini berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas atas oleh Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A berbeda dengan glomerulonefritis yang berhubungan dengan infeksi streptococcus dikulit maupun disaluran nafas, demam rematik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi streptococcus dikulit.

Faktor-faktor predisposisi terjadinya penyakit jantung rematik / Rheumatic Heart Desease terdapat pada diri individu itu sendiri dan juga faktor lingkungan.
Faktor dari Individu diantaranya yaitu :
  1. Faktor genetik. Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam rematik menunjukan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus.
  2. Umur. Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.
  3. Keadaan gizi dan lain-lain.Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.
  4. Golongan etnik dan ras. Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkan merupakan sebab yang sebenarnya.
  5. Jenis kelamin. Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.
  6. Reaksi autoimun. Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
Faktor-faktor dari lingkungan itu sendiri :
  1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk.Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi untuk terjadinya demam rematik. Insidens demam reumatik di negara-negara yang sudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang menderita sakit sangat kurang; pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam reumatik.
  2. Cuaca. Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.
  3. Iklim dan geografi. Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak didapatkan didaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang diduga semula. Didaerah yang letaknya agak tinggi agaknya angka kejadian demam rematik lebih tinggi daripada di dataran rendah.
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik dapat dibagi dalam 4 tingkatan stadium jantung rematik yaitu :
  • Stadium I : Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A.Gejala yang dirasakan diantaranya yaitu : Demam, batuk, rasa sakit waktu menelan, muntah, diare, peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.
  • Stadium II : Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya periode ini berlangsung 1 - 3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian
  • Stadium III : Stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik / penyakit jantung reumatik dan gejalanya diantaranya demam yang tinggi, lesu, anoreksia, epistaksis, rasa sakit disekitar sendi, berat badan menurun, kelihatan pucat, lekas tersinggung, athralgia, sakit perut.
  • Stadium IV : Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan jantung / penderita penyakit jantung rematik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pasa fase ini baik penderita sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.

Dalam menegakkan diagnosa Demam Rematik ini digunakan Kriteria Jones yang terbagi Kriteria Mayor dan Kriteria Minor.

Kriteria Mayor Demam Rematik terdiri dari :
  1. Poliarthritis : Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar; lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan , siku (poliarthritis migrans).
  2. Karditis : Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis).
  3. Eritema marginatum : Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak gatal.
  4. Noduli subkutan : Terletak pada ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut, persendian kaki (tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan).
  5. Korea sydenham : Gerakan yang tidak disengaja / gerakan yang abnormal, sebagai manifestasi peradangan pada sistem syaraf pusat.
Kriteria Minor Demam Rematik terdiri dari :
  1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik / penyakit jantung rematik.
  2. Athralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi : pasien kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya
  3. Demam tidak lebih dari 39 derajad celcius.
  4. Leukositosis.
  5. Peningkatan Laju Endap Darah (LED).
  6. C-Reaktif Protein (CRF) positif.
  7. P-R interval memanjang.
  8. Peningkatan pulse denyut jantung saat tidur (sleeping pulse).
  9. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO).
Diagnosa ditegakkan bila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau dua kriteria minor dan satu kriteria mayor.

Penatalaksanaan demam rematik aktif atau reaktivasi kembali dan termasuk dalam pengobatan jantung rematik diantaranya adalah :
  1. Tirah baring dan mobilisasi (kembali ke aktivitas normal) secara bertahap. Ini adalah perawatan penyakit jantung rematik untuk pertama kalinya yaitu istirahat total.
  2. Pemberantasan terhadap kuman streptokokkus dengan pemberian obat antibiotik penisilin atau eritromisin. Untuk profilaksis atau pencegahan dapat diberikan antibiotic penisilin benzatin atau sulfadiazine.
  3. Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat dapat dipakai pada demam reumatik tanpa karditis (peradangan pada jantung)

Nyatakan Sebelum Terlambat

Mengagumi tanpa pernah mengungkapkannya, kita semua pasti pernah merasakan bagaimana perihnya hal tersebut. Begitu juga yang dialami oleh Sandy, teman baikku sejak SMA yang sekarang juga menjadi teman seangkatan di FK. Ia tipe orang yang sering jatuh cinta pada sosok wanita, tapi tak pernah berani untuk menyatakannya. Namun kali ini agak berbeda, karena yang ditaksirnya adalah sosok adik tingkat kami yang bernama Feni setelah sebelumnya ia hanya menaksir anak SD diseberang pasar.

Awal mula Sandy bisa sampai jatuh hati ke Feni juga cukup unik. Suatu sore, seusai kami kuliah Sandy tiba-tiba menarik lenganku
"Eh, coba liat deh cewek baju merah di dekat kantin sana."
"Yang mana? Susah nih, ada banyak orang gitu di kantin." jawabku. Kantin kampus kami memang sangat ramai saat sore hari.
"Itu loh, yang sebelah dextra dari bang mamat penjual gado-gado!" Sandy menunjukkan jarinya ke arah sana "Yang paling proksimal dengan kita."
"Ooooh, itu sih si Feni, adek tingkat kita. Kenapa San?" kebetulan aku mengenal Feni karena ia dahulu satu SMP denganku.
"Kamu ada kerjaan ya habis ini?"
"Enggak sih..." jawabku ragu. Firasatku berkata si Sandy akan melakukan hal gila.
"Kamu temenin aku ngikutin dia sampai rumahnya! Aku pengen tau dia pulang naik apa, dijemput atau berangkat sendiri, sama alamat rumahnya."

GUBRAK! Si Sandy memang tetap tidak berubah. Sejak SMA ia memang suka sekali membuntuti cewek yang ia sukai sampai ke rumahnya. Bahkan pernah ketika kami baru saja pulang dari bimbingan belajar untuk persiapan UN, di persimpangan jalan ketika sedang lampu merah ia melihat sosok cewe disebelah kami mengendarai motor yang menurut dia cewek itu menarik.
"Loh, mau kemana kita? Bukannya kita harusnya belok kiri? Ko malah lurus?" tanyaku kebingungan.
"Kamu liat gak cewek disebelah kita di lampu merah tadi? Cantik banget! Aku pengen tau rumahnya dimana,"

Aku-pun menjadi bingung, disaat orang lain berkenalan pasti yang pertama dicari adalah nama. Lah, ko Sandy yang dicari pertama malah alamat rumahnya? Tapi ya sudahlah, kebetulan aku sedang tidak ada kerjaan, maka aku menuruti tingkah laku anehnya.

Jalan demi jalan kami lalui, sampai akhirnya aku menjadi heran karena jalan yang kami lalui seperti berputar-putar di jalan yang sama. Namun tiba-tiba cewek incaran Sandy tadi menepi ke pos polisi, kami pun ikut menepi di pinggir jalan dekat pos polisi tersebut. Hal yang mengerikan terjadi, cewek tersebut berbicara dengan polisi dan menunjuk-nunjuk ke arah kami. Polisi itu langsung mengangkat tangan dan menyuruh kami diam. Sandy langsung berputar dan menancap gas sekuat tenaga. Ya, resmi sudah kami disangka penguntit oleh cewek itu. Semoga wajah kami tidak muncul di surat kabar dengan berita:
"Waspada, 2 Anak Muda Penguntit Wanita Berkeliaran. Jika Melihat Wajah Ini Hubungi FBI".

Kembali ke Feni, meskipun sifat Sandy pernah hampir mencelakakan kami, ia tidak juga jera dengan sifatnya. Kami membuntuti Feni sampai ia tiba di rumah. Dan yang kami lakukan setelah itu adalah....... kembali ke rumah masing-masing juga.

###

1 minggu kemudian ketika makan siang di kantin aku melihat Sandy sedang murung.
"Kenapa San? Sama si Feni gimana kabarnya? Udah dapat nomor HP-nya?" tanyaku
"Udah sih, tapiii..." Sandy terdiam sejenak "Tapi kemaren pas aku ngikutin dia lagi, ternyata dia udah punya pacar! Yang lebih menyakitkan lagi, pacarnya itu teman seangkatan kita sendiri, si Adit!"

Aku terdiam, memang si Adit adalah sosok kaka tingkat idaman. Ia juga seorang asdos Histologi dan sangat pintar. Wajar jika ia akhirnya bisa dengan mudah mendapatkan pacar. 

Yah, mungkin ini juga sebagian salah dari Sandy yang tak pernah berani menyatakan perasaan ke orang lain. Ia selalu merasa sudah memiliki sesuatu yang sebenarnya belum pernah ia miliki. Terkadang kita sering mengikuti permintaan hati dibandingkan logika, walau terkadang hal tersebut hanya akan me-rupturkan hati kita sendiri. Walaupun begitu, ikutilah kata hatimu sendiri karena hanya ia-lah satu-satunya organ yang memahami diri kita.


"Dokter tidak akan tau kita sakit jika kita tidak mengeluh. Seseorang juga tidak akan tau kita mencintainya jika kita tidak menyatakan"

Tiba-tiba saja aku dikagetkan oleh tepukan tangan Sandy dipundakku.
"Coba kamu liat di parkiran sana! Wah, tipe cewek idamanku banget! Ayo cepet temenin aku ngikutin dia pulang ke rumah!"
 Dan saat itu juga ingin rasanya aku menceburkan Sandy ke kolam formalin.

Kamis, 26 April 2012

April (bukan) Mop

Sudah lama tidak nulis lagi. Bukan berarti tidak ada cerita-cerita berkesan lagi tetapi lebih kepada kemalasan untuk menulis..opo toh.
Yups, bulan April, keren lah ya. Ada banyak banget hal yang terjadi, Hemm mulai darimana yak.Oya terkait penawaran Prof untuk melanjutkan studi untuk posisi Ph.D bidang Glaukoma, alhamdulillah sudah bertemu dengan beliau. Karena posisiku saat ini masih belum jadi dokter beneran, tidak masalah kapanpun beliau bersedia untuk membantu. Yang pasti harus pinter bahasa Inggrisnya, hehe. Okey prof, as u wish. Subhanalloh. Semoga ini adalah jalanku.
Apalagi ya, oiya ini, sebelumnya kontrak kerjaku dengan salah satu center manajemen pelayanan kesehatan  untuk pendidikan kedokteran di kampus sampai 6 bulan kedepan. Entah kenapa, kemudian ditransfer ke salah satu proyek Dikti, whatta, aku pikir. Meskipun sempat galau tentang statusku yang sebenarnya, tapi alhamdulillah sudah jelas sekarang, aku masih pegang dua-duanya (Whattt). Mbuhlah, soal renumerasi, manut saja aku, dikasih berapapun oke. (ini bukan berarti pasrah lho, tapi bagi pemula seperti saya penting untuk membuat track record yang baik, masalah gituan ntar bakal ngikut kok, yakin deh).
Trus apalagi ya, oiya, proyek yang lain, masih dalam tahap negosiasi sih tapi kemungkinan untuk deal sangat besar karena mereka yang butuh kita.Nah lo. Dan sudah deal, yeyeye, alhamdulillah, sampai tahun 2013 rencananya (ngarep passive income.co.id).
Apalagi yah....masih banyak cerita, tapi ntarlah nulisnya, mau ngerjain yang lain dulu. Semakin banyak deal-dealan otomatis semakin banyak kerjaan masbro.

Kamus Kedokteran

"Medicine is a new world for you". Dalam menempuh studi kedokteran, anda pasti akan menemukan banyak istilah-istilah baru. Dan mungkin, dari sekian banyak istilah-istilah tersebut ada yang belum pernah anda dengar atau tidak anda mengerti. Untuk itu, dibutuhkan sarana untuk memudahkan anda mendalami istilah-istilah baru tersebut, dan hal ini tentunya akan memudahkan studi kedokteran anda.

Setelah menjelajahi internet bersama Pak Google, saya menemukan beberapa situs dan aplikasi yang saya cari-cari. Dan, di pagi yang cerah ini saya ingin membaginya dengan anda (baik banget kan? haha).

Langsung saja ya, yuk mari :

Situs penyedia Kamus Istilah Kedokteran

MEDTERMS.COM (http://www.medterms.com/)


Yaaa, They bring doctor's knowledge to you ! (sesuai jargon mereka, hehe) . Tapi memang, situs ini memberikan banyak pengetahuan tentang dunia medis untuk anda. Mulai dari info kesehatan anda sampai kesehatan kucing anda (hewan peliharaan). Tapi disini saya hanya akan membahas tentang salah satu dari sekian banyak fasilitas mereka, MedTerms Dictionary.

Disana anda tinggal memasukkan input ke text box, atau langsung menjelajahinya melalui huruf yang disediakan. Kali ini saya akan mencoba mencari istilah "Dermatoglyphic", dan yang keluar adalah seperti ini:

Cukup informatif! tertarik? silahkan berkunjung.

Selain situs, saya juga menemukan beberapa software Medical Dictionary. Jadi anda bisa menggunakannya langsung tanpa harus online. Cekidot

1. Taber's Cyclopedic Medical Dictionary




2. Free Medical Dictionary Spell Checker




3. Dorland's Pocket Medical Dictionary





4. Merriam-Webster Medical Dictionary







5. XTerm Medical Dictionary



Yes, That's All. Semoga bermanfaat dan, Salam HOKI !

Askep Jantung Koroner

Askep Jantung Koroner.Penyakit jantung koroner adalah suatu manifestasi khusus dan juga aterosklerosis (penumpukan plak)pada pembuluh darah arteri koroner dan hal ini berakibat kepada pasokan darah yang kaya akan oksigen yang dialirkan ke otot - otot jantung mengalami hambatan.Itu sekilas mengenai penyakit jantung koroner yang telah dibahas sebelumnya.Sekarang di yang akan kita share kembali adalah mengenai asuhan keperawatan jantung koroner.Dan semoga artikel mengenai askep jantung koroner ini bisa bermanfaat serta berguna.

Penyakit jantung koroner dan juga miocard infark merupakan respons iskemik dari miokardium yang di sebabkan karena adanya penyempitan arteri koronaria secara permanen ataupun sementara. Oksigen dalam hal ini dibutuhkan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakan 70 % dari oksigen. Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut dan dikenal dengan Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.

Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung yang mengalami hambatan serta obstruksi aliran darah ke miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap kebutuhan yang diperlukan. Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung. Hipokromia dan asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.

askep jantung koroner,Blog Keperawatan

Berikut adalah askep jantung koroner
Pengkajian.Yang diperlukan dalam pengkajian asuhan keperawatan jantung koroner adalah :
a. Aktivitas dan istirahat : Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur.
b. Sirkulasi.Yang dikaji diantaranya yaitu :
  • Mempunyai riwayat Infark Miocard Akut, penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus.
  • Tekanan darah bisa normal / meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, adanya aritmia pada gambaran EKG.
  • Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
  • Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi.
  • Heart rate mungkin meningkat atau mengalami penurunan (tachycardia / bradicardia).
  • Irama jantung mungkin ireguler atau bisa juga didapatkan normal.
  • Edema terjadi pada : Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung.
  • Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
c. Eliminasi : Bising usus didapatkan bisa meningkat atau juga bisa normal.
d. Nutrisi : Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.
e. Hygiene perseorangan : Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.
f. Neuro Sensori : Nyeri kepala yang hebat, perubahan emosi.
g. Kenyamanan :
  • Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin / ISDN.
  • Lokasi nyeri dada bagian depan substernal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah.
  • Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami.
  • Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, EKG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
h. Respirasi : Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
i. Interaksi sosial : Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
j. Pengetahuan : Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
k. Studi diagnostik
  1. ECG menunjukan : adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
  2. Enzym dan isoenzym pada jantung CKMB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
  3. Elektrolit : ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
  4. Whole blood cell : leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
  5. Analisa gas darah (BGA) : Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis / akut.
  6. Kolesterol / trigliserid : Mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
  7. Rontgen Thorax : Mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikuler.
  8. Echocardiogram : Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
  9. Exercise stress test (treadmill): Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress / aktivitas.

Diagnosa keperawatan dan juga intervensi keperawatan pada asuhan keperawatan pasien jantung koroner :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penurunan tekanan dan cara berelaksasi.
Rencana :
  • Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
  • Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).
  • Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
  • Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.
  • Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi.
  • Kolaborasi dalam : Pemberian oksigen dan obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesik)
  • Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemiapada miokard.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.
Rencana :
  • Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.
  • Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
  • Anjurkan pada pasien agar tidak mengedan pada saat buang air besar (BAB).
  • Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
  • Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi batas.

3. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
Tujuan : Tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan.
Rencana :
  • Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan).
  • Kaji kualitas nadi.
  • Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4.
  • Auskultasi suara nafas.
  • Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
  • Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
  • Kolaborasi dalam : pemeriksaan serial EKG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia.
4. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia.
Tujuan : Selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.
Rencana :
  • Kaji adanya perubahan kesadaran.
  • Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi perifer.
  • Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema, edema.
  • Kaji respirasi (irama, kedalaman dan usaha pernafasan).
  • Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi, konstipasi).
  • Monitor intake dan out put.
  • Kolaborasi dalam : Pemeriksaan BGA, BUN, Serum ceratinin dan elektrolit.

5. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein.
Tujuan : Tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan.
Rencana :
  • Auskultasi suara nafas (kaji adanya crackless).
  • Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema.
  • Ukur intake dan output (balance cairan).
  • Kaji berat badan setiap hari.
  • Najurkan pada pasien untuk mengkonsumsi total cairan maksimal 2000 cc/24 jam.
  • Sajikan makan dengan diet rendah garam.
  • Kolaborasi dalam pemberian deuritika.


DAFTAR PUSTAKA
  • Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.
  • Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia.
  • Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.
  • Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.
  • Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I EGC. Jakarta.
  • Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media aesculapius Universitas Indonesia. Jakarta.
  • Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta.

Rabu, 25 April 2012

Askep Diabetes Melitus / DM

Askep Diabetes Melitus / DM.Penyakit Diabetes Melitus adalah merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada diri seseorang yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.Diabetes melitus ini diagnosanya didirikan awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas yang terdapat pada pasien yang menderita DM ini yang berupa polifagia (banyak makan), poluria (banyak kencing), polidipsia, lemas, dan berat badan turun. Gejala lain yang seringkali dikeluhkan penderita Diabetes Melitus adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.Maka hari ini blog Keperawatan akan mencoba sharing mengenai askep DM / diabetes melitus ini.Semoga artikel mengenai askep DM / diabetes melitus ini memberikan manfaat.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DM / diabetes melitus ada beberapa pemeriksaan penunjang khususnya pemeriksaan laboratorium diantaranya yaitu :
  • Glukosa darah sewaktu
  • Kadar glukosa darah puasa
  • Tes toleransi glukosa
Dalam kriteria yang diterapkan oleh WHO untuk penyakit diabetes melitus ini dalam hasil laboratorium hasil pemeriksaannya menunjukkan :
  • Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
  • Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
  • Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

Tujuan yang utama dalam memberikan terapi pada askep diabetes melitus / DM ini yaitu mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah yang dimaksudkan untuk bisa mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.Beberapa komponen penting dalam penatalaksanaan askep DM / diabetes melitus ini adalah dengan :
  1. Diet DM.
  2. Latihan.
  3. Pemantauan glukosa darah
  4. Terapi (jika diperlukan)
  5. Pendidikan kesehatan.
Pengkajian yang dilakukan perawat dalam memberikan askep DM / diabetes melitus yaitu :
  1. Riwayat Kesehatan Keluarga : Yang dikaji adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
  2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya : Yang dikaji berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
  3. Aktivitas/ Istirahat : Yang dikaji gejala seperti lemah,letih, mengalami kesulitan bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
  4. Sirkulasi : Yang dikaji adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah.
  5. Integritas Ego : Stress, ansietas.
  6. Eliminasi : Perubahan dalam pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
  7. Makanan / Cairan : Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
  8. Neurosensori : Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
  9. Nyeri / Kenyamanan : Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat).
  10. Pernapasan : Batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi / tidak).
  11. Keamanan : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Diagnosa Keperawatan serta masalah keperawatan yang ditegakkan pada askep DM / diabetes melitus ini diantaranya yaitu :
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
  2. Kekurangan volume cairan
  3. Gangguan integritas kulit
  4. Resiko terjadi injuri
Intervensi askep diabetes melitus / DM :
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
  • Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
  • Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
  1. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
  2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
  3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
  4. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
  5. Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
  6. Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
  7. Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
  8. Kolaborasi Medis dengan pemberian pengobatan insulin.
  9. Kolaborasi dengan ahli diet.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : Kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
  1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik.
  2. Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul.
  3. Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas.
  4. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
  5. Pantau masukan dan pengeluaran.
  6. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung.
  7. Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
  8. Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur.
  9. Kolaborasi Medis : Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K).

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil : Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
  1. Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
  2. Kaji tanda vital.
  3. Kaji adanya nyeri.
  4. Lakukan perawatan luka
  5. Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
  6. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

4. Resiko terjadi injuri berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.
Tujuan : Pasien tidak mengalami injuri.
Kriteria Hasil : Pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injuri.
Intervensi :
  1. Hindarkan lantai yang licin.
  2. Gunakan bed yang rendah.
  3. Orientasikan pasien dengan ruangan.
  4. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
  5. Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi.

Daftar Pustaka :
  • Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.
  • Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
  • Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
  • Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
  • Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
  • Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002

Selasa, 24 April 2012

Seminar Kegawatdaruratan Medis dalam Proses Persalinan (22 April 2012)


Mempersiapkan acara agar menjadi acara yang bagus dan baik tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, oleh karena itu, kami dari pihak panitia seminar ( Senior 20 & Am 21 ) kegawat daruratan medis dalam proses persalinan melakukan segala upaya untuk mencapainya,salah satunya melakukan Rapat Pleno sebanyak 2 kali. Dalam kedua Rapat Pleno tersebut, dipaparkan anggota, tugas-tugas masing-masing sie dan kendala, baik yang sudah dialami maupun yang mungkin dialami nantinya, serta koordinasi dari masing-masing sie. Satu hari sebelum Hari-H ( 21 April 2012 ), kami dari pihak panitia dibantu dengan Senior-senior atas melakukan persiapan ruangan di 4.01 & 4.02 kurang lebih dimulai pukul 21.00 WITA dan selesai pukul 23.30 WITA.
Minggu, 22 April 2012 pukul 07.00, seluruh panitia berkumpul, sembahyang dan briefing selama 20 menit, kemudian dilanjutkan dengan registrasi peserta hingga pukul 08.59 WITA. Pukul 09.00 WITA kegiatan seminar dimulai, dan dibuka dengan pemukulan gong oleh Pembantu Dekan III atau yang mewakili.
Pembicara pertama yaitu dr. Tjokorda Gde Agung Suwardewa, Sp.OG dengan materi “peran ANC ( Antenatal Care ) untuk mencegah kedaruratan persalinan”, lalu pembicara kedua yaitu Prof. dr. Made Kornia Karkata, Sp.OG dengan materi “ kedaruratan dalam persalinan ”. Dimana masing-masing pembicara mendapatkan waktu 60 menit untuk penjabaran materi kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab 30 menit. Dari panitia juga sudah memberikan hadiah bagi penanya terbaik dari pihak peserta yang dibagikan setelah hiburan, ini sebagai apresiasi terhadap timbal balik yang diberikan oleh peserta.
Secara keseluruhan, kegiatan seminar kegawatdaruratan medis sudah berjalan sesuai rencana. Jika dilihat dari jumlah tiket yang habis terjual yaitu lebih dari 500 tiket, juga telah melebihi dari TUK (350 tiket ) yang ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa seminar ini cukup sukses.

Hak Dan Kewajiban Pasien

Hak pasien dalam pemberian pelayanan kesehatan tentunya tidak boleh diabaikan. Dalam pemberian pelayanan kesehatan termasuk dalam pelayanan keperawatan tentunya ada pemberi pelayanan dan juga penerima pelayanan. Dalam hal ini kita mengenal akan petugas kesehatan dan juga klien atau pasien. Hari ini kita akan sedikit berbagai hal mengenai hak dan kewajiban pasien dan semoga hal ini akan dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Yang dimaksud dengan pengertian kewajiban adalah sesuatu yang harus diberikan dengan penuh tanggung jawab. Sedangkan pengertian hak adalah sesuatu hal yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung pada diri kita. Termasuk hak dan kewajiban pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan bagi setiap warga negara Indonesia.

Selain kita mengetahui akan hak kewajiban para pasien, kita juga perlu untuk mengetahui akan beberapa hal yang berkaitan dengan hak kewajiban petugas tenaga kesehatan seperti halnya hak kewajiban dokter, hak kewajiban rumah sakit, serta juga hak kewajiban perawat pula.

Hak Pasien Kewajiban Pasien

Berikut ini beberapa hak pasien menurut surat edaran DirJen Yan Medik No: YM.02.04.3.5.2504 Tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit, Tahun 1997; UU Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran dan Pernyataan/SK PB. IDI,
Yang berisikan akan beberapa sebagai hal yang merupakan hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien dan hak tersebut adalah :
  1. Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
  2. Hak untuk mendapatkan pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi kedokteran / kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi.
  3. Hak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan
  4. Hak untuk memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
  5. Hak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinik dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
  6. Hak atas ”privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya kecuali apabila ditentukan berbeda menurut peraturan yang berlaku.
  7. Hak pasien untuk memperoleh informasi / penjelasan secara lengkap tentang tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya.
  8. Hak untuk memberikan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
  9. Hak untuk menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
  10. Hak didampingi keluarga dan atau penasehatnya dalam beribadah dan atau masalah lainya (dalam keadaan kritis atau menjelang kematian).
  11. Hak beribadah menurut agama dan kepercayaannya selama tidak mengganggu ketertiban, ketenangan umum / pasien lainya.
  12. Hak atas keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit.
  13. Hak untuk mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelayanan rumah sakit terhadap dirinya.
  14. Hak transparansi biaya pengobatan / tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya (memeriksa dan mendapatkan penjelasan pembayaran).
  15. Hak akses /’inzage’ kepada rekam medis / hak atas kandungan ISI rekam medis miliknya.
Sedangkan kewajiban pasien adalah :
  1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya kepada dokter yang merawat.
  2. Pasien berkewajiban mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi dan perawat dalam pengobatannya.
  3. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah disepakati / perjanjian yang telah dibuatnya.
Demikian tadi sahabat mengenai hak dan kewajiban pasien dan semoga dengan kita terutama para perawat sebagai salah satu pemberi pelayanan kesehatan terutama dalam bidang keperawatan mengetahui akan hak kewajiban pasien kita bisa memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pasien dalam rangka ikut menyehatkan bangsa Indonesia tercinta ini.

Sumber : UU Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004

Senin, 23 April 2012

Ya Allah

Apa sih maunya mereka itu? Kenapa suka sekali meributkan hal-hal gak penting. Sampe saya mati pun saya nggak rela dan ikhlas mereka nyentuh hidup saya & keluarga saya. Demi Allah.

Ya Allah, kenapa Kau ciptakan manusia seperti itu? Yg sukanya merusak kebahagiaan orang. Mereka tidak menyadari kalau hidup mereka sedang di azab olehMu. Ya Allah, beikanlah azab yang paling perih kepada mereka yang telah merusak kebahagiaan keluargaku. Amin ya Rabb.

TIPS: Agar "Survive" di Fakultas Kedokteran

mahasiswa kedokteran
Tanyakan pada alumnus-alumnus Fakultas Kedokteran, "Masih ingat nggak waktu masih jadi mahasiswa baru kedokteran?". Mereka akan menjawab "Rasannya masa itu seperti seabad yang lalu". Ya, perasaan itu muncul karena hidup mereka saat itu berubah drastis. Kehidupan normal sepertinya telah lenyap. Tiba-tiba rasanya 24 jam dalam sehari belum cukup untuk menyerap materi yang berjubel banyaknya. Padahal materi itu sangat dibutuhkan untuk menghadapi tiap ujian. Mereka merasa hampir tidak punya waktu untuk sekedar makan atau tidur.

Fakultas Ilmu Kedokteran bukan akhir dari segalanya. Fakultas Kedokteran adalah apa yang kita lakukan, jangan biarkan ilmu kedokteran itu mengaturmu. Malahan, sesuaikan kedokteran itu agar dapat menjadi gaya hidupmu. Jika tidak, anda mungkin akan merasa kewalahan dan akhirnya menyesal, mengapa saya dulu memilih fakultas kedokteran sebagai pilihan pertama. 

Bagaimana caranya agar anda dapat bertahan di fakultas kedokteran? Dari awal, prioritaskan MANAJEMEN WAKTU. Jika anda sukses mengatur waktu, anda masih bisa menikmati hidup untuk hal lain. Belajar di FK, berbeda dengan di perkuliahan yang lain. Ini adalah dunia baru yang perlu anda jelajahi dan temukan hal apa yang terbaik untuk anda. Di Fakultas Kedokteran, yang dibutuhkan adalah BELAJAR CERDAS bukan BELAJAR KERAS. Jika anda tidak memulai hal ini dari awal, langkah anda berikutnya akan lebih susah.

Mempelajari ilmu kedokteran adalah suatu proses panjang, yang menuntut kedisiplinan dan pengorbanan. Tetapi nanti hasilnya takkan ternilai. Kami berharap tujuan anda memilih kedokteran adalah seperti ini: Membuka lebar peluang untuk menolong sesama, dan nantinya jalan akan terbuka untuk membuat perbedaan di dunia.
Dan berikut ini adalah beberapa tips yang sudah kami dapat:

1. Urus Diri Anda Sendiri dengan Baik

Kebiasaan buruk akan menghadapkan anda pada konsekuensi negatif, kesehatan anda memburuk dll. Makanlah makanan yang segar. Jangan merusak tubuh anda dengan junk-food dan menghindari olahraga. Jangan terbiasa memaksakan diri untuk belajar sampai larut, dapat melelahkan tubuh dan otak; terlalu berat untuk belajar yang mungkin hanya efektif dalam 15menitan. Otak anda membutuhkan makanan bergizi, air, sayur dan buah. Sedangkan tubuh anda membutuhkan tidur dan olahrga

2. Lebih baik hindari persaingan dan membandingkan nilai dengan yang lain.

Kita jelas berkompetisi mati-matian untuk masuk ke fakultas kedokteran. Tapi ketika anda sudah masuk, levelnya sekarang berubah menjadi ladang permainan anda. Fokuslah pada apa yang harus anda raih. Meskipun masih ada teman-teman anda yang saling bersaing dalam nilai. Mendapat nilai A pada ujian patologi tidak menjamin anda menjadi seorang pathologist atau clinican yang hebat.
 Segera setelah selesai ujian, coba lihat sekeliling, teman-teman anda terobsesi untuk mencari jawaban yang benar pada suatu soal. Lebih baik menghindar, dan cari teman yang berfilosofi sama dengan anda.

3. Jawab soal-soal saat anda belajar

"Belajar catatan 10x adalah cara terbaik dalam menghadapi ujian" SALAH !
Satu-satunya cara untuk mengecek kompetensimu dalam belajar adalah mengerjakan soal. Contohnya: Setelah anda belajar textbook tentang fisiologi, pastikan anda sudah menjawab semua soal di tiap chapter. Ini akan memperkuat konsep yang anda dapat. Mempelajari hal yang sama berulang-ulang takkan membuatmu lebih pandai, tetapi mengerjakan soal yang sulit akan mengajarimu perlahan.

4. Pelajari Gambar yang Besar

Anda mungkin akan memulai hari pertama anda dengan menyelidiki biokimia, anatomi, fisiologi atau histologi. Sejak awal biasanya dosen akan berbicara tentang sel kolumnar, transmisi impuls dan glikolisis dengan detail yang umum. Hari berikutnya anda akan mempelajari bracialis plexus dan cardiac output. Ini adalah materi dengan jumlah yang besar, sehingga seringkali mahasiswa tak siap. Untuk memudahkan menghafal, maka pelajarilah gambar yang besar.

5. Belajarlah dalam Kelompok
"Saya lebih memilih belajar sendiri, karena saya tidak butuh orang lain" SALAH!
Kedokteran adalah tentang kerjasama dan berbagi informasi. Anda harus bisa bekerjasama dengan orang lain. Bentuk kelompok kecil yang mempunyai kebiasaan dan filosofi yang sama dengan anda (suka berolahraga, tidak suka membicarakan nilai, dan mempunyai attitude yang baik). Ketika sudah terbentuk grup yang benar, rencanakan pertemuan mingguan dalam rangka membahas tentang materi yang tidak anda paham untuk beberapa jam. Bentuk sesi pertemuan malam sebelum ujian, hanya untuk last minute-tweaking saja.

6. Luangkan waktu untuk melakukan aktivitas melepas stres
Setiap mahasiswa kedokteran menghadapi tekanan yang sama, bahkan di antara mereka ada yang lebih dari yang lain. Ingatkan teman anda yang sukanya mengerutkan dahi, ajarilah untuk selalu tersenyum. Sekali lagi, time management sangat membantu kita dalam menghindari stres. Luangkan sebagian waktu anda untuk melakukan aktivitas yang membuat perasaan anda lebih baik (kumpul dengan teman, berolahraga atau mendengarkan musik). Jangan biarkan stres mempengaruhi studi, hubungan dan tentunya kesehatan anda.

INGAT, KITA BERGABUNG DENGAN PROFESI BESAR!
Munculkan gairah tentang apa yang kita pelajari, "Kedokteran adalah harta dan seni" .


"To me, the ideal doctor would be a man endowed with profound knowledge of life and of the soul, intuitively divining any suffering or disorder of whatever kind, and restoring peace by his mere presence." - Henri Amiel

Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda, SALAM HOKI !


Artikel ini diadaptasi dari naskah buku: How to Prepare for the Medical Boards – Secrets for Success on USMLE Step 1 & COMLEX Level 1, by Adeleke T. Adesina and Farook W. Taha.

Minggu, 22 April 2012

Penyakit Jantung Koroner

Jantung koroner adalah merupakan suatu manifestasi khusus dari aterosklerosis (penumpukan plak) pada pembuluh darah arteri koroner dan hal ini berakibat kepada pasokan darah yang kaya akan oksigen yang dialirkan ke otot - otot jantung mengalami hambatan. Inilah yang dimaksud dengan penyakit jantung koroner yang merupakan salah satu jenis penyakit yang menjadi no 1 sebagai pembunuh.

Penyakit Jantung Koroner adalah akibat dari penumpukan plak. Plak itu sendiri adalah terdiri dari lemak, kolesterol, kalsium, dan zat lain yang ditemukan didalam darah. Ketika plak tersebut menumpuk di dalam arteri, kondisi inilah yang disebut dengan aterosklerosis. Penumpukan plak ini bisa terjadi dalam waktu yang lama dan tidak terjadi begitu saja.

Jantung Koroner

Plaque / plak ini terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah arteria koroner kiri, arteri koroneri kanan dan agak jarang pada arteri sirkumflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Seiring dengan perjalanan waktu dari tahun ke tahun, plak ini akan mengeras dan menyempit pada pembuluh darah arteri koroner. Hal inilah yang menyebabkan aliran darah yang kaya oksigen ke otot jantung akan terbatas.

Akhirnya, daerah plak dapat pecah (membuka). Hal tersebut akan menyebabkan bekuan darah terbentuk pada permukaan plak. Jika bekuan menjadi cukup besar, bisa sebagian besar atau benar-benar memblokir dan menghambat aliran darah melalui arteri koroner. Jika aliran darah yang kaya oksigen ke otot jantung berkurang atau terhambat, maka nyeri dada / angina pektoris atau serangan jantung dapat terjadi pada diri seseorang.

Nyeri dada pada jantung koroner ini dirasakan oleh pasien dalam sensasi yang berbeda-beda. Pasien ada yang mengatakan bahwa sensasi nyeri dada atau sakit dada ini seperti diremas-remas, rasa terbakar, ditindih benda berat. Tanda gejala jantung koroner ini seperti nyeri dada akan dirasakan pada bahu, lengan, leher, rahang, atau punggung. Nyeri angina pektoris ini pada beberapa pasien dirasakan gejalanya seperti gangguan pencernaan (maag) karena dirasakan pada daerah ulu hati. Bila ada tanda-tanda seperti di atas maka inilah yang disebut dengan penyakit jantung koroner.

Bila hal ini dibiarkan berlanjut dan tidak segera ditangani secara benar, tepat dan cepat akan berakibat kepada apa yang banyak orang sebut dengan serangan jantung. Ketika terjadi tanda penyakit jantung koroner atau mudah disebut dengan istilah serangan jantung terjadi maka aliran darah yang kaya oksigen ke bagian otot jantung tiba-tiba menjadi tersumbat atau pun mengalami hambatan karena penyempitan arteri koroner.

Jika aliran darah tidak dipulihkan dengan cepat, atau pun tidak segera mendapatkan obat-obatan jantung yang tepat digunakan untuk jantung koroner ini maka bagian dari otot jantung mulai mati. Tanpa pengobatan yang cepat dan tepat, serangan jantung ini akan berakibat fatal karena bisa menimbulkan kematian.

penyakit jantung koroner termasuk penyakit jantung yang paling umum terjadi. Di negeri Paman Sam Amerika Serikat bahkan hal ini merupakan penyakit pembunuh nomor wahid atau pembunuh no 1. Untuk itulah memang sebaiknya kita melakukan pencegahan daripada mengobati.

Dan pada akhirnya pencegahan atau pun mencegah jantung koroner adalah lebih baik daripada mengobatinya setelah terjadinya jantung koroner itu sendiri.

1 hari 1 malam di Bengkulu

Huuaaa menyenangkan sekali berlibur ke kampung halaman, walaupun cuma singkat. Jadi inget jaman kecil dulu, hobinya jalan-jalan ke pantai panjang. Sangat disayangkan aja 13 tahun ditinggal, Bengkulu gak ada perubahan apapun. Makin jelek, udah nggak original lagi. Huuuaaa :(((((((((((((

UPDATE 1 - Situs Referensi Mahasiswa Kedokteran

Janji telah saya tepati! Saya sudah menambahkan 3 situs yang cocok untuk anda jadikan referensi.
Langsung aja ya ke TEKAPE !!! Salam Hoki!


Sabtu, 21 April 2012

Management of Appendicitis


 John Karlie, Adra Firmansyah, Glenda Angeline, Bariah Agil
Budhi Arifin Noor, Dion Ade Putra, Oktaviati, Ridho Ardhi Syaiful, Rizky Amaliah, Rachmawati
General Surgery, Department of Surgery, FKUI/RSCM, Jakarta, Indonesia,
April 2012


CASE ILLUSTRATION

A  26 year old male came into the hospital with lower right abdominal pain and worsen 1 day before admission. Three days before, the patient complaint of epigastric pain which spreads into middle and lower right abdomen. The patient also had a fever and nausea.  There were no complaint about urinating and defecation. The Patient had a history of lower right abdominal pain two years ago.  On the physical examination there were not unusual finding except muscular defense on lower right region of the abdomen. Digital rectal examination shows no abnormalities, except for the tenderness between 10 – 11 clock direction.

The laboratory result shows that the leukocyte increased to15.700 whereas others were normal. The patient was diagnosed as chronic appendicitis and undergone an appendectomy surgery by administering antibiotics and analgesic. The Patient was treated for two days post-surgery and were treated as out patient.


Operative

A Gridiron incision through McBurney’s were undergone on a patient with spinal anesthesia.  The Omentum was attached on the lower right section. The Cecal wall was identified as being thickened and hyperemic. The appendix was located at Retrocecal, Retroperitoneal, gangrenous with fibrins surrounding as well as the appendix were visibly attached to its surrounding colon. The appendix were detached, then undergone an appendectomy procedure and a double ligation sutured. The bleeding was being treated and the abdominal cavity was being cleansed using a sterilized warm saline. The surgical wound were sutured layer by layer.






Literature Review

Acute appendicitis is an inflammation of the vermiform appendix and this case is the most common intraabdominal surgery that requires surgery.1
The exact cause of appendicitis is not known for sure. Some studies pointed out that there are hereditary tendencies. The others revealed that due to eating habits, genetic resistance of bacterial flora. Eating habits of low-fiber, high sugar and fat also predispose disturbance of bowel movements that are not much food in the intestinal transit time is much longer, and increase pressure within the lumen of the intestine. 2.3

Figure 4. Pathophisiology of Apendicitis



Diagnosis

Clinical character of appendicitis can be vary, but generally is shown with a history of vague abdominal pain, which is first felt in the gut. Possibly followed by nausea, vomiting, and mild fever. The pain usually moves from right iliac fossa after several hours, up to 24 hours. The point of maximum pain is a third from umbilicus to right iliac fossa, it's called Mc Burney point. Pain is usually sharp and aggravated by movement (such as cough and running). Pain at Mc Burney point is also felt when pressure applied in the left iliac, commonly called Rovsing’s sign. Patient’s position is affected by the position of the appendix. If the appendix is found at retrocecal side (exposed between the cecum and the psoas muscle), the patient does not feel pain at Mc Burney point, but found over the lateral hip. If the appendix is located at retrocecal , the patient doesn’t feel pain when pressure applied at left iliac. When the appendix is close to the psoas muscle, patient come with flexed hip and if we try to straighten out, there will be pain in the location of the appendix (psoas sign). When the appendix is located retrocecal it can cause irritation of the ureter so that the blood and protein may be found in urinalysis. If the appendix is located in the pelvis, the clinical signs are too less, so it must be done rectal examination, found pain and swelling on the right of inspection. If the appendix is located near the obturator internus muscle, the rotation of the waist increases the patient's pain (obturator sign). Cutaneous Hiperestesia in the area supplied by the right spinal nerves T10, T11 and T12 are usually also follow the events of acute appendicitis. If the appendix is located in front of the terminal ileum close to the abdominal wall, the pain is very clear. If the appendix is located behind the terminal ileum is very difficult diagnosis, the signs are vague and the pain is located at upper abdomen.5-6

Rovsing’s sign
Positive if done palpation with pressure on the lower left quadrant and there is pain on the right side.
Psoas sign atau Obraztsova’s sign
The patient was placed on the left side, then do the extension of the right hip. Positive if there is pain on the bottom right.
Obturator sign
The patient was placed on the left side, then do the extension of the right hip. Positive if there is pain on the bottom right.
Dunphy’s sign
Accretion of pain in the lower right testis with cough
Ten Horn sign
Pain arising from the time when do soft traction at right spermatic cord
Kocher (Kosher)’s sign
Pain in the epigastric region beginning on the center, then move to the right lower quadrant.
Sitkovskiy (Rosenstein)’s sign
Increasing pain in the right lower quadrant abdomen while the patient is lie down on the left side
Bartomier-Michelson’s sign
Increasing pain in the lower right quadrant when patient is lie down on the left side compared with the supine position
Aure-Rozanova’s sign
Increased pain with petit finger on the right triangle (to be positive-Shchetkin Bloomberg's sign)
Blumberg sign
Also called off pain. Palpation in the right lower quadrant  then released suddenly
Table 1. Sign of Appendicitis6-7


The possibility of appendicitis can be assured by using the Alvarado score. Scoring system is designed to improve the diagnose of apendicitis.6

The Modified Alvarado Score
Score
Symptoms
Migratory right iliac fossa pain
1

Nausea/vomiting
1

Anorexia
1
Signs
Tenderness in right iliac fossa
2

Rebound tenderness in right iliac fossa
1

Elevated temperature
1
Laboratory Findings
Leucocytosis
2

Shift to the left of neutrophils
1

Total
10
1-4     : Acute appendicitis is probably not
5-7     : Possible acute appendicitis
8-10   : Definite acute appendicitis

Table 2. The Modified Alvarado score6

On laboratory tests, we can find white blood cells raising. Pregnancy testing should be done on female patients to rule out cases of midwifery. Ultrasound examination is done if clinical signs are unclear, an ultrasound examination had 80% sensitivity and specificity of 100% .8

Table 3. Differential Diagnosis of Appendicitis


Management of appendicitis

Mostly the management of appendicitis is appendectomy. Delay in management, will increase the incidence of appendix perforation. Double ligation technique after open appendectomy will use absorbable suturing material. For most cases, surgeons will perform appendectomy with purse string (z-stich or tobacco sac) and double ligation technique. In normal condition, surgeons will use purse string. Double ligation technique is used when reversal of the stump cannot be safely done, so the surgeon will perform double ligation to the stump with two rows suturing. Nowadays, when laparoscopic technique has been well developed, this technique has been performed more frequent. This procedure has been claimed to reduce pain after the operation better than conventional procedure, it is also been claimed to get faster healing proccess and lesser wound infection, but it will increase the probability of intra abdomen abcess and prolonged operation time. Laparoscopic surgery is performed for diagnosis and therapy for patient with acute abdomen, especially for women. Few studies said that laparoscopic surgery will increase the surgeon’s skill to perform the operation.

Grid Iron Incision (McBurney Incision)11
Grid Iron incision is performed at McBurney area. Incision line is parallel with musculus obliqus externus, pass trough the McBurney area, which is located at 1/3 lateral of the line connecting right anterior superior spina illiaca and umbilicus

Description: http://3.bp.blogspot.com/-zTEItcM9OcE/TcoTkleEJ5I/AAAAAAAAAIM/OMITwn_Zt60/s200/gambar+6.png
Lanz transverse incision
Incision is performed 2 cm below umbilicus, incised transversal on midclavicula-midinguinal. It will give better cosmetic outcome than Grid Iron incision

Description: http://2.bp.blogspot.com/-yn8A02TERBc/TcoTmVfU5FI/AAAAAAAAAIQ/OJAGcsEgadI/s200/gambar+7.png
Rutherford Morisson’s incision (Suprainguinal Incision)
Is expansion from McBurney incision. It will be performed when appendix is located at paracecal or retrocecal and fixed

Description: http://4.bp.blogspot.com/-nDMN73e_WNc/TcoTs1STJ_I/AAAAAAAAAIU/RoWzW6VIrs8/s200/gambar+8.png
Low Midline Incision
Will be performed for perforated appendix and there is peritonitis
Description: http://2.bp.blogspot.com/-nFQsrqr7KDU/TcoTtWCVAnI/AAAAAAAAAIY/FxkgoABI8Q8/s200/gambar+9.png
Lower Right Paramedian Incision
Vertical incision, parallel to the midline, 2.5 cm below umbilicus to above of the pubic

Description: http://1.bp.blogspot.com/-HB7FaiI1eF8/TcoTt3oAURI/AAAAAAAAAIc/wMJjFXxl9d4/s200/gambar+10.png
Table 4. Incisions for appendectomy


Discussion

Patient with complains of lower abdominal pain in men having differential diagnosis such as appendicitis, colic, urinary tract, digestive tract disorder (diverticulitis, ileocolitis, typhoid, and malignancies. Fever in these patients was precede by a  pain so that the possibility of typhoid can be removed. If urination symptoms and abnormalities of the urinary tract colic is not found, diseases like diverticulitis, ileocolitis and malignancy can be ruled out. If on physical examination at lower right abdomen is found muscular defans with a positive psoas and rovsing’s sign, then its likely that the location of the appendix at the retrocecal side. The value of Modified Alvarado system score is 9 out of 10. So that the patient must be diagnosed with appendicitis and perform appendectomy. The working diagnosis on the patient is chronic appendicitis acute exacerbation. If we find that the patient has a history of  right lower abdominal pain since 2 years ago the patient’s diagnosis was acute exacerbation of chronic appendicitis.
On operative report, we found an appendix is located at retrocecal retroperitoneal. It is according to sign that we got on physical examination. We can also found a gangrenous appendicitis, so that the post operative diagnosis is gangrenous appendicitis. Gangrenous appendicitis is the late stadium of appendicitis whereas we found blood flow disturbance at appendix, so that it will lead to perforation of appendix. Treatment using broad spectrum antibiotic on simple appendicitis and suppurative only can use for preoperative prophylactic.              

Glossary

Appendectomy(or appendicectomy)14 : Surgical removal of the appendix
Appendix15 : worm-shaped pouch attached to the cecum
Peritonitis16 : Inflamation of the peritoneum, the membrane lining the abdomen and pelvis.
Laparascopic surgery17 : a modern surgical technique in which operations in the abdomen are performed through small incisions (usually 0.5–1.5 cm) as opposed to the larger incisions needed in laparotomy
Retrocecal18 : pertaining to the region behind the cecum

BIBLIOGRAPHY

1.  Williams B A, Schizas A M P, Management of Complex Appendicitis. Elsevier. 2010. Surgery 28:11. p544048.
2.  Andersson N, Griffiths H, Murphy J, et al. Is appendicitis familial? Br Med J 1979 Sep 22; 2: 697e8.
3.  Heaton KW. In: Br Med J, Res Clin, eds. Aetiology of acute appendicitis 1987 Jun 27; 294:1632e3.
4.  Bewes P. Appendicitis. [Internet] April 2003. [cited April 2011] E-Talc Issue 3. Available from: http://web.squ.edu.om/med-Lib/MED_CD/E_CDs/health%2520development/html/clients/beweshtml/bewes_01.htm
5.  Soybel D. Appendix. In: Norton JA, Barie PS, Bollinger RR, et al. Surgery Basic Science and Clinical Evidence. 2nd Ed. New York: Springer. 2008.
6.  Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, et al. Shwartz’s Principles of Surgery. 9th Ed. USA: McGrawHill Companies. 2010.
7.  Appendicitis [Internet] [updated September 2010; cited April 2011]. Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Appendicitis
8.  Puylaert JB, Rutgers PH, Lalisang RI, et al. A prospective study ofultrasonography in the diagnosis of appendicitis. N Engl J Med 1987 Sep 10; 317: 666e9.
9.  Temple CL, Huchcroft SA, Temple WJ. The natural history of appendicitis in adults. A prospective study. Ann Surg 1995 Mar; 221: 278-81.
10. Birnbaum BA, Wilson SR. Appendicitis at the millennium. Radiology 2000 May; 215: 337e48.
11. Skandalakis JE, Colborn GL, Weidman TA, et al. Editors. Skandalakis’ Surgical Anatomy. USA: McGrawHill. 2004.
12. Russell RCG, Williams NS, Bulstrode CJK. Editors. Bailey and Love’s Short Practice of Surgery. 24th Ed. London: Arnold. 2004.
13. Patnalk VG, Singla RK, Bansal VK. Surgical Incisions-Their Anatomical Basis. J Anat. Soc. India 50(2) 170-178 (2001)
14. Appendectomy. [Internet] [cited April 2011] Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Appendectomy
15. Vermiform Appendix. [Internet] [cited April 2011] Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/vermiform_appendix
16. Peritonitis. [Internet] [cited April 2011] Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/peritonitis
17. Laparascopic surgery. [Internet] [cited April 2012] Available from:
18. Retrocecal. [Internet] [cited April 2011] Available from:
     http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/retrocecal