Sabtu, 30 Oktober 2010

Aku menyebutnya "Jalan Cinta Para Pejuang" part 1

Bismillah,akhirnya bisa menulis juga. Setelah beberapa hari sejak erupsi pertama gunung Merapi pada hari Selasa,26 Oktober 2010, sangat terkuras pikiran dan tenaga untuk sekedar membantu meringankan beban saudara-saudara kita di lereng gunung teraktif di dunia tersebut.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk sombong atau pamer atau apalah. Tapi terserah juga interpretasi tulisan ini kepada pembaca..^^
Hari pertama erupsi, dengan tim dari MER C dan TBMM FK UGM,malam itu langsung tancap gas ambulan untuk sampai di barak pengungsi terdekat di Umbulharjo. Tim 1 segera membantu evakuasi korban awan panas di desa Kinahrejo, tempat mbah Marijan tinggal. Dan benar, ambulan MER C dan TBMM menjadi ambulan kedua yang sampai dilokasi terparah akibat semburan awan panas Merapi. Evakuasi korban langusng dilakuakn dengan peralatan seadanya. Dalam kegelapan malam tim bekerja, mengangkat korban, penanganan darurat dan sebagainya untuk bisa mengevakuasi korban. Alhamdulillah semakin larut bantuan semakin banyak berdatangan baik dari dinas, rumah sakit, tentara maupun NGO-NGO lain. Sampai terasa berlebihan ketika semua entah ingin menjadi dan tampil menjadi pahlawan atau benar-benar tulus membantu. Tim kedua MER C dan TBMM menyusul pada pukul 10 malam waktu setepat untuk memberikan bantuan kepada tim pertama.
Evakuasi pun dihentikan pada tengah malam menjelang pergantian hari karena suasan yang tidak memungkinkan, gelap dan aktivitas Merapi yang meningkat.
Tim kemudian dibagi lagi menjadi 2 tim untuk melakukan tugas surveillance barak-barak pengungsian yang berjumlah 7 tempat di kabupaten Sleman ini. Tim pertama ke Hargobinangun dan sekitarnya sedangkan aku yang berada di tim 2 bersama dr. Adrian, Raja Humbert, Afif dan Pak Tu meluncur ke Kepuhardjo dan Glagaharjo, sebelah timur barak Umbulharjo. Di Kepuharjo kami langsung menghubungi pos kesehatan dan pos logistik untuk menanyakan barang-barang yang sangat diperlukan. Dan di Kepuharjo ini kami melihat dengan mata kepala sendiri aksi heroik dari saudara sesama relawan yang dengan penuh pengorbanan membantu menyelamatkan 1 keluarga yang terjebak awan panas di rumah mereka dan semuanya alhamdulillah selamat. Subhanalloh dan salut untuk beliau. Glagaharjo menjadi tujuan kedua kami untuk melihat kesiapan tim medis disana. Dan memang disana dengan kapasitas hampir seribu pengungsi hanya 1 orang dokter yang diperbantukan.
Kembali ke markas pada pukul 3 dini hari dan jam 7 pagi langsung dilakukan rapat koordinasi tanggap bencana untuk mahasiswa FK UGM.
(cerita masih lanjut..)
*kadang aku berpikir, kami ini orang gila,sinting atau apalah. Bisa saja kami seperti yang lain, tidur enak di kosan atau di rumah, makan enak, melakukan apa saja yang ingin dilakukan. Bisa saja. Tidak perlu repot-repot mondar mandir, ikut rapat sana-sini, bolak-balik survei, bolak-balik angkat barang2, muter-muter cari dana dan lain sebagainya. Sangat bisa. Tapi entah kenapa jiwa ini kurang berminat dengan hal-hal seperti itu. Makan, tidur, main dll. Ada suatu dorongan untuk bisa membantu sekecil apapun yang kami bisa. Sekecil apapun yang bisa kami usahakan. Seremeh apapun yang kami kerjakan. Bukan bermaksud sombong, mengeluh dan pamer2..tidak sama sekali,astaghfirulloh jauh dari itu. Tidak penting buat kami.
Ada suatu kepuasan tersendiri dari apa yang kami kerjakan. Entahlah kami juga tidak tahu kenapa bisa seperti itu. Memang semua tidak bisa dijelaskan dengan rasio ada hal-hal yang benar-benar sama sekali tidak terjangkau oleh akal dan rasio. Ada suatu kecintaan melakukan hal-hal yang bisa membuat orang lain sejenak melupakan kesedihan atas apa yang mereka alami. Dan itulah mengapa aku menyebutnya "Jalan Cinta Para Pejuang"..cont'd


Rabu, 27 Oktober 2010

Contoh Judul Skripsi/KTI Keperawatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis. Buat sebagian mahasiswa, Skripsi adalah sesuatu yang lumrah. Tetapi buat sebagian mahasiswa yang lain, skripsi bisa jadi momok yang terus menghantui dan menjadi mimpi buruk. Banyak juga yang berujar “lebih baik sakit gigi daripada bikin skripsi”. Maka tidak sedikit para mahasiswa yang melakukan cara pintas alias tidak mau susah dengan cara membayar orang untuk dibuatkan skripsinya atau mengcopy-paste skripsi yang telah jadi.

Sedangkan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dapat dibagi menjadi dua kata yakni karya dan tulis. Kata “karya” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti pekerjaan, hasil perbuatan, buatan, ciptaan (terutama karangan).

Kata “tulis”, tidak didefinisikan secara tunggal oleh KBBI. Ini mungkin karena kata “tulis” bukan merupakan kata benda. Sehingga KBBI menjelaskannya dengan menambah imbuhan untuk memperjelas.

Dan "ilmiah" menurut KBBI adalah bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi kaidah ilmu pengetahuan.

Jadi Karya Tulis Ilmiah (KTI) adalah suatu bentuk publikasi ilmiah yang berisi tentang gagasan-gagasan dalam permasalahan yang dituangkan dalam sebuah tulisan dengan sistematika tertentu dan memiliki karakteristik keilmuan dan memenuhi syarat keilmuan. Dalam tulisan ini yang dimaksudkan adalah KTI mahasiswa keperawatan.

Ada beberapa syarat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI), diantaranya adalah:
  • Relevan, judul/masalah yang dipilih harus relevan/sesuai dengan bidang ilmu.
  • Tata Bahasa, penggunaan tata bahasa yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
  • Data Cukup, adanya data yang cukup untuk menunjang penelitian, minimal adanya fenomena masalah yang muncul.
Sedangkan Skripsi/Karya Tulis Ilmiah (KTI) juga mempunyai ciri-ciri pokok, diantaranya adalah:
  • Arti Positif, bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) harus mempunyai keuntungan dan kegunaan bagi pengembangan ilmu.
  • Berpikir Ilmiah, artinya bahwa skripsi/KTI merupakan data yang dianalisa lalu dibahas yang kemudian disimpulkan dan harus bisa menerima saran.
  • Tata Bahasa Ilmiah, tata bahasa yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
  • Rangkaian, merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari pendahuluan sampai dengan saran.
Seperti halnya penyusunan skripsi, penyusunan KTI bagi mahasiswa Diploma III Keperawatan saat inipun dilakukan sesuai dengan metodologi penelitian yang digunakan pada penyusunan skripsi. Jadi mahasiswa diploma III keperawatan saat ini sudah dilatih untuk melakukan penelitian sederhana. Cuma yang berbeda adalah dalam pemilihan judul penelitiannya, biasanya judul KTI hanya terdiri dari satu variabel penelitian dan hanya merupakan penelitian deskriptif. Sedangkan judul skripsi bisa lebih luas dan menggunakan uji analisis yang lebih rumit.

Berikut ini saya mencoba memberikan contoh skripsi dan KTI bagi mahasiswa keperawatan. Judul-judul ini sebagai gambaran bagi mahasiswa dalam memilih judul yang tepat demi menyelesaikan tugas akhir.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih judul skripsi/KTI, diantaranya adalah:
  • Suatu judul yang memenuhi syarat adalah yang dapat mengungkapkan masalah dan ruang lingkup penelitian. Susunlah judul tersebut selengkap mungkin, tetapi jangan terlalu panjang. Sering disebutkan bahwa judul penelitian sebaiknya singkat (tidak lebih dari 20 kata), jelas, tepat, tidak berbau atau berkesan promosi maupun propaganda, tidak menonjolkan pribadi, dan tidak menyimpang dari masalah yang diteliti.
  • Judul merupakan label, bukan kalimat lengkap yang harus mengandung subjek, predikat, objek pelaku, objek penderita, dan lain sebagainya. Namun demikian bukan bearti urutan kata dapat diabaikan, bahkan harus sangat diperhatikan, oleh karena label (kalimat tak lengkap) dengan urutan kata yang tidak dipertimbangkan dengan hati-hati dapat menimbulkan makna ganda.
  • Oleh karena judul harus dapat berdiri sendiri, maka dalam judul tidak diperkenankan penggunaan singkatan, kecuali singkatan yang sudah lazim seperti satuan pengkuran (kg, cm, ml). Misalnya AIDS mungkin dapat ditulis tanpa keterangan.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum seorang mahasiswa bisa menulis skripsi/KTI. Tiap universitas/fakultas memang mempunyai kebijakan tersendiri, tetapi umumnya persyaratan yang harus dipenuhi hampir sama. Misalnya, mahasiswa harus sudah memenuhi sejumlah SKS, tidak boleh ada nilai D atau E, IP Kumulatif semester tersebut minimal 2.00, dan seterusnya. Anda mungkin saat ini belum “berhak” untuk menulis skripsi/KTI, akan tetapi tidak ada salahnya untuk mempersiapkan segalanya sejak awal.

Skripsi/KTI tersebut akan ditulis dan direvisi hingga mendapat persetujuan dosen pembimbing. Setelah itu, Anda harus mempertahankan skripsi Anda di hadapan penguji dalam ujian skripsi/KTI nantinya. Nilai Anda bisa bervariasi, dan terkadang, bisa saja Anda harus mengulang skripsi Anda (tidak lulus).

Skripsi/KTI juga berbeda dari tesis (S2) dan disertasi (S3). Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang diharuskan untuk menemukan dan menjelaskan teori baru. Sementara untuk tesis, mahasiswa bisa menemukan teori baru atau mengembangkan teori yang sudah ada dan menjelaskan dengan teori yang sudah ada.

Sementara skripsi/KTI adalah “belajar meneliti”.Jadi, skripsi/KTI memang perlu disiapkan secara serius. Akan tetapi, juga nggak perlu disikapi sebagai mimpi buruk atau beban yang maha berat.

Silahkan anda download contoh judul skripsi dan KTI dengan meng-klik tombol dibawah ini.

Senin, 25 Oktober 2010

Keputusan..

Semua orang pasti mengalami yang namanya kematian..
Siapapun itu, tak akan bisa menghindar dari malaikat maut yang siap menarik ruh dari jasadnya...
Aku lebih suka mati dalam perjuangan menolong orang banyak daripada mati tak berdaya ditempat tidur tak bernama..
Semangat dan siap sewaktu-waktu dihubungi untuk terjun ke daerah bencana...
Siap untuk melakukan yang terbaik yang bisa aku lakukan, betapapun risiko yang harus aku hadapi..
(ditulis setelah mengatakan siap untuk menjadi relawan medis MER C untuk antisipasi bencana Merapi, 25 Oktober 2010)...

Minggu, 24 Oktober 2010

The Milk of Kindness

Paid In Full With One Glass of Milk

glass of milkOne day, a poor boy who was selling goods from door to door to pay his way through school, found he had only one dime left, and he was hungry.

He decided he would ask for a meal at the next house. However, he lost his nerve when a lovely young woman opened the door. Instead of a meal, he asked for a drink of water. She thought he looked hungry so she brought him a large glass of milk. He drank it slowly, and then asked, "How much do I owe you?" "You don't owe me anything," she replied. "Mother has taught us never to accept pay for a kindness." He said... "Then I thank you from my heart."

As this boy, Howard Kelly, left that house, he not only felt stronger physically, but his faith in God and man was stronger also. Until that moment, he had been ready to give up and quit.

Many years later that young woman became critically ill. The local doctors were baffled. They finally sent her to the big city, where they called in specialists to study her rare disease. Howard Kelly, who was now a doctor, was called in for the consultation. When he heard the name of the town she came from, a strange light filled his eyes. Immediately he rose and went down the hall to the hospital room. Dressed in his doctor's gown he went in to see her. He recognized her at once. He went back to the consultation room determined to do his best to save her life. From that day, he gave special attention to the case. After a long struggle, the battle was won.

Dr. Kelly requested the business office to pass the final bill to him for approval. He looked at it, then wrote something on the edge and the bill was sent to her room. She feared to open it, for she was sure it would take the rest of her life to pay for it all. Finally she looked, and something caught her attention on the side of the bill. She read these words... "Paid in full with one glass of milk."

Signed, Dr. Howard Kelly. Tears of joy flooded her eyes as her happy heart prayed: "Thank You, God, that Your love has spread abroad through human hearts and hands."

Dr. Howard Kelly was a distinguished physician who, in 1895, founded the Johns Hopkins Division of Gynecologic Oncology at Johns Hopkins University. According to Dr. Kelly's biographer, Audrey Davis, the doctor was on a walking trip through Northern Pennsylvania one spring day when he stopped by a farm house for a drink of water.

Many thanks to Andrew Harrison, the Processing Archivist and Fine Arts Coordinator for the Johns Hopkins Medical Institutions, for help with this story.

untitled (again)

Hanya bisa percaya...
no more...

Jumat, 22 Oktober 2010

What The Attributes That I Need To Become A Nurse?

  • A strong desire to become a nurse. Nursing is a calling. If it is your heart’s desire to serve your fellow–man when in need, chances are that you will make a success of nursing as a career. 
  • The ability to work as a member of a healthcare team. You will be working closely with other nursing professionals, doctors, specialists and adjunctive healthcare workers like physiotherapists, dieticians etc. 
  • The ability to work for long hours continuously. Nurses working in a hospital will need to work in day or night duty shifts-typically for 12 hours continuously. Of course this may vary depending on labor laws and regulations applicable in the specific country, state and/or hospital. 
  • You need to like working with people. The bottom line is that in the nursing profession everything revolves around people, and as a professional nurse, you will be working with people, be it patients, fellow professionals, student nurses or the public in general. 
  • Intelligence. Both a high IQ (intelligence quotient) and even more so a high EQ (emotional intelligence) are important prerequisites for pursuing a successful career in nursing.

What Skills Will I Need As A Professional Nurse?

Skills required for nursing practice are:

Cognitive skills: These pertain to the knowledge that the nurse has, and its application in carrying out the nursing process and in providing comprehensive care while working with various age groups e.g. infants, children, adolescents, as well as, mature, geriatric, and senescent people.
 

The component activities of the nursing process (the essence of how a registered nurse delivers care) are:
  1. Assessment of the patient and identification of his needs,
  2. Establishment of priorities and planning for the necessary care,
  3. Implementation of the care plan;
  4. Evaluation of the intervening measures.
Each step is part of an ongoing process and, as such, requires change, necessitating frequent reassessments.


Technical skills: learned through education and practice. E.g. monitoring of vital signs, administration of medicine, provision of fluid, nutrients, hygienic care and comfort, and doing surgical dressings are only a few of the many manual skills performed by the nurse.


Interpersonal skills; the nurse needs to have a good understanding of human behavior, adaptation mechanisms, an individual’s values, belief systems and attitudes, and cultural influences. The nurse-patient relationship is of great importance in all phases of nursing. The relationship that is established influences all the nurse does with and for the patient, and can profoundly affect the quality and effectiveness of the service and the final outcome of the patient’s recovery and rehabilitation.

Hikmah Pagi...

Bismillah,subhanalloh walhamdulillah wala ila ha illallohu allohu akbar...
Di suatu pagi, aku terhenyak ketika secara tidak sengaja mendengarkan kajian Aa Gym disebuah radio. Suatu hal yang belum menjadi kebiasaanku saat ini...
Dalam uraiannya, beliau menyampaikan suatu hadis yang artinya kurang lebih seperti ini,
Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada hatinya, memudahkan urusannya dan dunia (yang hina ini) akan datang kepadanya (dengan sendirinya),

... dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah akan memberikan (rasa) fakir kepadanya, mempersulit urusannya dan dunia tidak akan mendatanginya kecuali apa yang sudah ditetapkan baginya. “

(HR At-Tarmidzi)
Sebuah hadist yang membuat mata ini sembab untuk kesekian kalinya. Menghancurkan kesombongan yang selama ini melingkupi hati dan fikiran ini, Ketika otak ini penuh dengan ambisi duniawi dan melalaikan pesan bahwa hidup yang hakiki bukanlah disini, tapi hidup yang hakiki adalan nanti, dunia setelah mati.
cont'd

Kamis, 21 Oktober 2010

SMS dari beliau..

Disuatu pagi tiba-tiba....drrrrdd...drrrrddrrdd...henpunku bergetar dan berbunyi (hayooo,,getar dulu ato bunyi dulu???)..kubukalah sms masuk..ternyata dari beliau ^^..bunyinya seperti ini ni..^^................

pagi ini, untuk Kamal yang baik...

" Ya Allah, ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta..
Santun dalam berbicara..
Tenang ketika gundah..
Diam ketika emosi melanda..
bersabar dalam setiap ujian dan
jadikanlah kami orang yang selembut Abu Bakar ..
Sepintar Ali bin Abi Thalib..
Sebijaksana Umar bin Khattab..
Sedermawan Usman bin Affan..
Sesederhana Bilal bin Rabbah..
Setegar Khalid bin Walid...
dan selayaknya mentari yang tidak pernah bosan menyinari bumi...

semoga hari ini menjadi ladang kita untuk lebih menebar kebaikan di muka bumi..tidak ada kata lelah, hanya ada kata LILLAh..semangaaat,,,:)

nah kira2..seperti itulah..^^>....................

Asuhan Keperawatan Katarak

Pengertian
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul mata. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa.
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi.

Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut:
  1. Katarak perkembangan (developmental) dan degeneratif,
  2. Katarak congenital, juvenil, dan senile
  3. Katarak komplikata
  4. Katarak traumatic
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat:
  1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar
  2. Sekunder, akibat tindakan Pembedahan lensa
  3. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam:
  1. Katarak congenital, katarak yang terlihat pada usia dibawah 1 tahun
  2. Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
  3. Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun
  4. Katarak senile, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun

Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat menderita katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak congenital.



Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa seperti DM, dan obat tertentu, sinar ultraviolet B dari cahaya matahari, efek racun dari rokok, dan alkoho, gizi kurang vitamin E, dan radang menahan di dalam bola mata. Obat yang dipergunakan untuk penyakit tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason, klorokuin, klorpromazin, kortizon, ergotamin, indometasin, medrison, pilokarpin dan beberapa obat lainnya.

Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM, dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.

Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong, panas yang tinggi, bahan Kimia, dapat merusak lensa mata dan keadaan ini di sebut sebagai katarak traumatic.

Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambah usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna namapak seperti kristal salju pada jendela.

Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi, perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang daari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia darn tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki decade ke tujuh. Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

Manifestasi klinis dan diagnosis
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak pada oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di mlam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah sangat memburuk lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan. Bisa melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia), dan juga penglihatan perlahan-lahan berkurang dan tanpa rasa sakit.

Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya ada yang mengatur ulang perabot rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelapak lebar atau kacamata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.

Seorang dokter mata akan memeriksa mata dengan berbagai alat untuk menentukan tipe, besar dan letaknya kekeruhan pada bagian lensa. Bagian dalam dari mata diperiksa dengan alat oftalmoskop, untuk menentukan apakah ada kelainan lain di mata yang mungkin juga merupakan penyebab berkurangnya pengliahatan.

Bila diketahui adanya gejala di atas sebaiknya segera diminta pendapat seorang dokter mata. Secara umum seseorang yang telah berusia 40 tahun sebaiknya mendapatkan pemeriksaan mata setiap 1 tahun.

Diagnosa keperawatan 

Ketakutan atau ansietas berhubungan dengankurangnya pengetahuan
NoIntervensiRasional
1Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat pemahamanInformasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui. Mekanisme koping dapat membantu pasien berkompromi dengan kegusaran, ketakutan, depresi, tegang, keputusasaan, kemarahan, dan penolakan
2Orientasikan pasien pada lingkungan yang baruPengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan
3Menjelaskan rutinitas perioperatifPasien yang telah banyak mendapat informasi lebih mudah menerima penanganan dan mematuhi instruksi
4Menjelaskan intervensi sedetil-detilnyaPasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan indera yang lain untik mendapatkan informasi
5Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampuPerawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat
6Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasienPasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan dengan penanganan dari perawatan diri
7Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan (pengunjung, radio, rekaman audio, TV, kerajinan tangan, permainan)Isolasi sosial dan waktu luang yang terlalu lama dapat menimbulkan perasaan negatif


Resiko terhadap cedera berhubungan dengan pandangan kabur
NoIntervensiRasional
1Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai, menggunakan teknik bimbingan penglihatanMenurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan
2Bantu pasien menata lingkunganMemanfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cedera
3Orientasikan pasien pada ruanganMeningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan
4Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkanTameng logam atau kaca mata melindungi mata terhadap cedera
5Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena traumaTekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius lebih lanjut
6Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mataCedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata
 


Nyeri berhubungan dengan insisi dan peningkatan TIO

NoIntervensiRasional
1Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resepSesuai resep akan mengurangi nyeri dan TIO dan meningkatkan rasa nyaman
2Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpulMengurangi edema akan mengurangi nyeri
3Kurangi tingkat pencayahaanTingkat pencahayaan yang lebih rendah lebih nyakan setelah Pembedahan
4Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuatCahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator


Resiko kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan penglihatan

NoIntervensiRasional
1Beri instruksi kepada pasien atau orang terdekat mengenal tanda atau gejala komplikasi yang harus dilaporkan segera kepada dokterPenemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut
2Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berati mengenal teknik yang benar memberikan obatPemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera mata
3Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulanganSumber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendampingan dan teman di rumah
4Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatanMemungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan

Resiko infeksi berhubungan trauma insisi

NoIntervensiRasional
1Jaga teknik aseptic ketat, lakukan cuci tangan sesering mungkinAkan meminimalkan infeksi
2Awasi dan laporkan segera adanya tanda dan gejala komplikasi, misalnya: perdarahan, peningkatan TIO atau infeksiPenemuan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kehilangan penglihatan permanen
3Jelaskan posisi yang dianjurkanPeninggian kepala dan menghindari berbaring pada sisi yang di operasi dapat mengurangi edema
4Instruksikan pasien mengenal pembatasan aktivitas tirah baring, dengan keleluasaan ke kamar mandi, peningkatan aktivitas bertahap sesuai toleransiPembatasan aktivitas diresepkan untuk mempercepat penyembuhan dan menghindari kerusakan lebih lanjut pada mata yang cedera
5Jelaskan tindakan yang harus dihindari, seperti yang diresepkan batuk, bersin, muntah (minta obat untuk itu)Dapat mengakibatkan komplikasi seperti prolaps vitreus atau dehisensi luka akibat peningkatan tegangan luka pada jahitan yang sangat halus
6Berikan obat sesuai resep, sesuai teknik yang diresepkanObat yang diberikan dengan cara yang tidak sesuai dengan resep dapat mengganggu penyembuhan atau menyebabkan komplikasi

Source: 
  • Christine Brooker, Buku saku Keperawatan, Edisi 31, 2001, EGC, Jakarta.
  • Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
  • Luckman and Surensen’s, Medical Surgical Nursing, Pshychologic Approach 4th Editor, 1993 Philadelphia : WB. Sanders Company.
  • Lynda Juall Carpenito, diagnosa Keperawatan, Aplikasi Pada Praktik Klinis, 1998, EGC, Jakarta. Robbins, Cotran and Kumar, Dasar Patologi Penyakit, Edisi 5, 1999, EGC, Jakarta.

Rabu, 20 Oktober 2010

Akan membuat blog SATU lagi..

Ahaha..blok 4.2 sungguh menyenangkan. Banyak hal yang didapet selama 3 hari kuliah ini...mulai dari banyak informasi baru dan yang pasti koneksi baru buat maasa depan ntar...^^
SEMANGAAAATTTT ^^
Oiya rencana ambil kontrak (yang lain) untuk blok ini untuk buat blog tentang sistem kesehatan..oke2..road to ministry of health ^^..aminnnn

Tugas Kelompok Semester III STIKES Baramuli

Kelompok:
  1. KDM Istirahat dan tidur
  2. KDM Keselamatan
  3. KDM Keamanan
  4. KDM Kehilangan dan kematian
  5. Dilema Etik
  6. Koma

Presentasi makalah minggu kedua bulan Nopember 2010


Tugas Kelompok Semester V STIKES Baramuli

Kelompok:
  1. Askep Glaukoma dan Tuli Konduktif
  2. Askep Anosmia dan Katarak
  3. Askep Astigmatisme dan Keratitis
  4. Askep Sprain dan Hipema
  5. Askep Strain dan Tendonitis
  6. Askep Multiple Fraktur dan Disosmia

Presentasi Minggu kedua Nopember

Senin, 18 Oktober 2010

SERIUS MODE : on

serius
serius serius
serius serius serius
serius serius serius serius
serius serius serius serius serius
serius serius serius serius serius serius
serius serius serius serius serius serius serius

Hari yang aneh...


Tok tok tok...permisi..Bang Mush ada?
(zzzzzz...zzz....ga jelasss)...
Subhanalloh, hari Senin 18 Oktober 2010 menjadi hari yang cukup berkesan buatku.
Hari pertama memasuki blok 4.2 ditahun keempatku di fakultas sekip utara jalan Farmako UGM. Kebetulan di blok ini membahas tentang Health System and Disaster Management. Materi yang menurut banyak orang abstrak, absurd, abnormal, dan ab.ab yang lainnya. Bwahahaha..tapi buatku ini blok yang sangat sangat menarik dan menyenangkan. Lho kok bisa? Hahahaa..bisa dong, Bang Mush gitu..(itu belum jawab pertanyaan tauk)...hahah...Oke..oek..alasannya kaya gini.
Karena eh karena merusak pikiran (bang Rhoma mode : ON)..karena nanti ane punya cita-cita menjadi seorang pemimpin buat orang banyak (bahasanya jelek amat..) Kongkretnya saya pengen menjadi seorang menteri kesehatan RI nanti.( Amiiinnnn..heh.diaminin dong ya)....(cuma itu?)..hemm iya sih cuma itu..(yakin?)...hmmmm..bentar2 mikir dulu...(zz..zz..kelamaan -_-")...sementara itu dulu deh,ntar tak kasih tau klo udah ada ide lagi....
Nah terus2 tadi pagi termasuk agak apes juga sih, kuliah pertama,eh terlambat (seingetku cuma 2-3 menitan)..beuh tetep aja dihitung telat...dan kena marah deh (bukan marah sih,cuma ditusuk2 aja ni cordis...jleb..jleb..jleb)..but its Ok, yes, that's my mistake and I'll never do it again from now on....
(dengan ini,saya Bang Mush, menyatakan tidak akan terlambat lagi dimanapun dan kapanpun. Saya akan berusaha untuk tepat waktu dan hadir maksimal 5 menit sebelum acara dimulai. Saya akan tidak malas mandi lagi...saya akan sarapan pagi serta tidak lupa menggosok gigi....
Saya akan berangkat pagi jika ada kuliah, tutorial, praktikum, rapat-rapat, maem-maem..dll a.k.a dan lainnya lupa..)..ehemm..udah..^^
Lanjoootttt..(waaaa..bakpiaku habisss,,,,T_______T...ibuuuuuk...kirim lagiiii)
........ntar deh...sholat dulu, dan berdoa dulu..^^...daaaaaahhh
tuing,,,tuing,,tuingg....ee..ee..Balik lagi..
Nah sampe mana tadi?.oke sampai bakpiaku habis..-_-''a...nah kemudian lecture overview dilanjutkan dengan overview lagi untuk Elective program..dijelasin tu..bla..bla..bla..kemudian disuruh ngisi. Aku buka deh tas dengan kerennya..(aaaaakk)..aku ga bawa,terpaksa balik lagi ke kosan buat ambil form dan dengan membaca bismillah kuisi dengan 2 program favoritku yaitu tentang prescribing bla..blaa..blaa dan tentang herbal medicine and phytopharmaca...semoga keduanya masuh 10 besar nanti.aminn...trus kuliah,trus ketik2 ga jelas di perpus, trus kuliah lagi panel gitu critanya..terus tanya2..terus2 di jleb..jleb lagi sama TKB 4.2, jiaahh, bingung ane,ga mau komen takut memperkeruh suasana..dan akhirnya..eng..ing..eeeng...osce diundur..ye..ye..ye...
Kemudian terjebak hujan, ga bisa kemana2 karena ga bawa jas lab..ups..jas hujan maksudku..udah deh nongkrong di lobi,ikut maen poker sebentar (lha iya,wong langsung kalah..wekss)..trus ketik2 lagi..nah udah agak reda tu ujan,nekat deh...dan kemudian cobaan itupun datang..bress..ujaaannnn..ya wes telanjur basah,yah mandi sekalian...biarin2..basah2 sekalian..dan udah..
(nah trus yang aneh apaan?)...yang aneh adalah tu liat foto yang diatas nggak?cermati baik-baik,hayati dengan setulus hati, resapi dan kemudian baca lagi tulisan ini...apa coba?...hahahahah yang aneh adalah nggak ada sambungannya sama sekali antara gambar ama tulisannyaaaaa.....wkwkwkwkw..(garing ih..-_-")..hehe..yasudah biarin garing yang penting tetap say no for corruption..^^

Asuhan Keperawatan Tonsilitis Kronik


Tonsilitis
Pengertian
Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsil dengan pengumpulan lekosit, sel-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam kripta (Adam Boeis, 1994: 330).


Tonsilektomi adalah suatu tindakan invasif yang dilakukan untuk mengambil tonsil dengan atau tanpa adenoid (Adam Boeis, 1994: 337).




Etiologi
  1. Streptokokus hemolitikus grup A.
  2. Pneumokokus.
  3. Stafilokokus.
  4. Haemofilus influezae.
Pathofisiologi
  1. Terjadinya peradangan pada daerah tonsila akibat virus.
  2. Mengakibatkan terjadinya pembentukan eksudat.
  3. Terjadi selulitis tonsila dan daerah sekitarnya.
  4. Pembentukan abses peritonsilar.
  5. Nekrosis jaringan.
Gejala-gejala
  1. Sakit tenggorokan dan disfagia.
  2. Penderita tidak mau makan atau minum.
  3. Malaise.
  4. Demam.
  5. Nafas bau.
  6. Otitis media merupakan salah satu faktor pencetusnya.

Penatalaksanaan
  1. Tirah baring.
  2. Pemberian cairan adekuat dan diet ringan.
  3. Pemberian obat-obat (analgesik dan antibiotik).
  4. Apabila tidak ada kemajuan maka alternatif tindakan yang dapat di lakukan adalah pembedahan.
Indikasi tindakan pembedahan

Indikasi absolut
  1. Timbulnya kor pulmonale akibat adanya obstruksi jalan nafas yang kronis.
  2. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea pada waktu tidur.
  3. Hipertrofi yang berlebihan yang mengakibatkan disfagia dan penurunan berat badan sebagai penyertanya.
  4. Biopsi eksisi yang di curigai sebagai keganasan (limfoma).
  5. Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada jaringan sekitarnya.
Indikasi relatif
Seluruh indikasi lain untuk tindakan tonsilektomi di anggap sebagai indikasi relatif.

Indikasi lain yang paling dapat di terima adalah
  1. Serangan tonsilitis yang berulang.
  2. Hiperplasia tonsil dengan gangguan fungsional (disfagia).
  3. Hiperplasia dan obstruksi yang menetap selama 6 bulan.
  4. Tidak memberikan respons terhadap penatalaksanaan dan terapi.
Kontraindikasi
  1. Demam yang tidak di ketahui penyebabnya.
  2. Asma.
  3. Infeksi sistemik atau kronis.
  4. Sinusitis.
Persiapan operasi yang mungkin di lakukan
Pemeriksaan laboratorium (Hb, lekosit, waktu perdarahan).Berikan penjelasan kepada klien tindakan dan perawatan setelah operasi.Puasa 6-8 jam sebelum operasi.Berikan antibiotik sebagai propilaksis.Berikan premedikasi ½ jam sebelum operasi.

Pengkajian
  1. Riwayat kesehatan yang bergubungan dengan faktor pendukung terjadinya tonsilitis serta bio-psiko-sosio-spiritual.
  2. Peredaran darah : Palpitasi, sakit kepala pada saat melakukan perubahan posisi, penurunan tekanan darah, bradikardi, tubuh teraba dingin, ekstrimitas tampak pucat.
  3. Eliminasi : Perubahan pola eliminasi (inkontinensia uri/alvi), distensi abdomen, menghilangnya bising usus.
  4. Aktivitas/istirahat : Terdapat penurunan aktivitas karena kelemahan tubuh, kehilangan sensasi atau parese/plegia, mudah lelah, sulit dalam beristirahat karena kejang otot atau spasme dan nyeri. Menurunnya tingkat kesadaran, menurunnya kekuatan otot, kelemahan tubuh secara umum.
  5. Nutrisi dan cairan : Anoreksia, mual muntah akibat peningkatan TIK (tekanan intra kranial), gangguan menelan, dan kehilangan sensasi pada lidah.
  6. Persarafan : Pusing/syncope, nyeri kepala, menurunnya luas lapang pandang/pandangan kabur, menurunnya sensasi raba terutama pada daerah muka dan ekstrimitas. Status mental koma, kelmahan pada ekstrimitas, paralise otot wajah, afasia, pupil dilatasi, penurunan pendengaran.
  7. Kenyamanan : Ekspresi wajah yang tegang, nyeri kepala, gelisah.
  8. Pernafasan : Nafas yang memendek, ketidakmampuan dalam bernafas, apnea, timbulnya periode apnea dalam pola nafas.
  9. Keamanan Fluktuasi dari suhu dalam ruangan.
  10. Psikologis : Denial, tidak percaya, kesedihan yang mendalam, takut, cemas.

Masalah dan rencana tindakan keperawatan

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan jaringan atau trauma pada pusat pernafasan.
Tujuan:
Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan pernafasan secara adekuat dengan memperlihatkan hasil blood gas yang stabil dan baik serta hilangnya tanda-tanda distress pernafasan.
Rencana tindakan:
  1. Bebaskan jalan nafas secara paten (pertahankan posisi kepala dalam keadaan sejajar dengan tulang belakang/sesuai indikasi).
  2. Lakukan suction jika di perlukan.
  3. Kaji fungsi sistem pernafasan.
  4. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan batuk/usaha mengeluarkan sekret.
  5. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
  6. Observasi tanda-tanda adanya ditress pernafasan (kulit menjadi pucat/cyanosis).Kolaborasi dengan terapist dalam pemberian fisoterapi.

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler pada ekstrimitas.
Tujuan:
Pasien menunjukan adanya peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik.
Rencana tindakan:
  1. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
  2. Ajarkan pada pasien tentang rentang gerak yang masih dapat di lakukan.
  3. Lakukan latihan secara aktif dan pasif pada akstrimitas untuk mencegah kekakuan otot dan atrofi.
  4. Anjurkan pasien untuk mengambil posisi yang lurus.
  5. Bantu pasien secara bertahap dalam melakukan ROM sesuai kemampuan.
  6. Kolaborasi dalam pemberian antispamodic atau relaxant jika di perlukan.Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.

Penurunan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema cerebri, perdarahan pada otak.
Tujuan:
Pasien menunjukan adanya peningkatan kesadaran, kognitif dan fungsi sensori.
Rencana tindakan:
  1. Kaji status neurologis dan catat perubahannya.
  2. Berikan pasien posisi terlentang.
  3. Kolaborasi dalam pemberian O2.
  4. Observasi tingkat kesadaran, tanda vital.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya trauma secara fisik.
Tujuan:
Pasien mengungkapkan nyeri sudah berkurang dan menunjukkan suatu keadaan yang relaks dan tenang.
Rencana tindakan:
  1. Kaji tingkat atau derajat nyeri yang di rasakan oleh pasien dengan menggunakan skala.
  2. Bantu pasien dalam mencarai faktor presipitasi dari nyeri yang di rasakan.
  3. Ciptakan lingkungan yang tenang.
  4. Ajarkan dan demontrasikan ke pasien tentang beberapa cara dalam melakukan tehnik relaksasi.Kolaborasi dalam pemberian sesuai indikasi.

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara pada himisfer otak.
Tujuan:
Pasien mampu melakukan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan komunikasi.
Rencana tindakan:
  1. Lakukan komunkasi dengan pasien (sering tetapi pendek serta mudah di pahami).
  2. Ciptakan suatu suasana penerimaan terhadap perubahan yang dialami pasien.
  3. Ajarkan pada pasien untuk memperbaiki tehnik berkomunikasi.
  4. Pergunakan tehnik komunikasi non verbal.
  5. Kolaborasi dalam pelaksanaan terapi wicara.Observasi kemampuan pasien dalam melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal.

Perubahan konsep diri berhubungan dengan perubahan persepsi.
Tujuan:
Pasien menunjukan peningkatan kemampuan dalam menerima keadaan nya.
Rencana tindakan:
  1. Kaji pasien terhadap derajat perubahan konsep diri.
  2. Dampingi dan dengarkan keluhan pasien.
  3. Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.
  4. Kaji kemampuan pasien dalam beristirahat (tidur).
  5. Observasi kemampuan pasien dalam menerima keadaanya.

Perubahan pola eliminasi defekasi dan uri berhubungan dengan an inervasi pada bladder dan rectum.
Tujuan:
Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan eliminasi (defekasi/uri) secara normal sesuai dengan kebiasaan pasien.
Rencana tindakan:
  1. Kaji pola eliminasi pasien sebelum dan saat di lakukan pengkajian.
  2. Auskultasi bising usus dan distensi abdomen.
  3. Pertahankan porsi minum 2-3 liter perhari (sesuai indikasi).
  4. Kaji/palpasi distensi dari bladder.
  5. Lakukan bladder training sesuai indikasi.
  6. Bantu/lakukan pengeluaran feces secara manual.
  7. Kolaborasi dalam(pemberian gliserin, pemasangan dower katheter dan pemberian obat sesuai indikasi).

Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi perifer yang tidak adekuat, adanya edema, imobilisasi.
Tujuan:
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit (dikubitus).
Rencana tindakan:
  1. Kaji keadaan kulit dan lokasi yang biasanya terjadi luka atau lecet.
  2. Anjurkan pada keluarga agar menjaga keadan kulit tetap kering dan bersih.
  3. Ganti posisi tiap 2 jam sekali.
  4. Rapikan alas tidur agar tidak terlipat.

Resiko terjadinya ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaan yang berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan:
Pasien menunjukan kemauan untuk melakukan kegiatan penatalaksanaan.
Rencana tindakan:
  1. Identifikasi faktor yang dapat menimbulkan ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
  2. Diskusikan dengan pasien cara-cara untuk mengatasi faktor penghambat tersebut.
  3. Jelaskan pada pasien akibat dari ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
  4. Libatkan keluarga dalam penyuluhan.
  5. Anjurkan pada pasien untuk melakukan kontrol secara teratur.

Source:
  • Boeis, Adam, 1994, Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC.
  • Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  • Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik proses-proses penyakit, Jakarta: EGC.

Contoh Permohonan (SIPP)

Perihal : Permohonan Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)

Kepada Yth,
Pejabat Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Manokwari

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini,
  1. Nama Lengkap:SANCO IRIANTO A, S. Kep. Ns
  2. Alamat:Komp. Puskesmas Wosi Manokwari
  3. Tempat, tanggal lahir:Jayapura, 5 Juli 1975
  4. Jenis kelamin:Laki-laki
  5. Tahun Lulusan:2008
Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Praktik Perawat.
Sebagai bahan pertimbangan terlampir:
  1. Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir;
  2. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;
  3. Surat pernyataan memiliki tempat praktik;
  4. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 X 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar; dan
  5. Rekomendasi dari organisasi profesi.
Demikian atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.

Manokwari, Mei 2010
Pemohon

SANCO IRIANTO A, S. Kep. Ns

no title..

Untitled writing dedicated to someone who really has a great and numerous spirit of learning, a unexpectable will to be better person..
Stay strong, stay strong, and stay strong
You are truly different with someone who i know several months ago..better,better and better..
never have any titled for this untitled writing

Minggu, 17 Oktober 2010

Pelatihan Rekam Medis

Pelatihan Pemberdayaan peran petugas dalam sistem pelaporan RS dan Program Casemix menuju akreditasi pelayanan rekam medis
tempat Wisma Handayani, Komplek DITJEN DIKDASMEN
Jl.RS.Fatmawati, Cipete,
waktu dan jadwal 31 Oktober - 04 November 2010
silahkan download brosur1,brosur2 dan undangannya

Dunnowhattodo

----------------------zzzzzzzz..ZZZZZzzzZZZ zzzzZzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzZZZZZZZZZZZZZZZZZzzzzZZZZzzzZZZZZZZZzzzZzzZZZ

Jumat, 15 Oktober 2010

EPISTAKSIS (Hidung Berdarah)

Epistaksis
Pengertian
Hidung berdarah (Kedokteran: epistaksis atau Inggris: epistaxis) atau mimisan adalah satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang hidung.

Sering ditemukan sehari-hari, hampir sebagian besar dapat berhenti sendiri. Harus diingat epitaksis bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu kelainan.

Ada dua tipe pendarahan pada hidung:
  • Tipe anterior (bagian depan). Merupakan tipe yang biasa terjadi.
  • Tipe posterior (bagian belakang).
Dalam kasus tertentu, darah dapat berasal dari sinus dan mata. Selain itu pendarahan yang terjadi dapat masuk ke saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan muntah. 

Etiologi 
Secara Umum penyebab epistaksis dibagi dua yaitu Lokal dan Sistemik
Lokal
Penyebab lokal terutama trauma, sering karena kecelakaan lalulintas, olah raga, (seperti karena pukulan pada hidung) yang disertai patah tulang hidung (seperti pada gambar di halaman ini), mengorek hidung yang terlalu keras sehingga luka pada mukosa hidung, adanya tumor di hidung, ada benda asing (sesuatu yang masuk ke hidung) biasanya pada anak-anak, atau lintah yang masuk ke hidung, dan infeksi atau peradangan hidung dan sinus (rinitis dan sinusitis)
Sistemik 
Penyebab sistemik artinya penyakit yang tidak hanya terbatas pada hidung, yang sering meyebabkan mimisan adalah hipertensi, infeksi sistemik seperti penyakit demam berdarah dengue atau cikunguya, kelainan darah seperti hemofili, autoimun trombositipenic purpura.
Selain itu ada juga penyebab lainnya, diantaranya:
Trauma, Perdarahan hidung dapat terjadi setelah trauma ringan, misalnya mengeluarkan ingus secara tiba-tiba dan kuat, mengorek hidung, dan trauma yang hebat seperti terpukul, jatuh atau kecelakaan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh iritasi gas yang merangsang, benda asing di hidung dan trauma pada pembedahan.
Infeksi, Infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rhinitis atau sinusitis juga dapat menyebabkan perdarahan hidung.
Neoplasma, Hemangioma dan karsinoma adalah yang paling sering menimbulkan gejala epitaksis.
Kongenital, Penyakit turunan yang dapat menyebabkan epitaksis adalah telengiaktasis hemoragik herediter.
Penyakit kardiovaskular, Hipertensi dan kelainan pada pembuluh darah di hidung seperti arteriosklerosis, sirosis, sifilis dan penyakit gula dapat menyebabkan terjadinya epitaksis karena pecahnya pembuluh darah.
Kelainan Darah
Trombositopenia, hemophilia, dan leukemia
Infeksi sistemik
Demam berdarah, Demam tifoid, influenza dan sakit morbili
Perubahan tekanan atmosfer
Caisson disease (pada penyelam)
 

Patofisiologi 
Semua pendarahan hidung disebabkan lepasnya lapisan mukosa hidung yang mengandung banyak pembuluh darah kecil. Lepasnya mukosa akan disertai luka pada pembuluh darah yang mengakibatkan pendarahan. 

Manifestasi Klinis 
Perdarahan dari hidung, gejala yang lain sesuai dengan etiologi yang bersangkutan.
Epitaksis berat, walaupun jarang merupakan kegawatdaruratan yang dapat mengancam keselamatan jiwa pasien, bahkan dapat berakibat fatal jika tidak cepat ditolong. Sumber perdarahan dapat berasal dari depan hidung maupun belakang hidung. Epitaksis anterior (depan) dapat berasal dari pleksus kiesselbach atau dari a. etmoid anterior. Pleksus kieselbach ini sering menjadi sumber epitaksis terutama pada anak-anak dan biasanya dapat sembuh sendiri.
Epitaksis posterior (belakang) dapat berasal dari a. sfenopalatina dan a. etmoid posterior. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit jantung. Pemeriksaan yang diperlukan adalah darah Lengkap dan fungsi hemostasis. 

Epidemiologi 
Epistaksis jarang ditemukan pada bayi, sering pada anak, agak jarang pada orang dewasa muda, dan lebih banyak lagi pada orang dewasa muda. Epistaksis atau perdarahan hidung dilaporkan timbul pada 60% populasi umum. Puncak kejadian dari epistaksis didapatkan berupa dua puncak (bimodal) yaitu pada usia <10 tahun dan >50 tahun.

Komplikasi
Mencegah komplikasi, sebagai akibat dari perdarahan yang berlebihan, dapat terjadi syok atau anemia, turunnya tekanan darah yang mendadak dapat menimbulkan infark serebri, insufisiensi koroner, atau infark miokard, sehingga dapat menyebabkan kematian. Dalam hal ini harus segera diberi pemasangan infus untuk membantu cairan masuk lebih cepat. Pemberian antibiotika juga dapat membantu mencegah timbulnya sinusitis, otitis media akibat pemasangan tampon.
Kematian akibat pendarahan hidung adalah sesuatu yang jarang. Namun, jika disebabkan kerusakan pada arteri maksillaris dapat mengakibatkan pendarahan hebat melalui hidung dan sulit untuk disembuhkan. Tindakan pemberian tekanan, vasokonstriktor kurang efektif. Dimungkinkan penyembuhan struktur arteri maksillaris (yang dapat merusak saraf wajah) adalah solusi satu-satunya.
Komplikasi yang dapat timbul: 
  • Sinusitis
  • Septal hematom (bekuan darah pada sekat hidung)
  • Deformitas (kelainan bentuk) hidung
  • Aspirasi (masuknya cairan ke saluran napas bawah)
  • Kerusakan jaringan hidung infeksi
Penatalaksanaan
Kolaborasi
Aliran darah akan berhenti setelah darah berhasil dibekukan dalam proses pembekuan darah. Sebuah opini medis mengatakan bahwa ketika pendarahan terjadi, lebih baik jika posisi kepala dimiringkan ke depan (posisi duduk) untuk mengalirkan darah dan mencegahnya masuk ke kerongkongan dan lambung. 
Pertolongan pertama jika terjadi mimisan adalah dengan memencet hidung bagian depan selama tiga menit. Selama pemencetan sebaiknya bernafas melalui mulut. Perdarahan ringan biasanya akan berhenti dengan cara ini. Lakukan hal yang sama jika terjadi perdarahan berulang, jika tidak berhenti sebaiknya kunjungi dokter untuk bantuan. 
Untuk pendarahan hidung yang kronis yang disebabkan keringnya mukosa hidung, biasanya dicegah dengan menyemprotkan salin pada hidung hingga tiga kali sehari. Jika disebabkan tekanan, dapat digunakan kompres es untuk mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriksi). Jika masih tidak berhasil, dapat digunakan tampon hidung. Tampon hidung dapat menghentikan pendarahan dan media ini dipasang 1-3 hari.


Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epitaksis adalah: 
Mencegah komplikasi yang timbul akibat perdarahan seperti syok atau infeksi
Mencegah berulangnya epitaksis
Jika pasien dalam keadaan gawat seperti syok atau anemia lebih baik diperbaiki dulu keadaan umum pasien baru menanggulangi perdarahan dari hidung itu sendiri.
Menghentikan perdarahan
Menghentikan perdarahan secara aktif dengan menggunakan kaustik atau tampon jauh lebih efektif daripada dengan pemberian obat-obat hemostatik dan menunggu darah berhenti dengan sendirinya. Jika pasien datang dengan perdarahan maka pasien sebaiknya diperiksa dalam keadaan duduk, jika terlalu lemah pasien dibaringkan dengan meletakan bantal di belakang punggung pasien. Sumber perdarahan dicari dengan bantuan alat penghisap untuk membersihkan hidung dari bekuan darah, kemudian dengan menggunakan tampon kapas yang dibasahi dengan adrenalin 1/10000 atau lidokain 2 % dimasukan ke dalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan atau mengurangi nyeri, dapat dibiarkan selama 3-5 menit. 

Perdarahan Anterior
Dapat menggunakan alat kaustik nitras argenti 20-30% atau asam triklorasetat 10% atau dengan elektrokauter. Bila perdarahan masih berlangsung maka dapat digunakan tampon anterior (kapas dibentuk dan dibasahi dengan adrenalin + vaseline) tampon ini dapat digunakan sampai 1-2 hari.
Perdarahan Posterior
Perdarahan biasanya lebih hebat dan lebih sukar dicari, dapat dilihat dengan menggunakan pemeriksaan rhinoskopi posterior. Untuk mengurangi perdarahan dapat digunakan tampon Beelloqk.
Tampon Beelloqk
Mandiri
Pada epitaksis, gejala yang utama adalah perdarahan dari hidung, gejala yang lain sesuai dengan etiologi yang bersangkutan. Oleh sebab itu pada tindakan penanganan mandiri perawat, yang harus diperhatikan adalah penanganan pada:
  • Risiko kekurangan volume cairan,
  • Nyeri,
  • Risiko infeksi.
Tindakan mandiri perawat diantaranya adalah:
  • Awasi tanda-tanda vital
  • Awasi masukan/haluaran, hitung kehilangan cairan akibat perdarahan
  • Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membrane mukosa mulut
  • Kaji keluhan nyeri
  • Awasi tanda-tanda vital
  • Berikan posisi yang nyaman
  • Dorong penggunaan manajemen nyeri
  • Kurangi prosedur tindakan invasive
  • Awasi tanda-tanda vital Kurangi pengunjung 
Perawatan
Aliran darah akan berhenti setelah darah berhasil dibekukan dalam proses pembekuan darah. Sebuah opini medis mengatakan bahwa ketika pendarahan terjadi, lebih baik jika posisi kepala dimiringkan ke depan (posisi duduk) untuk mengalirkan darah dan mencegahnya masuk ke kerongkongan dan lambung.
Pertolongan pertama jika terjadi mimisan adalah dengan memencet hidung bagian depan selama tiga menit. Selama pemencetan sebaiknya bernafas melalui mulut. Perdarahan ringan biasanya akan berhenti dengan cara ini. Lakukan hal yang sama jika terjadi perdarahan berulang, jika tidak berhenti sebaiknya kunjungi dokter untuk bantuan.
Untuk pendarahan hidung yang kronis yang disebabkan keringnya mukosa hidung, biasanya dicegah dengan menyemprotkan salin pada hidung hingga tiga kali sehari.
Jika disebabkan tekanan, dapat digunakan kompres es untuk mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriksi). Jika masih tidak berhasil, dapat digunakan tampon hidung. Tampon hidung dapat menghentikan pendarahan dan media ini dipasang 1-3 hari. Kematian akibat pendarahan hidung adalah sesuatu yang jarang.